Kisah Pengabdian Bhabinkamtibmas Daerah Terpencil, Kerap Diadang Ular hingga Jalan Kaki 10 Jam di Hutan Lindung

Setiap aksi negatif oknum Polri memang kerap cepat tersebar luas. Sedangkan tindakan positifnya jarang terlihat dan nyaris tak terekspos ke publik.

Riki Chandra
Selasa, 18 Oktober 2022 | 06:05 WIB
Kisah Pengabdian Bhabinkamtibmas Daerah Terpencil, Kerap Diadang Ular hingga Jalan Kaki 10 Jam di Hutan Lindung
Perjalanan Bhabinkantibmas Nagari Tanjung Balik Sumiso Brigadir Polisi Satri Mairial di Jorong Tanjung Balik dan Sariak Laweh melewati jalan tak beraspal dan cukup berbahaya saat musim hujan. [Suara.com/Istimewa]

SuaraSumbar.id - Citra institusi Polri sedang 'babak belur' ulah perilaku sejumlah oknum. Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan sampai meminta Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk berbenah memulihkan kepercayaan publik. Hal itu ditegaskannya saat mengumpulkan petinggi Korps Bhayangkara se-Indonesia di Istana Negara pada Jumat (14/10/2022).

Setiap aksi negatif oknum Polri memang kerap cepat tersebar luas. Sedangkan tindakan positifnya jarang terlihat dan nyaris tak terekspos ke publik. Padahal, ada ribuan polisi baik yang tersebar di pelosok negeri. Mereka mengabdi untuk masyarakat di daerah-daerah terpencil dan terisolir. Seperti halnya para Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) di Kecamatan Tigo Lurah, Kabupaten Solok, Sumatera Barat (Sumbar).

Tigo Lurah tercatat sebagai salah satu daerah terpencil di Sumbar. Jarak pusat pemerintahan Kabupaten Solok ke kecamatan mencapai 80 kilometer. Akses jalannya jauh dari kata layak karena mayoritas masih 'beraspal' tanah. Warga yang ingin ke kantor bupati atau ke Kota Solok saja, harus mengeluarkan biaya ratusan ribu untuk ongkos ojek motor.

Ada lima nagari (desa) di Kecamatan Tigo Lurah, masing-masing Rangkiang Luluih, Batu Bajanjang, Simanau, Tanjung Balik Sumiso dan Garabak Data. Akses jalan terparah berada di Nagari Garabak Data dan Tanjung Balik Sumiso. Dua nagari ini juga masih blank spot alias tak bersinyal. "Setiap nagari punya satu Bhabinkamtibmas, saya di bertugas di Sumiso," kata Bhabinkantibmas Nagari Tanjung Balik Sumiso Brigadir Polisi Satri Mairial kepada SuaraSumbar.id, Minggu (16/10/2022).

Baca Juga:Mengenal Irjen Teddy Minahasa, Gantikan Listyo Sigit Prabowo Jadi Kapolda Banten Hingga Tersandung Kasus Narkoba

Satri sudah hampir 10 tahun mengabdi di daerah terpencil yang berbatas langsung dengan hutan Kabupaten Sijunjung itu. Pahit getir jadi polisi di tengah masyarakat yang mayoritas petani tamatan SD hingga SMP, telah dirasakannya. "Alhamdulillah sampai saat ini saya berhubungan baik dengan masyarakat. Pola pendekatannya biasa saja, yang penting mereka nyaman dan tidak takut dengan polisi," ceritanya.

Nagari Tanjung Balik Sumiso punya 4 jorong, masing-masing Tanjung Barisi, Sungai Dareh, Tanjung Balik dan Tigo Jangko. Jarak tempuh antar jorong menghabiskan waktu 1 hingga 2 jam perjalanan. Hal itu terjadi lantaran akses jalan di nagari tersebut masih sangat buruk. Bahkan, ada pemukiman warga yang sampai hari ini belum bisa ditempuh kendaraan bermotor.

Saat kondisi hujan, Satri menghabiskan waktu 4 jam lebih perjalanan dari kantornya Polsek Payung Sekaki ke Nagari Tanjung Balik Sumiso. Jika cuaca cerah, waktu tempuhnya hanya 3 jam dan itu dilakukannya sekali dalam seminggu. Dalam sebulan, dia juga tidur di nagari selama dua hari.

"Jalannya sangat miris, lebih-lebih saat hujan. Ini keluhan masyarakat di pedalaman Sumiso tiap tahun. Kami sebagai Bhabin tak bisa berbuat apa-apa soal itu," kata polisi asal Sijunjung itu.

Ayah dua anak itu mengisahkan suka dukanya selama berulang ke nagari binaan. Berkubang lumpur pergi dan pulang kerja sudah biasa dialaminya sejak mengabdi di nagari terpencil itu. Lebih-lebih saat Pemilu atau ketika menggencarkan vaksinasi Covid-19. Dia harus mati-matian mengantar logistik menjangkau masyarakat yang permukimannya melewati jalan tanah, sungai tanpa jembatan dan pendakian terjal.

Baca Juga:Begini Cara Culas Irjen Teddy Minahasa dalam Jaringan Narkoba, Berkomplot dengan Bawahan

Lulusan Bintara 2008 itu juga kerap diadang ular di tengah perjalanan. Ukurannya besar, bahkan mencapai paha orang dewasa. Kondisi itu pernah terjadi siang dan malam hari. "Sudah biasa diadang ular. Mau siang, mau malam, sama saja. Tapi saya berharap jangan sampai lihat Harimau," katanya sembari tertawa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini