Alin Pangalima, Mahasiswi Ingin Jual Ginjal Demi Bangun Jembatan Selamatkan Warga Desanya

"Soalnya dana daerah katanya tidak cukup untuk membiayai pembangunan jembatan yang sudah 16 tahun mengkrak. Mungkin ginjal saya bisa sedikit membantu," kata Alin Pangalima.

Chandra Iswinarno
Selasa, 10 Mei 2022 | 15:14 WIB
Alin Pangalima, Mahasiswi Ingin Jual Ginjal Demi Bangun Jembatan Selamatkan Warga Desanya
Alin Pangalima, seorang mahasiswi di Bolaang Mongondow Utara, Sulawesi Utara, mendadak viral di media sosial, setelah dirinya berpromosi menjual ginjalnya demi membangun jembatan di desanya. [Facebook/Alin Pangalima]

SuaraSumbar.id - Alin Pangalima, seorang mahasiswi di Bolaang Mongondow Utara, Sulawesi Utara, mendadak viral di media sosial, setelah dirinya berpromosi menjual ginjalnya.

Dia mengatakan, menawarkan ginjalnya kepada siapa pun yang ingin membeli, demi mendapatkan uang guna membangun jembatan di desanya.

Alin Pangalima sendiri adalah warga Desa Goyo, Kecamatan Bolangitang Barat, Kabupaten Bolmut, Sulut.

Gadis tersebut mempromosikan ginjalnya melalui akun Facebook pribadinya, 6 Mei 2022.

Baca Juga:Keji! Lelaki Pencemburu di Minahasa Ini Robek Dada dan Remas Jantung Pacarnya hingga Tewas

Seperti dilihat SuaraSumbar.id, Selasa (10/5/2022), dalam unggahannya Alin menampilkan fotonya memegang spanduk bertuliskan:

"Saya mau jual ginjal untuk pembangunan Jembatan Goyo. Save Goyo!"

Sementara sebagai keterangan unggahannya, Alin menuliskan, "Soalnya dana daerah katanya tidak cukup untuk membiayai pembangunan jembatan yang sudah 16 tahun mengkrak. Mungkin ginjal saya bisa sedikit membantu."

Dalam unggahan Alin tanggal 12 April 2022, dia menguraikan kenapa sampai ingin menjual ginjal demi membangun jembatan di kampung.

Berikut alasan Alin yang berkukuh menjual ginjal demi membangun jembatan di kampungnya:

Baca Juga:Tabrakan Beruntun! Agus Tabrak Ibu Kandungnya saat Mudik hingga Tewas

Pertama, ketika banjir dan sungai meluap, akses penghubung antara Ollot dan Goyo sangat membahayakan.

Kedua, biaya yang harus dikeluarkan untuk menyeberangi sungai memakai rakit Rp 3000 sekali lewat. Bayangkan warga berapa kali lewat dalam sebulan."

Potongan gambar sungai di Desa Goyo, Kecamatan Bolangitang Barat, Kabupaten Bolmut, Sulut, yang belum ada jembatan. Sungai itu viral setelah Alin Pangalima, mahasiswi yang juga warga setempat nekat menjual ginjal demi membangun jembatan. [Facebook/Alin Pangalima]
Potongan gambar sungai di Desa Goyo, Kecamatan Bolangitang Barat, Kabupaten Bolmut, Sulut, yang belum ada jembatan. Sungai itu viral setelah Alin Pangalima, mahasiswi yang juga warga setempat nekat menjual ginjal demi membangun jembatan. [Facebook/Alin Pangalima]

Apalagi masyarakat Bolangitang dan sekitarnya ada juga yang berkebun di seberang sungai, maka bisa dipastikan biaya yang mereka keluarkan 6.000 rupiah per hari, yang jika rutin ke kebun dan dijumlahkan dalam sebulan menelan biaya yang cukup untuk membeli beras untuk dimakan sepekan. Jumlahkan saja berapa totalnya.

Belum lagi jika sungai sedang banjir dan air meluap bagaikan janji Pemda, biayanya jadi berlipat ganda, 10.000 rupiah sekali lewat, dengan risiko yang cukup tinggi.

Bayangkan jika datang musim penghujan, berapa biaya yang harus dikeluarkan. Sedangkan penghasilan masyarakat rata-rata memprihatinkan (soalnya kita rasa sandiri).

Kedua, mengingat tiang jembatan yang sudah "tatono" selama kurang lebih 16 tahun lamanya, bahkan sebelum Bolmut menjadi daerah otonom baru di Sulawesi Utara. Sangat disayangkan jika pemerintah terus mempertontonkan kegagalan di tengah masyarakat, dengan dalih "nanti, nanti, nanti".

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini