Sedekah Seribu Sehari, Jalan Juang Penyintas Kanker Membangun Asa Kaum Duafa

Sejak empat tahun terakhir, Sri Chandra Nurlaili menyulap rumahnya menjadi tempat tinggal anak-anak terlantar. Semua kebutuhannya dicukupi dan juga di sekolahkan.

Riki Chandra
Jum'at, 30 Desember 2022 | 09:10 WIB
Sedekah Seribu Sehari, Jalan Juang Penyintas Kanker Membangun Asa Kaum Duafa
Sri Chandra Nurlaili (kiri), penggerak sedekah seribu sehari dan rumah asuh anak terlantar di Tanah Datar, saat menyaksikan kegiatan anak asuhnya setelah makan siang. [Suara.com/Riki Chandra]

"Sembuh total tentu tidak, tapi bisa lancar beraktivitas dan tidak sakit lagi. Sejak awal saya memang tidak mau berobat medis karena takut. Kalau kakak yang meninggal itu maunya berobat ke dokter," katanya.

Lulusan SMK jurusan bangunan itu punya alasan tersendiri memilih membantu kaum duafa penderita kanker. Semua tak terlepas dari pengalaman pahitnya ketika menemani sang kakak berobat ke RS Achmad Mochtar (RASM) Bukittinggi. Sekitar setahun lamanya Iis pulang-balik ke Bukittinggi yang berjarak sekitar 75 Km dari kediamannya.

Kontrol untuk pengobatan kanker payudara kakaknya tidak bisa selesai sehari. Dengan begitu, Iis pun harus menginap di sekitaran RSAM Bukittinggi. "Kontrolnya dua kali sebulan, tapi tidak dirawat," katanya.

Iis tidak punya keluarga di Bukittinggi. Untuk tidur di penginapan pun ia tak punya uang. Jalan satu-satunya agar bisa berobat adalah tidur di emperan rumah sakit. Kadang-kadang ia tidur di mushala.

Baca Juga:Pertamina Sebut Pasokan BBM dan LPG di Sumbar Aman Selama Libur Nataru

Selama itu pula Iis merasakan pahitnya jadi orang yang tak berpunya. Beruntung dia mendapatkan banyak belas kasihan orang. Banyak cerita-cerita haru selama di RS yang tak luput dari ingatannya. "Saya dikasih uang orang-orang yang tak saya kenal. Mereka kasihan sama kami yang berjuang berobat, tapi untuk makan saat di RS pun kami tak ada," katanya.

Sri Chandra Nurlaili, penggerak sedekah seribu sehari dan rumah asuh anak terlantar di Tanah Datar, Sumatera Barat. [Suara.com/Riki Chandra]
Sri Chandra Nurlaili, penggerak sedekah seribu sehari dan rumah asuh anak terlantar di Tanah Datar, Sumatera Barat. [Suara.com/Riki Chandra]

Setelah merasa sembuh dan kembali normal beraktivitas, Iis pun mencari cara membantu penderita kanker yang kurang mampu. Paling tidak, kata Iis, ia bisa meringankan beban keluarga yang ditinggalkannya di rumah. Sebab, meski biaya pengobatan di RS kini dibantu BPJS Kesehatan, biaya kehidupan sehari-hari atau biaya keluarga yang menemani pasien berobat perlu juga dibantu. Apalagi kalau mereka hanya buruh yang gaji hidup jika sedang bekerja.

"Saya merasakan betul manfaat bantuan orang lain saat menemani kakak kontrol dan kemoterapi. Saat itu, saya juga menahan sakit kanker payudara," kenangnya.

Setelah hadirnya komunitas S3 itu, Iis mampu menghimpun banyak dana untuk membantu penderita kanker yang kesusahan. Bahkan, ia sampai mengirim pasien kanker berobat hingga ke Rumah Sakit Kanker Dharmais.

Bantu Semua Orang Susah

Baca Juga:Dua Rumah di Bukit Tinggi Terbakar, Begini Kejadiannya

Gerakan S3 Sri Chandra awalnya hanya untuk membantu pasien penderita kanker yang kesulitan biaya. Seiring berjalan waktu, gerakan sedekah itu pun meluas hingga membantu semua kaum duafa di daerah tempat tinggalnya. Namun, kebanyakan yang menerima manfaat gerakan itu adalah orang-orang yang sedang sakit.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini