Singkat cerita, Ummy Iis menemukan anak-anak yang dianggapnya layak untuk diasuh dan dibawanya ke rumah asuh yang baru dibangun bersama yayasan tersebut.
"Awalnya, pihak yayasan itu mengontrakan rumah untuk tempat tinggal anak-anak asuh ini. Semuanya ditanggung. Makan anak-anak, biaya sekolah, termasuk memberi saya insentif. Tapi hanya berjalan sekitar tiga bulan. Setelah itu mereka pergi tanpa kabar," katanya.
Ummy Iis bingung karena pihak yayasan hilang bak ditelan bumi. Anak-anak yang diasuhnya tentu tetap butuh biaya hidup. Dia bimbang antara ingin melanjutan program rumah asuh atau kembali memulangkan mereka ke keluarga masing-masing.
![Anak-anak asuh Sri Chandra Nurlaili saat menikmati makan siang. [Dok.Istimewa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/12/30/59302-anak-asuh.jpg)
Hatinya berbisik untuk terus melanjutkan mengasuh anak-anak tersebut. Kepalang tanggung, Ummy Iis akhirnya mengembangkan sayap program sedekah untuk menghidupi anak-anak asuhnya. "Setelah kontrakan rumah habis, barulah anak-anak ini saya bawa ke rumah sendiri. Mereka tinggal di sini layaknya anak kandung," katanya.
Baca Juga:Pertamina Sebut Pasokan BBM dan LPG di Sumbar Aman Selama Libur Nataru
Anak asuh Ummy Iis kini berjumlah 8 orang. Dia sendiri memiliki 4 orang anak kandung. Mereka berbaur tanpa sekat. Delapan orang perempuan tidur di dua kamar rumah yang ditempatinya. Empat orang laki-laki, termasuk dua anaknya, tidur di kamar rumah orang tuanya yang berjarak sekitar 2 meter dari kediamannya.
"Apa yang saya makan, itu yang mereka makan. Tidak ada bedanya. Makanya saya sebut anak saya kini 12 orang, karena nyatanya memang mereka tidur di tempat yang sama," katanya.
Anak-anak yang diasuh Ummy Iis ini ternyata tak sekadar kurang mampu. Mereka memiliki kisah-kisah yang memilukan. Ada yang orang tuanya gangguan jiwa hingga dipasung, lalu bercerai, dan anaknya tak diurus. Ada pula korban kekerasan seksual dari ayah kandungnya sendiri.
Selain itu, anak-anak tersebut juga memiliki kemampuan intelektual lambat atau IQ-nya rendah. "Ini memang anak-anak super khusus dan sekadar miskin. Ada yang sudah 13 tahun tidak juga bisa membaca dan masih kelas 3 SD. Tapi tetap kami sekolahkan, kami arahkan," katanya.
Fenomena itulah yang membuat Ummy Iis tak sampai hati memulangkan mereka ke rumah masing-masing ketika pihak yayasan itu melarikan diri. Kini, semua anak-anak asuhnya sekolah setiap hari seperti anak pada umumnya. Sorenya mereka juga mengaji. Rata-rata anak asuhnya masih duduk di bangku SD, hanya 1 orang di SMK dan seorang lainnya di SMP.
Baca Juga:Dua Rumah di Bukit Tinggi Terbakar, Begini Kejadiannya
"Saya ingin mereka kelak bisa hidup normal. Rumah asuh ini untuk mengangkat dan menjauhkan mereka dari kondisi sosial yang memiriskan," katanya.