Namun, kehidupannya pun berubah. Biasanya, mereka bisa menikmati sore bersama di rumah dengan si buah hati selepas bekerja. Kini, Nisa harus berani tinggal berdua dengan putrinya di rumah, bahkan kadang sampai dua bulan lamanya. "Kalau muatannya lancar, 20 hari sekali pulang dari Jawa ke Solok. Tapi kadang macet, terpaksa sampai 2 bulan menunggu muatan di sana (pulau Jawa).
Meski tak lagi bekerja di kantor bupati, Nisa tak lantas berpangku tangan. Dia aktif berjualan online di media sosial. Mulai dari jualan mainan hingga baju anak-anak. Barang-barang tersebut dibeli oleh suaminya di Jakarta, lalu dipasarkannya di sekitar tempat tinggal.
Dalam kelumit kisah pilunya, KPR bersubsidi BTN yang telah dipesannya ke pengembang terus berjalan. Tibalah saat pembayaran uang DP rumah dengan total sekitar Rp 15 juta. Nasib baik bagi Nisa. Uang arisannya cair di awal Agustus 2021 sebesar Rp 10 juta. Kekurangannya ditambah dengan menjual cincin dan gelang emas anaknya. "Suami bilang jual saja dulu. Nanti kita beli lagi. Yang penting kita bisa dapat rumah untuk berteduh," katanya.
Setelah uang terkumpul, Nisa dan Dedi langsung menyerahkannya ke pengembang. Mereka pun bergerak cepat melengkapi semua persyaratan untuk kredit rumah subsidi seharga Rp 150 juta itu. Lantas, dari analisis pihak BTN, Nisa dan suami yang masih muda disarankan mengambil KPR bersubsidi dengan jangka waktu 20 tahun dengan angsuran per bulan Rp 876 ribu.
Baca Juga:BTN Siapkan Digital Mortgage Ecosystem Menghadapi Era Digitalisasi
Mereka pun langsung mengaminkan tanpa pikir panjang. Alhasil, pengajuan pembiayaan rumah Nisa dan Dedi dikabulkan BTN Cabang Padang pada September 2021 lalu. "Prosesnya sampai akad ini sekitar 5 bulan dan itu penuh kesedihan. Alhamdulillah, hari ini kami telah tinggal di rumah impian. Terimakasih BTN," katanya.
Rasa bangga dan haru juga dituturkan suaminya, Dedi. Menurutnya, bagi seorang sopir truk seperti dia, memiliki rumah adalah impian yang berat. Namun, berkat semua kemudahan yang diberikan Bank BTN, rencana itu terwujud dalam masa pernikahan yang belum menginjak usia 3 tahun. "Ini bagaikan keajaiban. Ketika kami terpuruk di-PHK saat pandemi, saat itu pula Tuhan memberikan kami jalan bahagia lain," katanya.
![Kawasan perumahan bersubsidi di Arosuka, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumbar. [Suara.com/Riki Chandra]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/02/17/39846-rumah.jpg)
Pandemi Covid-19 ternyata tak menyurutkan niat masyarakat di Sumbar untuk memiliki rumah. Permintaan rumah bersubsidi skim (skema) Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) seperti konsumen Nisa dan Dedi masih tetap tinggi.
Sepanjang tahun 2021, realisasi KPR bersubsi Bank BTN Cabang Padang mencapai 1.325 unit dengan pembiayaan Rp 174.627.140.028. Sedangkan KPR non subsidi mencapai 61 unit dengan pembiayaan Rp 12.814.979.000. Pencapaian tersebut meningkat tajam dibandingkan realisasi KPR tahun 2020.
"Realisasi KPR 2021 meningkat dibandingkan 2020. Kenaikannya mencapai 9,7 persen," kata Kepala Bank BTN Cabang Padang Yudha Andaka, Selasa (14/2/2022).
Baca Juga:Cara Beli Rumah Murah Melalui Program Lelang Rumah Bank BTN
Menurutnya, tingginya minat masyarakat mengambil rumah bersubsidi lantaran suku bunganya rendah, yakni dengan flat 5 persen sepanjang jangka waktu kredit. Dia pun berharap tahun ini ekonomi semakin tumbuh. Apalagi, vaksinasi Covid-19 di wilayah Sumbar sudah merata. "Target realisasi KPR BTN Padang tahun ini 1.918 dengan pembiayaan Rp 257.991.000.000," bebernya.