Menhir-menhir di Maek Limapuluh Kota Menghadap ke Matahari Terbit, Berusia 6 Ribu Tahun Sebelum Masehi

Nagari Maek atau Mahat di Kecamatan Bukit Barisan, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat, dijuluki sebagai nagari seribu menhir.

Riki Chandra
Selasa, 22 Maret 2022 | 20:15 WIB
Menhir-menhir di Maek Limapuluh Kota Menghadap ke Matahari Terbit, Berusia 6 Ribu Tahun Sebelum Masehi
Salah satu menhir di Nagari Maek atau Nagari Mahat yang berada di Kecamatan Bukik Barisan, Kabupaten Limapuluh Kota. [Dok.Covesia]

SuaraSumbar.id - Nagari Maek atau Mahat di Kecamatan Bukit Barisan, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat, dijuluki sebagai nagari seribu menhir. Julukan tersebut disematkan lantaran banyaknya menhir di daerah tersebut.

Istilah menhir diambil dari bahasa Keltik, dari kata men yang berarti batu dan hir berarti panjang. Dengan begitu, menhir adalah batu panjang.

Menhir di nagari Maek ini diperkirakan telah ada sejak 6.000 tahun sebelum masehi. Sampai hari ini, keaslian menhir-menhir tersebut masih terjaga. Uniknya, semua menhir di nagari tersebut menghadap ke arah matahari terbit.

"Berdasarkan penelitian sejarahwan, diperkiraan menhir tersebut telah ada sejak 6.000 atau 4.000 tahun sebelum masehi," kata Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Maek, Efrizal Hendri Dt.Patiah, dikutip dari Covesia.com - jaringan Suara.com, Selasa (22/3/2022).

Baca Juga:46 Kendaraan Ditilang Polres Limahpuluh Kota dalam Operasi Keselamatan Singgalang

Bagi masyarakat Maek, menhir sendiri disebut dengan batu mejan atau batu nisan yang terdapat pada beberapa jorong, seperti jorong Kototinggi, Ronah, Koto Gadang, Ampang Godang.

"Yang paling banyak terdapat di Jorong Kototinggi, namun Menhir juga tersebar di beberapa jorong lainnya," jelasnya.

Saat ini, masyarakat hanya menganggap menhir sebagai peningalan megalitikum, bukan untuk hal-hal mistis. "Hingga kini masyarakat tidak pernah mengganggap Menhir sebagai hal mistis," sebut dia.

"Pengelolaan masih kurang maksimal, kami perlu berbenah ke depannya agar pengunjung makin banyak," katanya lagi.

Sementara itu, juru pelihara megalit maek dari Balai Pelestarian Cagarbudaya (BPCB) Sumatera Barat mengatakan, semua Menhir di Maek pada umumnya berada pada tempat ketingian dan semuanya menghadap ke arah matahari terbit.

Baca Juga:Manis Banget, Suami Daki Gunung Sambil Gendong Istrinya yang Lumpuh demi Penuhi Janji Lihat Matahari Terbit

"Semuanya menghadap ke arah matahari terbit, sehingga waktu itu disebut sebagai tanda kepercayaan," sebutnya.

Sebagian menhir tersebut ada yang ditemukan kerangka manusia, sehingga dikenal juga sebagai tanda makam. "Masyarakat juga mengenalnya sebagai tanda makam," sebut dia.

"Ukuran terbesar terdapat di Lokasi di Atas Kampuang, Jorong Koto Gadang dengan tinggi 3 m dan tebal 60 cm," sebutnya.

Untuk para wisatawan yang berkunjung akan didampingi pemandu. "Nantinya pemandu akan memperkenalkan sejarah dari Menhir di Maek," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak