Perjuangan Ummy Iis menghidupi anak-anak malang itu tidaklah mudah. Dia kerap dicibir orang-orang. "Hidup saja susah, mau tampung anak orang pula". Begitu sering hujatan sampai ke telinganya. Namun, ocehan miring itu tak dihiraukan. Baginya, hidup sekali ini harus berarti di dunia dan akhirat.
"Terus berbuat baik saja selagi hidup. Saya ini kan cuma jembatan orang-orang yang ingin berbuat baik untuk kemanusiaan. Biar Tuhan yang menilai," katanya.
Anak bungsu dari 6 bersaudara itu mengaku punya rasa kepedulian ini lantaran pernah merasakan pahitnya kehidupan. Semasa kanak-kanak, ibunya sering mengutang ke tetangga hanya untuk membeli beras. Bahkan, 4 orang kakaknya tidak sekolah gara-gara tak punya biaya.
"Dulu waktu kecil, ada anak tetangga buang apelnya di halaman rumah. Saya ingin sekali makan apel, tapi orang tua tak punya uang. Sorenya, saya ambil yang dibuang itu, saya makan. Begitu pedihnya saya waktu kecil," kenangnya sambil bercucuran air mata.
Baca Juga:Pertamina Sebut Pasokan BBM dan LPG di Sumbar Aman Selama Libur Nataru
Kepedihan di masa lalu itulah yang membuat Iis memiliki rasa kasihan berlebih kepada anak-anak tersebut. Dia bercita-cita terus mengembangkan rumah asuh ini agar kelak menjadi Panti Asuhan yang berbasis Pondok Pesantren. Sasarannya agar mereka yang lulus dari asuhannya kelak menjadi penghafal Al-quran.
"Sekarang kan konsepnya rumahan. Mudah-mudahan nanti bisa jadi panti asuhan dan menampung anak-anak terlantar lebih banyak," katanya.
Selain bantuan donatur, Ummy Iis juga punya bakat lain membantu perekonomian untuk menghidupi anak-anak tersebut. Dia membuka praktek pengobatan tradisional berupa bekam dan batangai atau mandi uap. Namun, dia tidak mematok tarif biaya pengobatan.
"Konsepnya tetap sedekah. Siap yang datang dikasih seberapa inginnya saja. Kami tidak pakai tarif. Alhamdulillah ini cukup membantu saya dan anak-anak," katanya.
Menariknya lagi, setelah melihat dampak positif dari gerakan Iis, banyak tetangga dan masyarakat yang kini ikut mendukung kegiatan. Orang-orang yang dulu mencibir, kini pun ikut membantu. Lebih-lebih para perantau Tanah Datar dan warga Minang di luar Sumbar.
Baca Juga:Dua Rumah di Bukit Tinggi Terbakar, Begini Kejadiannya
"Banyak orang yang ingin berbuat baik. Maka kami salurkan jalannya dengan sebaik-baiknya," tuturnya.