SuaraSumbar.id - Seorang aktivis Yahudi Israel, Raphael Morris menyamar menjadi seorang muslim demi berkunjung ke Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur.
Kunjungan ilegal itu dilakukannya pasca pihak berwenang Israel memberlakukan larangan ibadah bagi kaum Yahudi di kompleks masjid tersebut sejak tahun 1967 silam.
Mengacu pada kesepakatan yang dibuat bersama dengan Yordania bahwa saat itu satu-satunya yang memiliki hak untuk beribadah di Al-Aqsa adalah umat Islam.
Sedangkan umat Yahudi beribadah di tembok barat di dekat Al-Aqsa. Tujuan diberlakukannya aturan ini agar mengurangi ketegangan.
Morris tak sendiri, ia bahkan membentuk sebuah organisasi di mana ia mengajak dan mengajarkan orang-orang Yahudi Israel untuk menyamar dan berpura-pura menjadi umat muslim, bahkan turut melakukan salat berjamaah.
Organisasi tersebut bernama Returning to the Mount dan didirikan oleh Morris beserta istrinya 9 tahun lalu.
Setiap kali melakukan kunjungan, Morris harus menanggalkan pakaian Yahudi Ortodoksnya dan kemudian menggantinya dengan Thobe atau Dishdasha atau Jalabiya, pakaian yang biasanya digunakan oleh lelaki muslim Palestina.
“Ada puluhan ribu Muslim yang melewati gerbang ini setiap hari. Target kami adalah untuk berbaur dan tidak ketahuan,” kata Morris, dikutip dari Hops.id - jaringan Suara.com, Rabu (16/3/2022).
Demi berubah menjadi muslim profesional, anggota organisasi Returning to the Mount ini bahkan mengikuti kelas bahasa Arab, mereka belajar membaca Alquran sehingga bisa melewati pos penjagaan.
Baca Juga:Cerita Orang Yahudi Menyamar Sebagai Muslim di Al-Aqsa
Morris juga mengklaim bahwa banyak sekali orang yang mencoba menghubungi organisasinya untuk turut bergabung dan meminta diajarkan untuk bisa menyelinap ke Masjid Al-Aqsa.
Tak hanya menyamar Morris juga menjelaskan bahwa ia dan anggota organisasinya melakukan demonstrasi dan mempengaruhi parlemen serta media, dengan tujuan agar publik Israel terlibat dalam isu ini.
Moris dan organisasinya hanya segelintir bagian dari kaum Yahudi Israel yang dilaporkan menyusup ke Al-Aqsa untuk beribadah.
Tahun lalu The New York Times pernah membuat sebuah laporan bahwa pemerintah Israel diam-diam mengizinkan orang Yahudi untuk beribadah di kompleks AL-Aqsa.
Laporan itu juga menunjukan bahwa lebih dari 10.000 jamaah Yahudi beribadah di situs tersebut antara September dan November tahun lalu, meningkat 80 persen dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
Untuk menanggulangi maraknya kasus Yahudi Israel yang menyamar ini, dibentuk juga Mourabitoun, yaitu sebutan untuk sukarelawan Palestina yang ditempatkan di Masjid Al-Aqsa untuk melindungi masjid dari penyusup serta melaporkan jika ada aktivitas yang mencurigakan di sana.