Perang Lawan Covid-19, Uni Eropa Desak Biden Ambil Kepemimpinan Global

Tahun ini dunia akan menghadapi salah satu tantangan terbesar, yakni untuk memvaksin umat manusia guna menangkal Covid-19.

Erick Tanjung
Rabu, 20 Januari 2021 | 11:33 WIB
Perang Lawan Covid-19, Uni Eropa Desak Biden Ambil Kepemimpinan Global
Presiden AS terpilih Joe Biden saat disuntik vaksin di ChristianaCare, Rumah Sakit Christiana di Newark, Delaware, Amerika Serikat, Senin, 21 Desember 2020. [ALEX EDELMAN / AFP]

SuaraSumbar.id - Petinggi hubungan luar negeri Uni Eropa (EU), mendesak Presiden Amerika Serikat terpilih Joe Biden untuk memimpin peperangan melawan Covid-19, usai pemerintahan Trump yang dikritik secara luas karena respons lambat terhadap pandemi.

Dengan negara-negara maju mengambil jauh lebih banyak dosis dari berbagai vaksin virus corona dibandingkan negara-negara yang lebih miskin, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan semua tergantung kepada Amerika Serikat untuk mengambil kembali tempatnya sebagai "mesin dunia" dan membantu.

"Tahun ini, dunia akan menghadapi salah satu tantangan terbesar, yakni untuk memvaksin umat manusia. Upaya ini akan membutuhkan banyak solidaritas, banyak kerja sama dan cukup banyak sumber daya," kata Borrell saat diwawancara oleh Reuters.

"Ini adalah krisis global pertama dimana kepemimpinan AS telah hilang dan dunia membutuhkan kepemimpinan Amerika," kata Borrell, menjanjikan dukungan EU kepada Washington.

Baca Juga:Alami 7 Gejala, Pesan Penyintas Covid-19: Kurangi Kongkow, Patuhi Prokes

Dalam pandemi yang telah menewaskan hampir 400.000 warga AS dan mengancam ekonomi AS, penanganan virus oleh Presiden Donald Trump telah dikritik di dalam negeri, melemahkan respons internasional yang luas.

Borrell juga mengusulkan pembangunan kembali hubungan trans-atlantik setelah era Trump, dan menggambarkan pendekatan 'America First' Trump sebagai pemerintahan melalui platform media sosial Twitter.

"Hanya dengan dua hal, AS kembali ke perjanjian iklim dan bergabung kembali dengan kesepakatan nuklir dengan Iran, dunia akan jauh lebih baik dan lebih aman," katanya di hari terakhir Trump sebagai presiden.

"Setelah memerintah dengan mengunggah cuitan (tweet), mungkin kita bisa memerintah dengan cara komunikasi lain, menentukan posisi dan mempertimbangkan masalah dan kepentingan orang lain," kata Borrell dari kantornya di Komisi Eropa.

Menghemat waktu

Baca Juga:Kisah Pilu Aisyah, Bocah 10 Tahun Jadi Yatim Piatu Usai Ibu Wafat Covid-19

Trump telah mengajukan untuk menarik Amerika Serikat, penghasil emisi gas rumah kaca bersejarah dan produsen minyak dan gas terkemuka, dari Perjanjian Paris pada November 2019. Di bawah Presiden Barack Obama, Amerika Serikat telah menjanjikan pengurangan emisi gas rumah kaca AS sebesar 26 hingga 28 persen pada tahun 2025, dari tingkat 2005.

Borrell juga mengatakan Washington akan menghemat waktu dengan bergabung kembali dengan kesepakatan nuklir Iran yang dihentikan Trump pada 2018, daripada berusaha merundingkan kesepakatan kontrol senjata baru.

Saat ditanya apa langkah pertama yang bisa diambil pemerintahan Biden, Borrell berkata; "Berhenti melayangkan ancaman sanksi terhadap semua pihak yang merupakan bagian dari hubungan ekonomi dengan Iran."

Pemerintah Uni Eropa, yang memuji perjanjian pada 2015 sebagai hal penting untuk menghentikan Iran membangun bom nuklir, mengatakan sanksi ekonomi Trump yang luas terhadap Iran telah memprovokasi Teheran untuk melanggar batasan kesepakatan.

Borrell, seorang warga Spanyol dan veteran politik Eropa berusia 73 tahun, mengatakan dia akan mengundang calon Menteri Luar Negeri pemerintahan Biden, Anthony Blinken, ke pertemuan informal para menteri luar negeri Uni Eropa pada 4-5 Maret di Lisbon. Hal itu untuk memulai kembali kerja sama setelah empat tahun, di mana pemerintahan Trump berusaha mengesampingkan blok 27 negara itu.

Borrell membuat daftar masalah lain di mana Washington dan Brussels dapat membawa perubahan, termasuk dalam membentuk regulasi digital, serta terkait China.

Dia membela keputusan EU untuk menyetujui pakta investasi dengan Beijing pada akhir Desember, sebelum Biden menjabat, dan mengatakan hal tersebut tidak boleh dilihat sebagai kemenangan diplomatik dari China.

"Kami tidak berada dalam persaingan permanen (dengan China). Pada saat yang sama, merupakan mitra, kami harus berbagi, bekerja sama," katanya. (Antara/Reuters) 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini