Bahaya Kurang Gerak, Picu Naik Lemak dalam Darah hingga Serangan Jantung

Tubuh kurang gerak ditambah konsumsi kalori berlebihan dapat memicu naiknya trigliserida atau lemak dalam darah.

Riki Chandra
Selasa, 28 Mei 2024 | 06:15 WIB
Bahaya Kurang Gerak, Picu Naik Lemak dalam Darah hingga Serangan Jantung
Ilustrasi olahraga (unsplash.com/jonathanborba)

SuaraSumbar.id - Tubuh kurang gerak ditambah konsumsi kalori berlebihan dapat memicu naiknya trigliserida atau lemak dalam darah. Hal itu berisiko menyebabkan penyakit kritis seperti jantung.

"Pemicu utama di balik kenaikan trigliserida adalah konsumsi kalori berlebihan dan kurang bergerak," kata praktisi kesehatan dr Debora Aloina Ita Tarigan, Senin (27/5/2024).

Selain kurang bergerak, ada juga karena faktor genetik yang dapat membuat tingkat trigliserida tidak normal.

Trigliserida adalah jenis lemak umum yang ada di dalam darah dan berfungsi menyimpan kalori dan menyediakan energi untuk tubuh. Makanan menjadi sumber utama pembentuk lemak ini dan apabila seseorang makan lebih banyak dari yang dibutuhkan tubuh maka menyebabkan kadar trigliseridanya naik.

Untuk mengetahui kadar trigliserida, masyarakat bisa melakukan tes darah di klinik atau laboratorium. Nantinya, darah akan diambil dari pembuluh di lengan.

Hasil tes akan lebih akurat jika pasien berpuasa selain minum air putih selama 9-12 jam sebelum pengambilan darah.

Kadar atau angka trigliserida disebut normal apabila kurang dari 150 mg/dL. Lalu dianggap batas tinggi bila berada pada rentang 150-199 mg/dL dan tinggi apabila berada pada rentang 200-499 mg/dL.

Namun, menurut Debora, ada kalanya seseorang bahkan tak merasakan gejala saat angka trigeliseridanya mencapai 1.000 hingga 2.000 mg/dL.

Karena itu, demi menjaga kadar trigliserida

tetap normal, dia menyarankan masyarakat menerapkan gaya hidup ke arah yang sehat, tidak malas bergerak supaya tubuh tidak menyimpan lapisan lemak lebih banyak serta rutin berolahraga demi menjaga dari risiko menurunnya massa otot.

"Jika massa otot kuat dan terjaga maka saat usia lanjut pun masih memungkinkan untuk tetap aktif bergerak," kata Medical Underwriter Sequis itu.

Merujuk data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 dari Kementerian Kesehatan, prevalensi penyakit jantung di Indonesia sekitar 1,9 persen yang disebabkan merokok, pola makan tidak sehat dan kurang beraktivitas fisik. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini