Ketika Kampung Terpencil Garabak Data "Merdeka" dengan Listrik, Ekonomi Beringsut Tumbuh

Kehadiran listrik PT PLN (Persero) di Nagari Garabak Data, Kecamatan Tigo Lurah di Kabupaten Solok, Sumatera Barat (Sumbar), betul-betul membawa berkah.

Riki Chandra
Rabu, 15 Desember 2021 | 08:15 WIB
Ketika Kampung Terpencil Garabak Data "Merdeka" dengan Listrik, Ekonomi Beringsut Tumbuh
Tiang-tiang listrik berdiri kokoh di Nagari Garabak Data, Kecamatan Tigo Lurah, Kabupaten Solok. [Dok.Istimewa]

SuaraSumbar.id - Kehadiran listrik PT PLN (Persero) di Nagari Garabak Data, Kecamatan Tigo Lurah di Kabupaten Solok, Sumatera Barat (Sumbar), betul-betul membawa berkah. Beragam peluang usaha baru pun muncul di tengah masyarakat daerah yang selama ini dikenal terpencil dan terisolir itu.

Anak-anak yang dulu mengaji bergelap-gelap di masjid dan surau (musala) dengan lampu togok (lampu minyak), kini telah menikmati cahaya terang. Kedai-kedai warga mulai "hidup" di malam hari. Listrik seperti menjawab jeritan Garabak Data yang selama ini belum "merdeka" dari segi akses transportasi.

"Alhamdulillah. Banyak dampak positif kehadiran listrik PLN di kampung kami. Malam yang dulunya senyap, kini terasa hangat dan geliat ekonomi kian hidup," kata Wali Nagari Garabak Data, Pardinal, Sabtu (11/12/2021).

Hari ini, sekitar 320 tiang listrik telah berdiri kokoh di sudut-sudut Nagari Garabak Data yang mayoritas masih memiliki jalan tanah itu. Pemasangannya baru rampung pada Agustus 2021 lalu.

Baca Juga:40 Rumah Warga Agam Diterjang Banjir, 1 Jembatan Roboh dan 3 Sepeda Motor Hanyut

"Ada kekurangan sekitar 25 tiang lagi untuk warga di Jorong Garabak. Kami berharap PLN dapat secepatnya menambah, agar masyarakat di sana juga bisa menikmati listrik," katanya.

Menurut Pardinal, masyarakat di Nagari Garabak Data kini juga sudah banyak yang membeli kulkas, mesin pemarut kelapa dan sebagainya. Kondisi tentu menambah sektor usaha kecil-kecilan warga yang mayoritas berprofesi sebagai petani.

"Sudah banyak yang berjualan es. Mengawetkan makanan pun sekarang sudah bisa. Bukan tidak mungkin UMKM yang menggunakan tenaga listrik, seperti jahitan baju, makanan-makanan ringan karya warga Garabak Data akan lahir setelah ini," katanya.

"Ini sesuai dengan semangat Pak Presiden Jokowi, yakni membangun dari pinggir negeri. Kami salah satu contohnya. Listrik sudah membangkitkan semangat dari berbagai sektor usaha masyarakat," katanya lagi.

Tak hanya itu, kehadiran listrik juga menunjang proses belajar mengajar siswa di Kecamatan Tigo Lurah. Kondisi ini diungkapkan oleh mantan guru SMP Negeri 4 Tigo Lurah, Aulia Rahman.

Baca Juga:Banjir Terjang Kawasan Solok Selatan, 2 Rumah Warga Hanyut

Menurut guru mata pelajaran Fisika itu, banyak hal yang mudah dilakukan untuk memberikan pembelajaran kepada siswa sejak listrik masuk. Salah satunya dengan penggunaan infokus.

"Dulu sebelum listrik masuk, kami guru IPA ini kerepotan saat harus menggambar bagian tubuh misalnya. Habis waktu. Sekarang sudah ada listrik dan bisa kami tampilkan lewat infokus," kata guru yang akrap disapa Pak Ul itu.

"Ada materi tata surya, kalau kami gambar tentu lama. Ini untungnya ada listrik. Bisa hemat waktu dan siswa mengerti lebih cepat karena gambarnya detail," sambung Aulia yang kini mengajar di SMPN 6 Lembang Jaya itu.

Aulia merasakan betul mengajar di SMP Negeri 4 Tigo Lurah tanpa listrik. Dia lulus menjadi guru di ASN di sekolah tersebut sejak tahun 2011 dan listrik baru masuk tahun 2014.

Tak hanya soal mengajar, administrasi sekolah kini mulai lancar. Soal surat menyurat tak perlu lagi repot-repot membuat di lokasi berjaringan listrik.

"Dulu, bikin surat, cetak surat, fotocopy surat keluar dulu. Sekarang semua termudahkan. Semoga prestasi siswa juga meningkat hendaknya di masa mendatang," katanya.

Perjuangan Tigo Lurah

Tigo Lurah tercatat sebagai kecamatan terpencil dari 14 kecamatan di Kabupaten Solok. Jarak pusat pemerintahan Tigo Lurah ke kantor Bupati Solok mencapai 80 kilometer. Masyarakat yang ingin ke pusat pemerintahan Kabupaten Solok harus merogoh kocek ratusan ribu untuk biaya ongkos ojek motor.

