Sampah Laut Mengantar Abadi ke Baitullah

Gerakan nasional Bulan Cinta Laut (BCL) memacu semangat nelayan ikut aktif memungut sampah di pesisir laut Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar).

Riki Chandra
Sabtu, 09 Desember 2023 | 18:15 WIB
Sampah Laut Mengantar Abadi ke Baitullah
Abadi merupakan nelayan penggerak budaya bersih sampah laut yang merupakan Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Nelayan Saiyo Sakato Mandiri di Kota Padang, Sumbar. [Suara.com/Riki Chandra]

"Sampah ini (termasuk punya kawan-kawan) saya yang angkut sendiri dengan becak motor bantuan pemerintah. Hampir setiap hari saya lakukan sejak dua tahun terakhir," kata Abadi yang juga Direktur Bank Sampah Kampung Nelayan Cinta Laut (KNCL) itu.

Butuh Alat Tangkap Ikan

Pantai yang bersih dari sampah akan membuat pengunjung nyaman. Setelahnya, pantai Padang tidak lagi diolok-olok kumuh dan jorok. Semangat sadar sampah inilah yang sedang dibangun Abadi dan kawan-kawannya sesama nelayan, hingga ditularkan kepada masyarakat sekitar kawasan pesisir.

Dia mengajak para tetangga untuk tidak membuang sampah sembarangan, terutama ke laut. Kekinian, ada 25 ibu-ibu pegawai Puskesmas Padang Pasir yang telah bergabung dalam gerakan bersih sampah dari rumah hingga ke laut. "Mereka ikut bersemangat nabung sampah," kata Abadi.

Bagi nelayan, hasil memungut sampah laut tak begitu menjanjikan secara ekonomi. Gerakan itu hadir karena bentuk kepedulian dan semangat membantu pemerintah membersihkan pantai agar terlihat bersih dan cantik, sekaligus merawat biota laut.

Jika diuangkan, Abadi yang rutin memungut sampah hanya rata-rata mendapatkan Rp 20 ribu sehari atau sekitar Rp 750 ribu per bulan. Sekuat-kuatnya kalau sedang fokus, ia dan anggota kelompoknya hanya bisa mengumpulkan 50 kilogram sampah dalam sehari.

Abadi sedang di bawah jembatan ujung jalur dua Pantai Padang, tempat ia dan anggota KUB Saiyo Sakato Mandiri mengeringkan sampah-sampah yang telah dipilah usai dikumpulkan dari pinggir laut. [Suara.com/Riki Chandra]
Abadi sedang di bawah jembatan ujung jalur dua Pantai Padang, tempat ia dan anggota KUB Saiyo Sakato Mandiri mengeringkan sampah-sampah yang telah dipilah usai dikumpulkan dari pinggir laut. [Suara.com/Riki Chandra]

"Ini murni pengabdian saja. Kalau cari uang untuk hidup sehari-hari nggak mungkin. Tapi alhamdulillah bisa menunjang pendapatan," kata ayah 13 anak yang tinggal di rumah kontrakan itu.

Para nelayan sejatinya butuh bantuan alat untuk mencari ikan ke laut, seperti jaring hingga mesin tempel. Saat ini, anggota KUB Nelayan Saiyo Sakato Mandiri hanya melaut menggunakan perahu dayung. Mereka baru punya 4 mesin tempel. Sedangkan sampannya berjumlah 15 unit.

"Kami butuh bantuan alat untuk mencari ikan ke laut," kata Riki (33), nelayan anggota kelompok Abadi.

Abadi, Riki dan 12 rekan sesama nelayannya setiap hari mencari ikan menggunakan perahu dayung. Ia menjaring ikan, udang hingga melukah kepiting dengan merakit alat tangkap sendiri.

"Kami tidak perlu bantuan uang, tapi berikan kami bantuan alat untuk mencari uang ke laut. Seperti mesin untuk perahu kami, jaring ikan dan udang. Itu sudah lebih dari cukup," katanya diamini nelayan lainnya, Irianto (52).

Menurut Abadi, bantuan alat tangkap ikan dari pemerintah sejatinya telah memberikan jalan penghidupan nelayan untuk semakin baik. Mereka juga tambah bersemangat berpartisipasi membersihkan sampah dari laut.

"Dulu kami di sini maelo pukek juga. Tapi karena alat pukek rusak, makanya sekarang menjaring dan melukah saja. Kalau alat pukek sudah baik, Februari 2024 nanti, saya akan mulai mamukek lagi," katanya.

Nelayan Terinspiratif Raih Umrah Gratis

Abadi memulai semangat membersihkan sampah laut dari dirinya sendiri. Dia memberikan contoh kepada belasan anggota kelompoknya tentang bagaimana konsisten memungut sampah setiap kali melaut. Hal itu telah dibuktikannya dengan menorehkan prestasi tingkat nasional. KKP memilih Abadi sebagai nelayan terinspiratif 2023 yang penghargaannya diserahkan saat puncak apresiasi BCL bulan lalu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini