SuaraSumbar.id - Pejuang Veteran di Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar), merasa diabaikan pemerintah daerah. Hal itu dinyatakan Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Bukittinggi dan Padang Panjang, Syofyan Udni.
"Kami merasa diabaikan. Tidak pernah diundang ke acara peringatan kemerdekaan atau hari pahlawan dan semacamnya. Jangan hanya menziarahi makam pahlawan yang sudah meninggal. Kami yang masih hidup tidak diperhatikan," katanya, Kamis (4/8/2022).
Menurutnya, tentara pejuang hanya pernah diundang terakhir kali di masa pemerintahan Wali Kota Jufri, setelahnya mereka seakan tidak pernah ada di mata pemerintah.
"Semoga tahun ini berubah. Banyak di antara kami yang sudah sakit-sakitan, paling tidak ada satu orang di antara veteran ini yang mewakili diundang, kami sebagai pejuang yang sudah bertaruh nyawa hanya ingin dianggap ada dan dihargai, tidak lebih," katanya.
Menurutnya, hal yang berbeda terjadi di Kota Padang Panjang yang rutin mengundang veteran saat perayaan hari Kemerdekaan.
"Kami dijemput dan di antar di Kota Padang Panjang, saya sebagai mantan Sekretaris Veteran Sumbar mengimbau pemerintah di Agam dan Bukittinggi untuk dapat lebih memperhatikan sejarah," katanya.
Tugu-tugu Sejarah Tak Terawat
Ia tidak saja mengatakan kecewa dengan tidak adanya undangan, tapi juga menyoroti beberapa peninggalan sejarah yang seakan dibiarkan terlantar.
"Setidaknya ada lima tugu perjuangan sejarah di Agam dan Bukittinggi ini, Tugu Perang Kamang di Simpang RSAM yang diresmikan Jenderal Nasution pada 1960," katanya.
Selanjutnya ia menyebutkan, Tugu Peringatan Perang Kamang dan Manggopoh pada 1908 yang dibuat Belanda di Jalan Sudirman untuk mengingatkan banyaknya korban dari pihak penjajah.
Kemudian, Tugu Pahlawan Tak Dikenal pada 1960 yang dibuat untuk memperingati banyaknya korban dari rakyat Indonesia dan tidak pernah dikenali identitasnya.
Tugu Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Manggih Gantiang pada 1949.
Tugu Panorama dalam memperingati kemerdekaan serta Tugu Pakan Kamih yang menceritakan sejarah Pasukan Beruang Agam pada 1949 yang dipimpin Asrul Datuak Rangkayo Basa.
"Semua tugu sebagai bukti sejarah perjuangan itu minim perhatian, ada yang sudah rusak, bersemak, berlumut dan lainnya, kemana perhatiannya," kata Syofyan.
Ia mengakui tidak adanya bantuan dan perhatian juga terhadap kantor ke Sekretariatan LVRI di Bukittinggi selama ini.
Berita Terkait
-
6 Hari Usai Tewas Gantung Diri di Bukittinggi, Jenazah Pemuda Asal Jakarta Belum Dijemput Keluarga
-
Petani Sawit di Agam Menjerit, Pilih Tak Panen Gara-gara Harga Makin Anjlok
-
Wanita di Agam Diserang Buaya Saat Naik Motor Bareng Suami, Kakinya Robek
-
Tolak Tambang Galian C, Puluhan Warga Agam Unjuk Rasa di Kantor Wali Nagari Garagahan
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Heboh! 5 Link ShopeePay Gratis Tersebar, Kesempatan Dapat Rp2,5 Juta Cuma Sekali Klik
-
Ibu Muda Buang Bayinya yang Terpotong 3 Bagian di Bukittinggi Ditangkap
-
Resep Perkedel Jagung Renyah, Gurih, Camilan Simpel Favorit Keluarga!
-
Resep Sambel Tempe Kemangi: Pedas dan Bikin Nambah Nasi Terus!
-
Bayi Diduga Baru Lahir Ditemukan di Bukittinggi, Kondisi Terpotong-potong