"Kalau dari Nagari Garabak Data bisa Rp 150 ribu ke pusat kabupaten maupun ke Kota Solok. Tapi kalau dari pusat kecamatan di Nagari Batu Bajanjang sekitar Rp 40 ribu," kata salah seorang tokoh pemuda Tigo Lurah, Yusrial Dani Putra, beberapa waktu lalu.

Di era kepemimpinan Bupati Solok Syamsu Rahim (2010-2015), Kabupaten Solok masih berstatus daerah tertinggal dan penyebabnya adalah Tigo Lurah. Bahkan, transportasi kuda beban masih ada di Garabak Data, karena tak bisa dilewati kendaraan roda dua dan roda empat.

Secara beringsut, Tigo Lurah mulai bangkit dari ketertinggalan. Salah satu hal yang melepaskan status Tigo Lurah dari daerah terisolir adalah karena masuknya aliran listrik PT PLN (Persero).

Menurut Dani, Tigo Lurah baru ditempuh kabel-kabel listrik sekitar tahun 2014. Namun proses elektrifikasi listrik berlangsung secara bertahap.

"Tigo Lurah ini kan ada 5 nagari. Yang teraliri setau saya waktu itu baru Rangkiang Luluih, Batu Bajanjang dan kampung saya di Simanau. Lalu sekitar tahun 2017 masuk juga ke Sumiso. Nah, Garabak Data yang terakhir tahun ini.

Dani menyebut bahwa listrik PLN salah satu pemicu Tigo Lurah "merdeka" dari keterisoliran. Sebelumnya, memang ada PLTMH yang menghidupkan listrik ke sejumlah rumah-rumah penduduk. Namun tentu tidak merata seperti yang ada dan nyata hari ini.

"Listrik ini membawa perubahan signifikan bagi Tigo Lurah. Anak-anak muda sudah bisa menyaksikan informasi lewat televisi dan android," katanya.

Sementara itu, Wali Nagari Garabak Data, Pardinal mengatakan, jaringan listrik PLN sejatinya sudah masuk ke Garabak Data sejak tahun 2018. Namun, proses distrubusi tiang-tiang listrik terkendala buruknya akses jalan. Dengan begitu, tiang listrik PLN baru terdistribusikan sampai ke pelosok itu tahun 2021.

Hari ini, Pardinal dan warganya yang berjumlah lebih dari 2 ribu jiwa telah menikmati kehadiran listrik. "Nagari kami paling terisolir dari 74 nagari di Kabupaten Solok. Kedatangan listrik ini suatu kebanggaan yang tidak ternilai harganya," katanya.

Camat Tigo Lurah, Sarmaini mengatakan, saat ini sudah hampir 100 persen rumah warga Tigo Lurah diterangi listrik. "Bisa dikatakan 98 persen. Kalau Nagari Garabak Data sudah teraliri semua, itu sudah 100 persen berarti," katanya beberapa waktu lalu.

Sarmaini tak menampik bahwa listrik salah satu hal yang membuat daerah berpenduduk lebih dari 13 ribu jiwa itu, keluar dari status tertinggal. "Kalau jalan lumayan sudah lancar juga. Sekitar 60 persen. Nagari Garabak Data juga yang masih belum tuntas," katanya.

Rasio Elektrifikasi Sumbar

PT. PLN (Persero) Unit Induk Wilayah (UIW) Sumbar terus meningkatkan rasio elektrifikasi dan rasio listrik nagari (desa) di Sumbar. Sepanjang tahun 2020, PLN kembali mengalirkan listrik untuk 19 desa di Sumbar.

Manager Komunikasi PT. PLN (Persero) UIW Sumbar, Afriman mengatakan, rasio elektrifikasi PLN di Sumbar sudah mencapai angka 98.45 persen. Namun jika digabung dengan non PLN, elektrifikasi di Sumbar sudah di angka 98,97 persen.

"Khusus di Kabupaten Solok, rasio elektrifikasi di angka 94,46 persen," katanya.

Tahun 2021, kata Afriman, sebagai pemegang mandat dalam melistriki nusantara, PLN Sumbar bakal mengejar target percepatan elektrifikasi hingga angka 100 persen.

"Kami juga akan berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten dan kota dalam penyediaan sarana dan infrastruktur pendukung," katanya.

Dia berharap, kehadiran listrik betul-betul memberikan dampak dan manfaat besar terhadap kelangsungan hidup masyarakat. Atas dasar itu, PLN UIW Sumbar bertekad menuntutaskan desa-desa yang belum tersentuh penerangan listrik di tahun ini.

Sementara itu, dalam rilisnya, General Manager PLN UIW Sumbar, Bambang Dwiyanto mengatakan, tahun 2021 ini, PLN Sumbar menargetkan empat desa baru teraliri listrik.

Desa tersebut berada di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Jika semua tertuntaskan, maka elektrifikasi di Sumbar pada akhir Desember 2021 mencapai angka 99,74 persen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini