Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Jum'at, 25 November 2022 | 07:15 WIB
Perawat RSI Ibnu Sina Pasaman Barat Syunika Rahman (37) saat melakukan visum terhadap dugaan penganiayaan. [Dok.Antara]

SuaraSumbar.id - Direktur RS Islam Ibnu Sina Pasaman Barat, Sumatera Barat (Sumbar), Meri menegaskan, persoalan antara dokter spesialis bedah FBP dengan seorang perawat bernama Syunika Rahman (37) merupakan masalah personal.

"Itu murni masalah personal. Tidak ada hubungannya dengan rumah sakit," katanya, Kamis (24/11/2022).

Manajemen RS Ibnu Sina enggan berkomentar banyak dan menegaskan masalah itu bukan masalah rumah sakit.

Kasus dugaan penganiayaan oleh dokter spesialis bedah kepada seorang perawat pembantu itu mengakibatkan mereka saling melapor ke Polres Pasaman Barat, Rabu (23/11/2022) malam.

Baca Juga: Dinikahi Suami saat Belum Bekerja, Astrid Tiar Beri Pesan Penting untuk Perempuan

Perawat Syunika Rahman membuat laporan polisi karena diduga dokter FBP melakukan penganiayaan kepada dirinya. Sementara itu, sang dokter membuat laporan pengaduan.

"Mereka berdua saling lapor. Perawat buat laporan polisi, dokter membuat laporan pengaduan," kata Kasat Reskrim Polres Pasaman Barat AKP Fahrel Haris.

Pihaknya masih mendalami persoalan itu dan akan memanggil pihak-pihak terkait untuk dimintai keterangan.

Pada perkara itu perawat pembantu Syunika Rahman (37) membuat laporan polisi terhadap dokter spesialis bedah FBP diduga melakukan penganiayaan terhadap dirinya.

"Saya tidak terima dengan perlakuannya dan saya membuat laporan ke polisi pada Rabu malam dengan Nomor: LP/B/288/XI/2022/SPKT/POLRES PASAMAN BARAT/POLDA SUMBAR tentang peristiwa pidana UU Nomor 1 tahun 1946 tentang KUHP Pasal 352," katanya.

Baca Juga: Olahan Jus Buah Boleh untuk Anak Usia Berapa? Ini Kata Dokter

Menurutnya akibat perlakuan dokter spesialis itu mengakibatkan kulit di bawah hidungnya mengalami luka dan telah dilakukan visum di Rumah Islam Ibnu Sina.

Ia menjelaskan kejadian itu berawal pada Rabu (23/11/ malam ketika operasi bedah mau dilaksanakan.

Saat itu, ada yang minta sarung tangan atau handscoon karena operasi mau dimulai. Mendengar ada permintaan itu, maka dirinya pergi menuju ruangan operasi mengantarkan apa yang diminta.

Ketika sudah membuka pintu ruangan operasi, tiba-tiba dokter spesialis itu menghardiknya dan disuruh keluar.

"Saya terkejut karena tiba-tiba dihardik padahal mengantarkan kelengkapan operasi yang diminta karena selama ini biasa saja karena sudah tugas saya," katanya.

Tak terima dihardik, perawat itu meminta dokter untuk bicara baik-baik. "Mendengar jawaban itu saya semakin dihardiknya dan dibentak-bentak. Terjadilah pertengkaran saling jawab kata," katanya.

Kemudian tiba-tiba dokter itu langsung menyerang dengan memegang krah baju sembari di dorong ke kiri, kanan sampai ke dinding.

"Kuatnya serangan itu maka tangannya mengenai hidung saya dan membuat kulit di bawah hidung mengalami luka. Beruntung ada yang datang melerai," katanya.

Akibat perlakuan dokter itu maka dia membulatkan tekat membuat laporan ke Polres Pasaman Barat agar diproses sesuai aturan dan hukum yang berlaku.

Ia juga telah melakukan visum di RSI Ibnu Sina didampingi pihak kepolisian terhadap luka yang diperoleh dari dokter spesialis itu.

Sementara itu dokter spesialis FBP saat dikonfirmasi Kamis (24/11) tidak menjawab dan pesan singkatpun tidak membalas. (Antara)

Load More