SuaraSumbar.id - Harga BBM jenis Pertamax resmi naik menjadi Rp 12.500 per liter mulai 1 April 2022.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah menilai, naiknya harga Pertamax tidak akan menimbulkan inflasi. Pasalnya, mayoritas pengguna Pertamax adalah perorangan bukan industri.
Ia menilai, Pertamax berbeda dengan Solar yang dipakai truk, lalu truknya untuk mengangkut pasokan barang ke masyarakat. Ketika harga solar naik maka harga barang akan mengikutinya. Atau Pertalite yang dipakai angkutan umum, jika harganya naik, maka tarif transportasi juga naik.
"Pertamax tidak begitu. Kecil peluang kenaikan Pertamax mendongkrak inflasi secara signifikan. Pembeli Pertamax hanya perseorangan kelas menengah ke atas, efek domino kenaikannya hanya berhenti di mereka saja. Tidak kemana-mana," katanya, melansir Antara, Sabtu (2/4/2022).
Baca Juga:LRT Sumsel Operasikan 88 Perjalanan Selama Ramadhan
Ia menjelaskan, porsi konsumsi Pertamax terhadap keseluruhan BBM juga relatif kecil dibanding Pertalite dan jenis bahan bakar lainnya.
Konsumsi masyarakat untuk Pertamax mayoritas adalah konsumsi perseorangan dan bukan merupakan konsumsi industri. Untuk itu, kenaikan harga Pertamax merupakan pilihan yang bijak di tengah kondisi yang kurang kondusif saat ini.
"Ini keputusan bijak. Keputusan tersebut sengaja diambil dengan lebih mempertimbangkan agar tidak berdampak terlalu besar terhadap masyarakat, khususnya kelompok bawah," katanya.
Hal senada dikatakan pengamat ekonomi dan energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi. Ia mengatakan, kebijakan Pertamina menaikkan harga jual Pertamax sudah tepat dan bijak.
"Sudah bijak dan tepat. Itu kan hanya soal asumsi harga dunia yang dipakai dalam perhitungan saja," tukasnya.
Baca Juga:Mengapa Umat Islam Wajib Puasa Pada Bulan Ramadhan? Berikut ini Dalilnya