SuaraSumbar.id - Mantan Wali Kota Padang, Fauzi Bahar, menolak tegas SKB 3 Menteri yang mengatur soal seragam dan atribut siswa sekolah negeri. Dia menilai, para pelajar tidak mungkin dibebaskan berpakaian begitu saja.
"Menolak besar. Untuk yang satu ini, saya pertaruhkan," kata Fauzi Bahar usai melantik Pengurus Cabang IPSI Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, dikutip dari Klikpositif.com - jaringan Suara.com, Selasa (9/2/2021).
Sejak awal, Fauzi memang tegas menolak aturan wajib jilbab dihilangkan di sekolah di Kota Padang. Dia khawatir jika aturan tersebut diubah, maka akan berpengaruh pada siswi muslim lainnya.
Aturan wajib mengenakan jilbab di sekolah itu lahir saat Fauzi memimpin Kota Padang, tepatnya tahun 2004 lalu. Fauzi Bahar sendiri menjabat Wali Kota Padang selama 10 tahun atau dua periode.
"Aturan itu saya buat 15 tahun lalu. Tanda aturan itu bagus banyak ditiru daerah lain di seluruh nusantara," katanya.
"TNI dan Polri yang sebelumnya tidak berjilbab juga menuntut hak agar diizinkan berjilbab," sambungnya.
Fauzi Bahar tidak setuju jika pelajar diberikan kebebasan. Menurutnya, mendidik adalah menanamkan nilai-nilai moral akhlak dan karakter kepada anak-anak dan tidak bisa begitu saja diimbau.
"Anak-anak perlu dipaksa berbuat baik. Sedangkan pengetahuan itu mengikuti perkembangan zaman," katanya.
"Saya lima bersaudara, waktu kecil kalau tidak bangun salat subuh disiram sama ayah saya dengan air satu ember, itu didikan yang ditanamkan untuk membangun karakter anak," sambungnya lagi.
Baca Juga: 2 Kadis Meninggal dalam Peristiwa Bus Rombongan ASN Agam Masuk Jurang
Selain itu, kata Fauzi, berjilbab adalah entitas Minangkabau sejak dulu kala, dan berjilbab sudah menjadi ciri khas perempuan Minang.
"Berjilbab bukan hal baru di Minangkabau, perempuan Minang dulu sudah berbaju kurung dan berselendang. Cuma saat ini karena naik kendaraan selendang mudah diterbangkan angin sehingga dililitkan ke leher itulah yang disebut jilbab," katanya.
Fauzi juga khawatir, sanksi dalam SKB tersebut akan melahirkan sikap guru yang apatis terhadap siswa.
Sebelumnya, pemerintah resmi mengeluarkan surat keputusan tentang larangan sekolah negeri menggunakan seragam dengan atribut agama tertentu.
Larangan tersebut merupakan Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri yang ditandatangi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, dan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian.
"Pemerintah daerah ataupun sekolah tidak boleh mewajibkan ataupun melarang seragam dan atribut dengan kekhususan agama," kata Nadiem dalam jumpa pers virtual, Rabu (3/2/2021).
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- 5 Sepatu Lokal Senyaman Hoka Ori, Cushion Empuk Harga Jauh Lebih Miring
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Gubernur Sumbar Desak Daerah Terdampak Bencana Segera Siapkan Lahan Huntara, Lokasi Harus Aman!
-
Korban Banjir Bandang di Agam Butuh 525 Huntara, Tersebar di 7 Kecamatan
-
Pembangunan 200 Unit Huntara Padang Pariaman Dimulai, Menko PMK: Ini Wujud Kehadiran Negara!
-
Soroti Krisis Nilai, Dinas Kebudayaan Sumbar Terus Perkuat Pelestarian Adat Minangkabau
-
Pembangunan Flyover Sitinjau Lauik Masuk Tahap Konstruksi, Ini Kata Gubernur Sumbar