SuaraSumbar.id - Film berjudul “Ke Surau, Aku Kembali” mulai diproduksi sejak pertengahan November 2022 ini. Film fiksi ini berkisah soal perjalanan seorang pemuda ke surau-surau tua di Agam, Payakumbuh, dan Limapuluh Kota.
Setelah kembali dari perjalanan itu, ia berupaya menghidupkan kembali Surau di kampungnya.
Sutradara film, Adi Osman menyebut film ini dibuat karena mulai terlupakannya nilai-nilai sejarah yang ada pada surau (dan sasaran). Surau kini lebih cenderung menjadi tempat ziarah saja.
“Hal penting dari surau dan sasaran ialah bagaimana kondisi dan relevansinya dengan kultur hari ini. Meskipun pada dulunya merupakan tempat menghasilkan orang-orang "besar" dari Sumatera Barat, hari ini hanya menjadi situs ziarah orang-orang,” kata Adi dalam keterangannya, Senin (5/12/2022).
Adi mengatakan, selain sebagai tempat ziarah, surau juga harus dilihat kembali sebagai suatu tempat berkembangnya berbagai macam ilmu pengetahuan sepanjang ia relevan dengan masa kini.
“Film yang tengah diproduksi ini mencoba mencari peluang dan relevansi surau dan sasaran hari ini, bagaimana "situs ziarah" itu dikelola dan bagaimana sejarah dan sistem pendidikannya bisa menjadi pengetahuan penting di masa sekarang,” lanjut sosok yang juga dikenal sebagai kritikus film ini.
“Kita dan tim sudah di beberapa lokasi di Agam dan Limapuluh Kota, dengan melibatkan aktor lokal serta sumber daya lokal lainnya,” pungkas Adi.
Surau dan Sasaran Sebagai Subjek Wisata
Selain sebagai situs ziarah, surau hari ini juga mulai dilihat sebagai situs wisata. Hanya saja, paradigma pariwisatanya masih belum tepat.
Sutradara S Metron Masdison mengatakan, selama ini, Surau dan Sasaran dipandang sebagai objek wisata belaka, bukan subjek wisata.
“Padahal seharusnya Surau dan Silek itu menjadi subjek wisata. Maksudnya, ia tidak hanya jadi tontonan wisata yang pasif, namun juga bisa menjadi ruang untuk belajar mengenai banyak sekali hal,” ujar Metron saat ditemui di sela-sela produksi film “Ke Surau, Aku Kembali”.
“Ibarat mata air, surau dan sasaran adalah tempat yang tak akan kering-kering ilmunya jika kita timba,” tambah sutradara yang dikenal luas juga sebagai budayawan serta pegiat seni pertunjukan ini.
Metron pun berharap dengan dijadikannya surau dan sasaran subjek wisata, maka ia bisa berkembang lebih jauh menjadi wisata religi sekaligus wisata edukasi histori serta mengandung unsur adventure.
Hal senada juga disampaikan Buya Zuari Abdullah. Penulis buku-buku mengenai silek dan sasaran ini mengatakan pada awalnya surau dan sasaran adalah tempat dimana sistem pendidikan klasik Minangkabau dikembangkan.
Baca Juga: Menikmati Kelincahan Para Pandeka Minangkabau 'Beradu' di Galanggang Silek Tradisi
Praktisi silek itu juga mengatakan bahwa pendidikan karakter ala Silek merupakan kearifan lokal yang telah ada jauh sebelum diperkenalkannya pendidikan ala Barat lewat sekolah-sekolah modern.
“Kita bisa melihatnya dalam berbagai ungkapan, mamangan, atau pada nilai-nilai filosofis Silek tradisi itu sendiri”, ungkap sosok yang kerap disapa Buya Zuari itu saat diwawancara.
Buya Zuari juga menekankan tentang hubungan tak terpisahkan antara surau dan sasaran.
Aktivasi Surau dan Sasaran
Wacana untuk menghidupkan kembali surau dan sasaran memang mengemuka akhir-akhir ini. Tanpa surau dan sasaran yang aktif, maka tidak akan wisata dengan surau dan sasaran sebagai subjeknya.
Pada Juni 2022 lalu, hal itu juga diperbincangkan dalam Musyawarah Tuo Silek di Payakumbuh. Salah satu kesimpulan dari musyawarah yang dihadiri oleh lebih dari 60 tuo silek se Sumatera Barat itu, ialah penguatan kembali surau dan sasaran.
Ketua Pengurus Provinsi Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI Sumbar), Supardi, yang merupakan salah satu sosok kunci dalam musyawarah tersebut, juga menekankan hal yang sama. Saat membuka Musyawarah Tuo Silek itu, Supardi mengatakan, salah kunci utama pelestarian dan pengembangan silek tradisi adalah surau dan sasaran.
"Surau dan sasaran merupakan hal yang tak bisa dipisahkan. Surau sebagai tempat mengaji, dan sasaran sebagai tempat mengaplikasikan kaji tersebut, harus kembali dikuatkan," kata Ketua DPRD Provinsi Sumbar dari Fraksi Gerindra ini.
Film “Ke Surau, Aku Kembali”, ini merupakan persembahan Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat. Selain film fiksi, dinas yang sama juga tengah menyiapkan sebuah film dokumenter soal surau dan sasaran.
Terpopuler
- Kejanggalan LHKPN Andika Perkasa: Harta Tembus Rp198 M, Harga Rumah di Amerika Disebut Tak Masuk Akal
- Marc Klok: Jika Timnas Indonesia Kalah yang Disalahkan Pasti...
- Niat Pamer Skill, Pratama Arhan Diejek: Kalau Ada Pelatih Baru, Lu Nggak Dipakai Han
- Datang ke Acara Ultah Anak Atta Halilintar, Gelagat Baim Wong Disorot: Sama Cewek Pelukan, Sama Cowok Salaman
- Menilik Merek dan Harga Baju Kiano saat Pesta Ulang Tahun Azura, Outfit-nya Jadi Perbincangan Netizen
Pilihan
-
5 HP Samsung Rp 1 Jutaan dengan Kamera 50 MP, Murah Meriah Terbaik November 2024!
-
Profil Sutikno, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta yang Usul Pajak Kantin Sekolah
-
Tax Amnesty Dianggap Kebijakan Blunder, Berpotensi Picu Moral Hazard?
-
Aliansi Mahasiswa Paser Desak Usut Percobaan Pembunuhan dan Stop Hauling Batu Bara
-
Bimtek Rp 162 Miliar, Akmal Malik Minta Pengawasan DPRD Terkait Anggaran di Bontang
Terkini
-
Polres Pariaman Ungkap Pemilik Ganja 11,7 Kilogram, Pelaku Ternyata Narapidana Narkoba
-
Rendang Diusulkan Jadi Warisan Budaya UNESCO, Ini Kata Kementerian Kebudayaan
-
Kantor MUI Sumbar Dibangun di Kawasan Masjid Syekh Khatib Al Minangkabawi, Bangunan 5 Lantai Senilai Rp 24 Miliar
-
Plt Gubernur Sumbar Soroti Daerah Rawan Konflik di Pilkada 2024: Bisa Menghambat Pemilihan!
-
Pria Lansia Tewas Usai Terseret Arus Sungai di Kota Padang