SuaraSumbar.id - Dalam ajaran Islam, mengelola utang piutang diberikan perhatian khusus, termasuk tata cara berdoa untuk membantu melunasi hutang.
Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Wa'il menunjukkan dialog antara seorang pria dengan Ali bin Abi Thalib, di mana pria tersebut mengeluhkan kesulitannya melunasi hutang.
Ali kemudian mengajarkan doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, yang berbunyi:
اَللّهُمَّ اكْفِنِىْ بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَاَغْنِنِيْ بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
'Allahummakfinii bihalaalika 'an haroomika wa aghninii bi fadhlika 'amman siwaaka'
"Ya Allah, cukupkanlah aku dengan apa yang Engkau halalkan dari apa yang Engkau karuniakan. Dan dengan karunia-Mu, jadikanlah aku tidak membutuhkan kecuali kepada Engkau."
Doa ini mengajarkan kepada umat Muslim untuk berharap pada pertolongan Allah dalam menghadapi kesulitan finansial, sekaligus mengingatkan pentingnya menghindari utang yang tidak perlu.
Hadits lain yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim menggambarkan Rasulullah SAW sering berdoa agar terhindar dari utang karena utang dapat mengarah pada perilaku yang tidak diinginkan seperti berdusta atau ingkar janji.
Lebih lanjut, ajaran ini diperkuat melalui kisah lain dari Jabir RA, di mana Rasulullah SAW menolak menshalatkan jenazah seorang laki-laki yang masih memiliki utang sebesar dua dinar.
Baru setelah utang tersebut dijamin oleh Abu Qatadah, Rasulullah mengizinkan shalat jenazah dilaksanakan.
Cerita ini menegaskan bagaimana Islam memperlakukan utang sebagai hal yang serius yang bahkan dapat mempengaruhi upacara keagamaan setelah kematian seseorang.
Keseluruhan ajaran ini menggarisbawahi pentingnya manajemen keuangan yang bertanggung jawab dan perilaku etis dalam Islam, serta mengajarkan pentingnya bergantung kepada Allah dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam hal keuangan.
Kontributor : Rizky Islam