SuaraSumbar.id - Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai mengklaim penanganan warga terdampak gempa bermagnitudo 6,1 telah maksimal. Distribusi logistik bantuan sudah merata ke seluruh wilayah terjauh dan dipastikan tidak ada warga yang mengungsi.
Penjabat (Pj) Bupati Kepulauan Mentawai, Martinus Dahlan mengatakan, penanganan gempa telah dilakukan sejak status tanggap darurat selama tiga pekan dimulai atau hingga 19 September 2022.
"Kami 21 hari tanggap darurat, artinya untuk penanganan sudah kami lakukan, sudah maksimal. Kami dengan bersama forkompinda sudah turun melihat ke pengungsian," kata Martinus kepada SuaraSumbar.id, Rabu (7/9/2022).
"Sudah kami atasi semua, terutama logistik di pengungsian. Kemudian kami mengajak warga kembali ke rumah, sekarang tidak ada lagi gempa susulan. Kami ajak masyarakat kembali ke rumah. Sudah tidak ada lagi di pengungsian, dan bantuan sudah tersalurkan," sambungnya.
Baca Juga:Masih Trauma, Pengungsi Gempa Mentawai Pulang ke Rumah Masing-masing
Martinus mengungkapkan, tidak ada warganya yang masih terdampak gempa. Saat ini, pihaknya terfokus dalam mendata dampak kerusakan dan total kerugian.
"Kerusakan hanya bangunan (seperti) tempat ibadah, sekolah dan dua rumah warga. Dan ini sudah kami turunkan tim untuk menilai berapa kerusakan dan kerugian. Total kerugian belum (valid)," jelasnya.
Sebelumnya, rentetan gempa di Kepulauan Mentawai terjadi pada Senin 29 Agustus 2022. Guncangan gempa terkuat bermagnitudo 6,1 dan membuat warga memilih mengungsi di perbukitan.
Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mentawai sebelumnya terdapat 3.277 warga mengungsi. Mereka tersebar di Desa Simatalu dan Simalegi, Kecamatan Siberut Barat.
Kontributor: Saptra S
Baca Juga:Ribuan Warga Terdampak Gempa Mentawai Belum Terima Bantuan dari Pemerintah Setempat