Sumbar Lawan Karhutla: 10 Ton NaCl Diterbangkan BMKG untuk Hujan Buatan!

BMKG bersama BPBD Sumbar mulai melakukan operasi modifikasi cuaca untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang meluas di wilayah tersebut.

Riki Chandra
Jum'at, 25 Juli 2025 | 18:42 WIB
Sumbar Lawan Karhutla: 10 Ton NaCl Diterbangkan BMKG untuk Hujan Buatan!
Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau, Desindra Deddy Kurniawan (kanan), Jumat (25/7/2025). [Dok. Antara/ Muhammad Zulfikar]

SuaraSumbar.id - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat (Sumbar) mulai melakukan operasi modifikasi cuaca untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang meluas di wilayah tersebut.

Dalam operasi yang berlangsung mulai 25 hingga 29 Juli 2025, sebanyak 10 ton Natrium Klorida (NaCl) atau garam dapur disiapkan untuk disemai melalui udara.

“Untuk hari pertama, BMKG bersama BNPB, BPBD Provinsi Sumbar serta pihak aviasi menggelar operasi modifikasi cuaca. Sorti pertama membawa satu ton NaCl,” ujar Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau, Desindra Deddy Kurniawan, Jumat (25/7/2025).

Dalam lima hari operasi, setiap harinya ditargetkan dua kali penerbangan pada pagi dan sore, masing-masing membawa satu ton garam.

Garam ini akan disemai di wilayah yang memiliki potensi awan cukup tinggi untuk menstimulasi hujan buatan dengan intensitas ringan hingga sedang, sekitar 20–50 milimeter per hari.

Langkah ini diambil menyusul peningkatan jumlah hotspot di Sumatera Barat yang terpantau oleh satelit. Beberapa kabupaten yang menjadi prioritas penyemaian antara lain Kabupaten Limapuluh Kota, Kabupaten Solok, Kabupaten Sijunjung, dan Tanah Datar.

“Target utama adalah wilayah-wilayah yang tercatat banyak terjadi hotspot maupun fair spot,” kata Desindra.

Kondisi kekeringan yang terjadi di sejumlah wilayah juga memperkuat urgensi operasi ini. Berdasarkan data BMKG, beberapa daerah di Sumbar telah mengalami hari tanpa hujan selama 30 hingga 60 hari, mendekati kategori ekstrem. Kabupaten Solok menjadi salah satu daerah yang mengalami kekeringan terparah.

Operasi modifikasi cuaca ini juga mendukung status tanggap darurat yang telah ditetapkan di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kabupaten Solok. Menurut BMKG, momentum ini tepat karena masih terdapat potensi pertumbuhan awan selama tiga hari ke depan di wilayah target.

“Kami berharap bibit-bibit awan ini bisa menjadi awan hujan sehingga turun hujan di wilayah-wilayah yang sangat kekeringan,” kata Desindra.

Intervensi ini diharapkan mampu menurunkan jumlah hotspot serta mengurangi risiko penyebaran karhutla yang dapat mengancam ekosistem dan kesehatan masyarakat.

Jika operasi ini berhasil, model serupa berpotensi diterapkan di provinsi lain yang mengalami kondisi serupa, mengingat musim kemarau diprediksi masih akan berlangsung hingga akhir Agustus. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini