Sampah Laut Mengantar Abadi ke Baitullah

Gerakan nasional Bulan Cinta Laut (BCL) memacu semangat nelayan ikut aktif memungut sampah di pesisir laut Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar).

Riki Chandra
Sabtu, 09 Desember 2023 | 18:15 WIB
Sampah Laut Mengantar Abadi ke Baitullah
Abadi merupakan nelayan penggerak budaya bersih sampah laut yang merupakan Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Nelayan Saiyo Sakato Mandiri di Kota Padang, Sumbar. [Suara.com/Riki Chandra]

SuaraSumbar.id - Gerakan nasional Bulan Cinta Laut (BCL) memacu semangat nelayan ikut aktif memungut sampah di pesisir laut Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar). Mereka berlomba-lomba mengumpulkan berbagai ragam sampah yang diseret ombak setiap hari dan menumpuk di pinggiran laut.

Pagi itu, Selasa (5/12/2023), sekitar pukul 06.50 WIB, delapan orang nelayan sudah beraktivitas di kawasan ujung jalur dua pantai Padang. Empat pria tampak berbincang akrab dekat tumpukan ban mobil bekas dan sampah plastik di bawah jembatan ujung Pantai Muaro Lasak, Kelurahan Flamboyan Baru, Kecamatan Padang Barat.

Di bibir pantai yang berjarak sekitar 10 meter dari jembatan, tiga nelayan lainnya sedang bersiap-siap melaut mencari ikan menggunakan perahu dayung. Seorang nelayan lagi sedang menggaruk sampah plastik di pinggir pantai tersebut. Sampah langsung dipilah dan disusun sesuai jenisnya di bawah jembatan.

"Pukul 6 pagi kami sudah di sini (pantai Padang). Melaut mencari ikan dan memungut sampah di pinggir pantai. Ini aktivitas rutin saya sejak dua tahun terakhir," kata nelayan bernama Abadi (61) kepada SuaraSumbar.id.

Abadi salah satu penggerak budaya bersih sampah laut di ujung Pantai Muaro Lasak Padang. Ia adalah Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Nelayan Saiyo Sakato Mandiri yang memiliki 13 orang anggota aktif.

"Walau sudah berumur 60 tahun lebih, semangat ketua kami (Abadi) jangan ditanya. Makanya pantai ini bersih dari sampah setiap hari," timpal Irianto (52), nelayan yang duduk di bawah jembatan.

"Alhamdulillah, masih diberi kekuatan dan kesehatan," kata Abadi menyambung perbincangan.

Sudah 26 tahun lamanya lelaki tamatan SMP itu jadi nelayan di Kota Padang. Ia mengaku kebiasaannya memungut sampah telah berlangsung sejak tahun 1997. Namun, saat itu, sampah-sampah yang dikumpulkan hanya yang terbawa jaring atau pukek (pukat) ke tepian saat menangkap ikan.

"Dulu, sampah dibakar saja di pinggir pantai. Sekarang tidak, semua sampah bisa jadi uang," katanya.

Semangat Abadi mengumpulkan sampah laut kian tumbuh sejak hadirnya gerakan nasional Bulan Cinta Laut (BCL) 2022 lalu. Apalagi, gerakan BCL juga mengapresiasi pelaku pengumpul sampah dengan berbagai program. Kemudian, muara dari sampah yang dikumpulkannya pun jelas hingga menghasilkan manfaat bagi nelayan yang memungutnya.

"Sebelum berkelompk pun saya sudah aktif memungut sampah di pinggir laut. Kelompok Nelayan Saiyo Sakato Mandiri ini saya dirikan bersama kawan-kawan tahun 2020. Sebelumnya nama kelompok kami Marcopolo, vakum 2016, sejak pembangunan jembatan ini," katanya.

Sudah dua tahun lamanya anak veteran TNI itu rutin mengumpulkan sampah laut di kawasan pantai sepanjang 300 meter. Pagi hari dikumpulkan, sampah lalu dikeringkan di bawah jembatan dan sorennya ditimbang hingga diangkut ke dua tempat berbeda. Ada yang dikirim ke Bank Sampah Pancadaya, ada pula yang dijual ke program "Nabuang Sarok" (Nabung Sampah) Semen Padang. Dua tempat penampungan sampah nelayan itu merupakan kerjasama gerakan BCL yang digagas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berkolobarasi dengan Pemprov Sumbar dan Pemerintah Kota Padang.

Setelah dikumpulkan, kata Abadi, sampah dipilah sesuai jenisnya. Sampah plastik, daun kering, batok kelapa, ranting kayu, kain-kain bekas hingga sandal-sandal karet, dikirim ke "Nabuang Sarok". Sementara, sampah botol air mineral, kaleng susu, kardus bekas dan sejenisnya, dijual ke Bank Sampah Pancadaya.

"Semua sampah menghasilkan. Ada yang berupa emas, ada pula berupa hadiah. Yang kami bakar hanya sampah-sampah kayu lapuk, sisa makanan hingga paku-paku berkarat," katanya.

Di program "Nabuang Sarok", setiap sampah yang dikirimkan nelayan akan dihargai dengan poin. Nanti, poin-poin tersebut ditukarkan dengan berbagai hadiah, seperti rice cooker, setrika, kompor gas dan sebagainya. Sedangkan di program Bank Sampah Pancadaya, setiap sampah ditukarkan dengan emas.

"Sampah ini (termasuk punya kawan-kawan) saya yang angkut sendiri dengan becak motor bantuan pemerintah. Hampir setiap hari saya lakukan sejak dua tahun terakhir," kata Abadi yang juga Direktur Bank Sampah Kampung Nelayan Cinta Laut (KNCL) itu.

Butuh Alat Tangkap Ikan

Pantai yang bersih dari sampah akan membuat pengunjung nyaman. Setelahnya, pantai Padang tidak lagi diolok-olok kumuh dan jorok. Semangat sadar sampah inilah yang sedang dibangun Abadi dan kawan-kawannya sesama nelayan, hingga ditularkan kepada masyarakat sekitar kawasan pesisir.

Dia mengajak para tetangga untuk tidak membuang sampah sembarangan, terutama ke laut. Kekinian, ada 25 ibu-ibu pegawai Puskesmas Padang Pasir yang telah bergabung dalam gerakan bersih sampah dari rumah hingga ke laut. "Mereka ikut bersemangat nabung sampah," kata Abadi.

Bagi nelayan, hasil memungut sampah laut tak begitu menjanjikan secara ekonomi. Gerakan itu hadir karena bentuk kepedulian dan semangat membantu pemerintah membersihkan pantai agar terlihat bersih dan cantik, sekaligus merawat biota laut.

Jika diuangkan, Abadi yang rutin memungut sampah hanya rata-rata mendapatkan Rp 20 ribu sehari atau sekitar Rp 750 ribu per bulan. Sekuat-kuatnya kalau sedang fokus, ia dan anggota kelompoknya hanya bisa mengumpulkan 50 kilogram sampah dalam sehari.

Abadi sedang di bawah jembatan ujung jalur dua Pantai Padang, tempat ia dan anggota KUB Saiyo Sakato Mandiri mengeringkan sampah-sampah yang telah dipilah usai dikumpulkan dari pinggir laut. [Suara.com/Riki Chandra]
Abadi sedang di bawah jembatan ujung jalur dua Pantai Padang, tempat ia dan anggota KUB Saiyo Sakato Mandiri mengeringkan sampah-sampah yang telah dipilah usai dikumpulkan dari pinggir laut. [Suara.com/Riki Chandra]

"Ini murni pengabdian saja. Kalau cari uang untuk hidup sehari-hari nggak mungkin. Tapi alhamdulillah bisa menunjang pendapatan," kata ayah 13 anak yang tinggal di rumah kontrakan itu.

Para nelayan sejatinya butuh bantuan alat untuk mencari ikan ke laut, seperti jaring hingga mesin tempel. Saat ini, anggota KUB Nelayan Saiyo Sakato Mandiri hanya melaut menggunakan perahu dayung. Mereka baru punya 4 mesin tempel. Sedangkan sampannya berjumlah 15 unit.

"Kami butuh bantuan alat untuk mencari ikan ke laut," kata Riki (33), nelayan anggota kelompok Abadi.

Abadi, Riki dan 12 rekan sesama nelayannya setiap hari mencari ikan menggunakan perahu dayung. Ia menjaring ikan, udang hingga melukah kepiting dengan merakit alat tangkap sendiri.

"Kami tidak perlu bantuan uang, tapi berikan kami bantuan alat untuk mencari uang ke laut. Seperti mesin untuk perahu kami, jaring ikan dan udang. Itu sudah lebih dari cukup," katanya diamini nelayan lainnya, Irianto (52).

Menurut Abadi, bantuan alat tangkap ikan dari pemerintah sejatinya telah memberikan jalan penghidupan nelayan untuk semakin baik. Mereka juga tambah bersemangat berpartisipasi membersihkan sampah dari laut.

"Dulu kami di sini maelo pukek juga. Tapi karena alat pukek rusak, makanya sekarang menjaring dan melukah saja. Kalau alat pukek sudah baik, Februari 2024 nanti, saya akan mulai mamukek lagi," katanya.

Nelayan Terinspiratif Raih Umrah Gratis

Abadi memulai semangat membersihkan sampah laut dari dirinya sendiri. Dia memberikan contoh kepada belasan anggota kelompoknya tentang bagaimana konsisten memungut sampah setiap kali melaut. Hal itu telah dibuktikannya dengan menorehkan prestasi tingkat nasional. KKP memilih Abadi sebagai nelayan terinspiratif 2023 yang penghargaannya diserahkan saat puncak apresiasi BCL bulan lalu.

Sebelum di tingkat nasional, Abadi adalah perseorangan dan kelompok nelayan terbanyak pengumpul sampah pada gerakan BCL 2022 di Kota Padang. Tahun lalu, dari 14 provinsi di Indonesia, KUB Saiyo Sakato Mandiri dari Padang berhasil mengumpulkan 12 ton 800 kilogram sampah dalam sebulan.

"Secara kelompok, KUB Saiyo Sakato Mandiri terbanyak tahun 2022. Nah, secara perorangan, saya juga yang terbanyak mengumpulkan sampah," katanya.

Ragam penghargaan telah diraih oleh Abadi selama aktif memungut sampah laut di Kota Padang. [Suara.com/Riki Chandra]
Ragam penghargaan telah diraih oleh Abadi selama aktif memungut sampah laut di Kota Padang. [Suara.com/Riki Chandra]

Hanya saja, peringkat KUB Saiyo Sakato Mandiri turun dari juara 1 ke nomor 2 pada gerakan nasional BCL 2023 yang diikuti oleh 18 provinsi. Namun, secara personal, Abadi tetap menjadi nelayan terinsipratif.

Hadiah paling istimewa yang akan didapat Abadi adalah berangkat menuju Tanah Suci Mekkah. Ia mendapatkan umrah gratis dari Gubernur Sumbar atas dedikasi dan konsistensinya membersihkan sampah di laut. Dalam waktu dekat, Abadi akan melihat dan beribadah di depan Ka'bah atau Baitullah, tempat suci yang setiap Muslim merindukan sampai ke sana.

"Alhamdulillah. Kalau tidak ada rintangan, janjinya, Desember ini saya berangkat umrah," tuturnya dengan mata berkaca-kaca.

Terlepas dari hadiah tak terduga itu, Abadi mengajak semua masyarakat untuk tidak lagi membuang sampah sembarangan di pesisir pantai. Baginya, membersihkan sampah laut adalah tanggungjawab bersama semua pihak, terutama warga di kawasan pesisir itu sendiri.

"Semoga gerakan ini terus tumbuh dan makin banyak tergugah," katanya.

Kabar Abadi akan berangkat umrah ke Tanah Suci Mekkah dibenarkan oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sumbar, Reti Wafda. Menurutnya, Ketua KUB Saiyo Sakato Mandiri itu adalah sosok pengumpul sampah terbanyak di 2023 di pesisir laut Sumbar. Janji umrah itu telah disampaikan oleh Gubernur Sumbar Mahyeldi beberapa waktu lalu.

"Insya Allah penyerahan (hadiah umrah) dilakukan pada Hari Nusantara (Desember 2023)," katanya.

Bersama Menjaga Laut Demi Ekonomi Biru

Data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang mengungkapkan bahwa warga Padang memproduksi lebih 600 ton sampah setiap hari. Sampah tersebut menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Air Dingin. Bahkan, TPA yang terletak di Kecamatan Koto Tangah itu diprediksi penuh tahun 2026 mendatang.

Masalah sampah laut tak kalah serius, terutama sampah plastik. Data Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL) mengungkap bahwa produksi sampah plastik di laut Indonesia mencapai 398.000 ton pada 2022. Angka tersebut turun 35,36 persen dibandingkan 5 tahun atau 2018.

Pemerintah berupaya menekan jumlah sampah plastik di laut Indonesia. Hal itu tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut yang menargetkan pengurangan sampah plastik di laut hingga 70 persen pada 2025 mendatang.

Gerakan nasional BCL juga wujud kerja nyata Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengurangi sampah di laut. Program bersih-bersih sampah BCL hadir sejak 2022 dan telah melibatkan ribuan nelayan di 18 kabupaten dan kota di Indonesia.

"BCL memberdayakan nelayan dan masyarakat untuk membersihkan sampah laut bersama-sama. Ini demi menjaga biota di laut," kata Analis Pengusahaan Jasa Kelautan di UPT KKP Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang, Hadi Prayitno, Selasa (5/12/2023).

Wilayah kerja BPSPL Padang sendiri mencakup 7 provinsi. Mereka yang menjadi 'mata' dan 'telinga' KKP di daerah. Petugas BPSPL memantau dan memastikan kelanjutan dari gerakan BCL tersebut di lapangan.

Saat ini, kata Hadi, ada 8 Kelompok Usaha Bersama (KUB) nelayan di Kota Padang yang aktif memungut sampah laut setiap hari. Jumlah nelayan terlibat mencapai 75 orang. Kelompok tersebut terlebih dahulu divalidasi sebelum dinyatakan bergabung dalam gerakan BCL.

Hadi mengatakan, isu sampah pesisir laut Indonesia sudah mendunia. Atas dasar itu, perlu kolaborasi berbagai pihak untuk menanganinya, seperti Pemprov Sumbar, Pemko, Pemkab, stakeholder terkait lainnya hingga masyarakat luas. Dengan kata lain, tidak tertumpu pada KKP semata.

"Menjaga kesehatan laut dengan menggugah kesadaran semua orang peduli sampah. Dampaknya buruk sekali karena bisa merusak biota laut," bebernya.

Salah satu tujuan dari gerakan BCL adalah membangun kepedulian masyarakat, khususnya nelayan, untuk peduli terhadap sampah laut. Sebab, salah satu penyebab sampah plastik mencemari laut adalah ulah perangai manusia yang buang sampah sembarangan. "Mari bersama merawat laut agar biotanya terus terjaga," katanya.

Senada dengan itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sumbar, Reti Wafda mengatakan, Pemprov Sumbar terus mendukung dan bersama-sama menggerakkan penyelamatan laut dengan aksi peduli sampah lewat BCL.

Selain bersama BPSPL Padang, DKP Sumbar juga bekerjasama dengan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bungus Teluk Kabung, untuk menggerakkan nelayan peduli sampah laut. "Menjaga ekosistem laut salah satunya dengan mengurangi sampah plastik," katanya kepada SuaraSumbar.id, Jumat (8/12/2023).

Ia juga menyebutkan ada 8 kelompok nelayan yang terlibat dalam gerakan BCL. Para nelayan itu tersebar di Kecamatan Padang Selatan dan Padang Barat. "Tidak semua nelayan terlibat, yang betul-betul mau berkolaborasi dan bersemangat saja yang aktif," katanya.

Reti tak menampik, dari 8 kelompok nelayan itu, KUB Saiyo Sakato Mandiri yang paling aktif. Rata-rata, kelompok yang dikomandoi oleh Abadi ini, mampu mengumpulkan 1,5 ton sampah setiap bulan. Sementara, kelompok lain hanya kisaran 200-300 kilogram per bulannya.

DKP Sumbar mendukung kelompok dengan banyak hal. Mulai dari pengadaan tong sampah, cangkul, sarung tangan, hingga sosialisasi kepada masyarakat. Bahkan, pengumpul sampah terbanyak juga akan diumrahkan ke Tanah Suci Mekkah oleh Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah.

Dia berharap agar gerakan BCL mampu menyentuh masyarakat luas hingga mereka menyadari pentingnya menjaga laut. Dengan begitu, aktivitas membuang sampah sembarangan pun akan berkurang. Selain itu, menyadarkan bahwa sampah jika dikelola dengan baik justru bisa mendatangkan manfaat yang bernilai ekonomi.

"Hakikatnya, buang sampah sembarangan merusak alam dan lingkungan kita sendiri," katanya.

Saat pelaksanaan BCL pada September 2023 di Kota Padang, Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah mengaku mengapresiasi dan mendukung langkah KKP RI. Hal itu dibuktikan dalam 2 tahun kegiatan bersih-bersih pantai yang selalu dibersamai oleh Pemprov Sumbar.

"Kami berharap BCL terus berlanjut dan membawa dampak lebih luas lagi bagi masyarakat di pesisir Sumbar," katanya dalam keterangan resmi.

Mahyeldi juga memberikan dukungan moril hingga materil kepada para nelayan yang berkomitmen menjaga laut dari sampah. Menurutnya, gerakan bersih sampah laut ini akan mengubah pola pikir masyarakat untuk lebih peduli terhadap laut. Apalagi, sampah-sampah itu kini bisa mendatangkan nilai ekonomi yang mampu menambah pendapatan nelayan.

Bentuk dukungan lainnya, Gubernur Sumbar juga memberikan hadiah umrah gratis kepada nelayan pengumpul sampah terbanyak di 2023. Nelayan beruntung itu akan diberangkatkan ke Tanah Suci Mekkah di akhir tahun ini. Komitmen Gubernur Sumbar membangun semangat nelayan membersihkan sampah laut juga mendapat apresiasi langsung dari Menteri KKP RI Sakti Wahyu Trenggono pada puncak apresiasi gerakan nasional BCL di Surabaya pada November 2023.

"Harus serius untuk peduli menjaga kebersihan di laut, terutama dari sampah-sampah plastik yang bisa berakibat negatif pada potensi perikanan," katanya.

Program BCL KKP 2023 menggerakkkan sebanyak 1.350 nelayan Indonesia untuk terlibat dalam aksi bersih-bersih sampah laut. Gerakan BCL termasuk salah satu dari lima program Ekonomi Biru KKP dalam tata kelola kelautan hingga perikanan maju dan berkelanjutan. Sedikitnya, 820 ton sampah plastik terkumpul dari 18 kawasan pesisir laut di 18 provinsi pada gerakan BCL 2023.

Menteri KKP RI Sakti Wahyu Trenggono dalam keterangan persnya mengatakan, gerakan nasional BCL merupakan wujud dari komitmen pemerintah untuk memulihkan kesehatan laut dari dampak buruk sampah plastik. Menurutnya, masalah sampah di laut adalah persoalan serius. Apalagi, Indonesia pada 2020 berada di urutan ke-6 negara penghasil sampah terbanyak hingga distributor sampah plastik laut peringkat ke-5 di dunia.

Banyak faktor yang mempengaruhi banyaknya sampah di laut Indonesia. Salah satunya karena posisi geografis yang berada dekat Samudera Pasifik yang menjadi zona akumulasi sampah laut plastik terbesar. "Penanganan sampah laut melalui Gerakan BCL secara konsisten diharapkan terus meningkat," katanya.

KKP RI telah memproklamirkan lima kebijakan Ekonomi Biru mendukung Kerangka Kerja Ekonomi Biru ASEAN pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Archipelagic and Island States (AIS) Oktober 2023. Kebijakan itu adalah memperluas kawasan konservasi, penangkapan ikan terukur, pengembangan budidaya perikanan, pengawasan pulau-pulau kecil dan pesisir hingga perbersihan sampah plastik di laut yang menjelma menjadi gerakan nasional BLC.

Dalam KTT AIS di Bali, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan potensi Ekonomi Biru mesti dimanfaatkan secara berkelanjutan. Setiap kerjasama di sektor kelautan harus digerakkan berdasarkan prinsip laut adalah sumber kehidupan berkelanjutan dan berkeadilan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini