SuaraSumbar.id - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat (Sumbar) melalui Resor Agam menduga, konflik manusia dengan Harimau Sumatera, dipicu akibat pakan berkurang. Akibatnya, satwa liar dilindungi tersebut masuk ke permukiman warga Maua Hilia, Jorong Kayu Pasak Timur, Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam.
"Pakan harimau berupa babi hutan, kijang dan satwa lainnya berkurang di daerah itu," kata Kepala KSDA Agam, Ade Putra, Selasa (28/12/2021).
Ia mengatakan, di sekitar kawasan pihaknya tidak menemukan jejak kaki babi, kijang dan satwa liar lainnya.
Hal ini berdasarkan identifikasi dan patroli yang dilakukan oleh tim KSDA Agam di perkebunan milik warga ditemukannya jejak kaki satwa dilindungi Undang-undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Baca Juga:Harga Telur Ayam di Payakumbuh Melambung Naik, Cabai Merah Turun
"Hampir satu bulan kami melakukan penanganan konflik ini, tidak ada menemukan jejak kaki babi, kijang dan satwa lainnya di kawasan itu," katanya.
Ia menambahkan, berkurangnya ketersediaan pakan berupa babi bisa jadi akibat daerah itu pernah ditemukan puluhan ekor babi mati secara mendadak semenjak tiga bulan baru.
Dari hasil pemeriksaan sampel bagian tubuh babi di Balai Viteriner Bukittinggi, tambahnya, dinyatakan positif terpapar virus African Swine Fever (ASF) atau virus flu babi Afrika.
"Dengan kematian itu populasi babi berkurang, sehingga harimau mencari mangsa ke permukiman warga," katanya.
Ia mengakui, Resor BKSDA Agam telah melakukan penanganan konflik manusia dengan harimau semenjak 1 Desember 2021, setelah sapi warga dimangsa harimau.
Baca Juga:Ade Armando Beberkan Tiga Alasan Orang Minang Tak Suka Jokowi, Benarkah?
Setelah itu, pihaknya melakukan pengusiran beberapa hari, namun harimau kembali muncul dan mengevakuasi dengan cara memasang dua kandang jebak.
"Kandang jebak telah kita pasang selama tujuh hari dan belum berhasil menangkap harimau," katanya. (Antara)