SuaraSumbar.id - Sejak lima tahun terakhir, Masjid Raya Sumbar menjelma menjadi salah destinasi wisata religi yang ramai dikunjungi di Kota Padang, Sumatera Barat. Bahkan, pengunjung dari luar Sumbar pun berbondong-bondong menikmati keindahan Masjid Raya Sumbar.
Selain untuk tempat beribadah, Masjid Raya Sumbar memang memiliki spot-spot yang indah dan menarik untuk berswafoto. Bahkan, sekeliling masjid kerap dijadikan tempat nongkrong atau sekedar menikmati senja menunggu waktu magrib datang.
Sore itu, sekitar pukul 17.30 WIB, sekelompok orang tengah duduk santai di salah satu sudut Masjid Raya Sumbar. Gelak tawa sayup-sayup terdengar membumbui obrolan mereka. Kebahagiaan terpancar jelas dari raut mereka, seolah mengkiaskan bebas dari masalah dan rutinitas yang membelenggu.
Ada pula sekelompok wanita berhijab tengah berselfie ria. Sesekali suara cekikikan keluar mereka seraya melihat layar android.
Baca Juga:Polemik Tol Padang-Pekanbaru, DPRD Sumbar Segera Panggil Gubernur Mahyeldi
"Setidaknya seminggu sekali kami memang menjadwalkan pergi refreshing. Kadang ke pantai, kuliner dan tempat-tempat lainnya. Kali ini, kami segaja ke Masjid Raya Sumbar yang merupakan satu ikon wisata religi Sumbar," kata salah seorang mahasiswi berjilbab bernama Andini (22), ketika dijumpai SuaraSumbar.id, Selasa (9/3/2021).
"Betul, kami memang sering ke sini. Selain tempatnya adem, Masjid Raya Sumbar juga memiliki perkarangannya luas dan indak," sambung Wiwid (21) menyahuti.
Jam telah menunjukkan pukul 18.27 WIB. Suara azan mulai berkumandang. Warga yang mengitari berbagai sudut masjid pun berangsur menuju ruangan masjid bersiap-siap menunaikan salat.
Selesai salat magrib, pekarangan masjid kembali dibanjiri orang. Ada yang sekadar duduk, ada pula yang menikmati jajanan di sepanjang sudut masjid.
Salah satunya seorang pemuda bernama Rahmad (30). Dia sengaja singgah dan beristirahat sejenak sambil menikmati secangkir kopi yang dibeli dari salah satu pedagang di kawasan tersebut.
Baca Juga:Rumah di Kampung Jao Sumbar Belum Teraliri Listrik
"Hampir setiap hari, setiap pulang kerja saya menyempatkan diri singgah disini. Setelah beberapa menit saya baru pulang ke kosan di kawasan Tabing," katanya.
Masjid Tanpa Kubah, Punya Menara Setinggi 80 Meter
Masjid Raya Sumbar merupakan masjid terbesar di Sumbar yang terletak di jantung Kota Padang, tepatnya Jalan Khatib Sulaiman. Masjid megah ini berdiri di atas tanah seluas 40 ribu meter persegi. Sedangkan luas bangunannya mencapai 18 ribu meter persegi.
Masjid ini juga dijuluki "Masjid Mahligai Minang". Sebab, bangunan atasnya tidak memiliki kubah seperti masjid dan musala pada umumnya. Tampilan itu merupakan representasi dari falsafah Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK) yang berarti adat didasarkan atau ditopang oleh syariat agama Islam berdasarkan Al Quran dan Hadist.
Pengurus Masjid Raya Sumbar, Syaifullah mengatakan, masjid ini idealnya sebagai pusat pengembangan pengetahuan, kebudayaan dan juga wisata religi.
"Sebagai wisata religi, belum terlaksana secara ideal. Cita-citanya, masjid ini bisa semacam Islamic Center. Semuanya ada di sini, termasuk pengembangan ekonomi," katanya.
Selain tempat beribadah yang representatif, Masjid Raya Sumbar juga memiliki menara setinggi 80 meter. Menjajal ketinggian itu, pengunjung bisa menikmati dengan menggunakan lift yang sebentar lagi akan direalisasikan pemakaiannya untuk umum.
"Di sini juga ada gedung LKAAM, gedung Bundo Kanduang yang bisa dijadikan objek wisata," jelasnya.
Dalam waktu dekat, pihaknya juga akan melaunching beberapa organisasi Islam yang berkantor di Masjid Raya Sumbar. Di antaranya Majelis Ulama Indonesia (MUI), Badan Wakaf Indoensia (BWI) dan lainnya. "Semuanya akan berperan mensyiarkan agama Islam," bebernya.
Untuk diketahui, pembangunan Masjid Raya Sumbar diawali dengan peletakan batu pertama pada 21 Desember 2007 dan tuntas pada 4 Januari 2019. Sedangkan total biaya pembangunannya mencapai Rp 325–330 miliar yang sebagian besar berasal dari APBD Sumbar.
Menurut rencana awal, Masjid Raya Sumbar akan dibangun dengan biaya sedikitnya Rp 500 miliar karena rancangannya di desain dengan konstruksi tahan gempa.
Kerajaan Arab Saudi pernah mengirim bantuan sekitar Rp500 miliar untuk pembangunan masjid, tetapi karena terjadi gempa bumi pada 2009, peruntukan bantuan dialihkan oleh pemerintah pusat untuk keperluan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca-bencana.
Kontributor : B Rahmat