Kapan Bom Waktu Megathrust Selat Sunda & Mentawai Meledak? Ini Kata BMKG

Namun, Daryono menekankan bahwa potensi gempa ini tidak berarti akan segera terjadi dalam waktu dekat.

Bernadette Sariyem
Minggu, 15 Desember 2024 | 15:21 WIB
Kapan Bom Waktu Megathrust Selat Sunda & Mentawai Meledak? Ini Kata BMKG
ILUSTRASI - Peta pemodelan dampak tsunami dari potensi gempa megathrust. [Sukabumiupdate.com/BMKG]

SuaraSumbar.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali mengingatkan masyarakat akan potensi gempa di zona seismic gap Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menyatakan bahwa meski potensi gempa besar tetap ada, bukan berarti gempa tersebut akan segera terjadi dalam waktu dekat.

“Ini adalah momen yang tepat untuk mengingatkan kita di Indonesia akan potensi gempa di zona seismic gap Selat Sunda dan Mentawai-Siberut,” ujar Daryono, Minggu (15/12/2024).

Apa Itu Seismic Gap?

Baca Juga:Trauma Gempa Besar Terulang, Warga Pariaman Ketakutan Diguncang Gempa M 4,9

Seismic gap adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kawasan aktif secara tektonik yang jarang terjadi gempa dalam jangka waktu lama.

Di Indonesia, zona seismic gap seperti di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut telah ratusan tahun tidak mengalami gempa besar, sehingga para ahli memperkirakan gempa besar bisa terjadi kapan saja.

Namun, Daryono menekankan bahwa potensi gempa ini tidak berarti akan segera terjadi dalam waktu dekat.

“Segmen sumber gempa di sekitar kedua wilayah ini sudah mengalami gempa besar sebelumnya. Maka dari itu, potensi gempa Megathrust tinggal menunggu waktu,” ungkapnya.

BMKG Serukan Mitigasi yang Serius

Baca Juga:Padang Diguncang Gempa! BMKG Imbau Warga Waspada Gempa Susulan

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati juga menegaskan bahwa pembahasan soal potensi gempa ini bertujuan agar masyarakat dan pemerintah semakin siap menghadapi risiko yang mungkin terjadi.

“BMKG dan para pakar terus mengingatkan agar isu Megathrust ini dijadikan momentum untuk memperkuat langkah mitigasi, bukan hanya pembicaraan saja,” ujar Dwikorita.

Untuk itu, BMKG telah mengambil sejumlah langkah antisipasi, termasuk:

  • Peningkatan Sistem Peringatan Dini: Penempatan sensor-sensor sistem peringatan dini tsunami InaTEWS di wilayah yang menghadap zona seismic gap Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.
  • Edukasi Masyarakat Lokal: Memberikan pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat dan pemerintah daerah untuk mempersiapkan infrastruktur mitigasi seperti jalur evakuasi, shelter tsunami, dan sistem peringatan dini.
  • Kerja Sama Internasional: Bergabung dengan Indian Ocean Tsunami Information Center untuk berbagi edukasi dan pengalaman menghadapi gempa dan tsunami di 25 negara sekitar Samudra Hindia.
  • Pemeriksaan Berkala: Melakukan pengecekan berkala terhadap sistem peringatan dini tsunami yang telah dihibahkan kepada pemerintah daerah.
  • Komunikasi Intensif: Penyebarluasan informasi terkait potensi bencana dengan bantuan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).

Imbauan kepada Masyarakat

BMKG meminta masyarakat untuk tetap waspada dan memahami langkah-langkah mitigasi yang telah disosialisasikan.

Dwikorita mengingatkan bahwa Indonesia berada di kawasan rawan gempa dan tsunami, sehingga kesiapan masyarakat dan pemerintah menjadi kunci dalam mengurangi risiko.

“Kita tidak bisa memprediksi kapan gempa akan terjadi, tetapi yang pasti, kesiapan mitigasi harus dimulai sekarang,” tegas Dwikorita.

Langkah edukasi dan kesiapan infrastruktur diharapkan dapat mengurangi dampak risiko jika gempa besar benar-benar terjadi di zona Megathrust tersebut.

Kontributor : Rizky Islam

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini