SuaraSumbar.id - Debat kedua Pilkada Kota Padang yang digelar di Hotel Truntum pada Jumat (15/11) menghadirkan diskusi sengit antara pasangan calon (Paslon) Wali Kota dan Wakil Wali Kota.
Isu pasar tradisional menjadi salah satu topik utama yang memicu perdebatan menarik antara Paslon nomor urut 02, Iqbal-Amasrul, dan Paslon nomor urut 03, Hendri Septa-Hidayat.
Pertanyaan Pemicu Perdebatan
Momen menarik terjadi ketika Hidayat dari Paslon nomor urut 03 bertanya kepada Iqbal-Amasrul mengenai nama-nama pasar yang dikelola oleh UPTD di Kota Padang.
“Bisa disebutkan nama-nama pasar yang dikelola UPTD di Kota Padang?” tanya Hidayat.
Iqbal menanggapi pertanyaan tersebut dengan nada skeptis, menyebutkan bahwa pertanyaan semacam itu kurang relevan dalam konteks perdebatan program kerja.
“Pertanyaannya kurang berkualitas, kami berharap yang lebih tajam. Namun, ada beberapa pasar seperti Pasar Tabing dan Pasar Gaung yang memang perlu dibenahi karena banyak yang masih kotor dan terkelola dengan kurang baik,” jawabnya.
Ia juga menyoroti buruknya pengelolaan kebersihan di banyak pasar di Kota Padang.
“Saya sudah mengunjungi beberapa pasar dan menemukan sampah di mana-mana. Ini menjadi perhatian serius kita ke depan,” tambahnya.
Baca Juga:Pabrik Karet Vs Bibit Unggul: Debat Panas Pilkada Sijunjung 2024 Berebut Suara Petani
Fokus pada Revitalisasi dan Ekonomi Pasar
Amasrul, Wakil dari Iqbal, mempertegas pentingnya fokus pada pemberdayaan ekonomi pasar daripada hanya sekadar membahas nama-nama pasar.
“Jika kita hanya berbicara tentang nama pasar tanpa ada upaya untuk meningkatkan ekonomi di sana, maka itu tidak akan ada artinya. Kita perlu membangkitkan daya saing pasar agar bisa menghidupkan ekonomi lokal,” tegasnya.
Menanggapi hal itu, Hidayat menegaskan rencana revitalisasi pasar sebagai prioritas mereka.
“Kami memiliki rencana untuk merevitalisasi Pasar Raya, Pasar Belimbing, dan Pasar Ulak Karang. Visi kami adalah menjadikan Pasar Raya sebagai pasar wisata yang juga menjaga unsur sejarah dan budaya Kota Padang,” jelasnya.
Solusi untuk Pedagang Kecil
Iqbal menyoroti tantangan utama pedagang kecil di pasar tradisional, yakni penurunan daya beli masyarakat dan tingginya utang rentenir.
“Pasar-pasar kita semakin sepi, banyak pedagang yang terjebak utang rentenir,” ungkapnya.
Sebagai solusi, Iqbal mengusulkan program pinjaman modal tanpa bunga dan tanpa riba untuk pedagang kecil.
“Kami ingin menyelamatkan pedagang dari jeratan rentenir, sehingga mereka bisa berjualan dengan lebih tenang dan berkembang,” ujarnya.
Relevansi Pasar dalam Pemulihan Ekonomi
Debat ini menyoroti relevansi pasar tradisional sebagai pusat ekonomi lokal di Kota Padang.
Para Paslon mengajukan berbagai pendekatan untuk memperbaiki kondisi pasar, mulai dari revitalisasi fisik hingga pemberdayaan ekonomi pedagang.
Dengan Pilkada yang semakin dekat, masyarakat Kota Padang kini memiliki gambaran jelas mengenai visi-misi masing-masing Paslon dalam memperbaiki kondisi pasar tradisional dan mendukung pertumbuhan ekonomi lokal.
Kontributor : Rizky Islam