Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Selasa, 20 Juli 2021 | 10:10 WIB
Direktur Women’s Crisis Center (WCC) Nurani Perempuan, Rahmi Merry Yenti

SuaraSumbar.id - Kasus hilangnya mahasiswi Universitas Negeri Padang (UNP) yang diduga dilarikan dukun di Pesisir Selatan mendapat perhatian serius lembaga Women’s Crisis Center (WCC) Nurani Perempuan Sumatera Barat (Sumbar).

Bahkan, Direktur Women’s Crisis Center (WCC) Nurani Perempuan, Rahmi Merry Yenti menyayangkan sikap pihak kampus yang terkesan lepas tangan soal kasus hilangnya seorang mahasiswinya di Pesisir Selatan.

“Korban hilang ketika ia hendak menuju pergi KKN kampus harus ikut menyikapi persoalan ini,” kata Merry saat dihubungi Covesia.com - jaringan Suara.com, Senin (19/7/2021).

Menurut Merry, pihak kampus mestinya mengeluarkan pernyataan yang bisa membuat keluarga korban tenang.

Baca Juga: Dikenal Ramah, Ini Sosok Mahasiswi yang Diduga Dilarikan Dukun di Pesisir Selatan

“Perempuan sangat rentan mengalami pelecehan, perkosaan dan kekerasan lainnya, apalagi di tempat yang dia baru seperti KKN," ujarnya.

Dia meminta agar pihak kampus harus lebih meningkatkan lagi kemanan bagi mahasiswa yang ikut KKN ke daerah-daerah. Walaupun itu daerahnya sendiri kejahatan akan selalu ada jadi perlu antisipasi dari kampus.

“Jangan sampai saat korban telah ditemukan, terjadi hal yang tak diinginkan dan kampus men-DO mahasiswi tersebut. Dia adalah korban yang seharusnya mendapatkan perlindungan,” imbuhnya.

Merry berharap pihak kepolisian bisa serius menangani kasus yang menimpa korban ini. Jangan sampai nanti ada kekerasan terhadap mahasiswi tersebut. Apalagi jika sampai diperkosa, lalu dinikahkan secara paksa.

Menurutnya, perempuan akan terus menerus menjadi korban bila hal tersebut terjadi.

Baca Juga: Dukun yang Diduga Larikan Mahasiswi di Pesisir Selatan Dipolisikan Mertua

Tak hanya itu, Merry juga mengingatkan pentingnya sosialisasi dan pendidikan terkait apa saja bentuk kekerasan, pelecehan agar perempuan lebih berani dan bisa mengatakan tidak.

“Pendidikan itu penting agar perempuan tidak mudah dirayu atau diiming-imingi. Karena saat ini sudah tidak ada ruang aman lagi bagi perempuan,” tambahnya.

Lingkungan harus menyadari bahwa bahaya ada dimana-mana. Jadi perangkat di desa atau daerah ketika nampak kekerasan jangan diam saja. Harus peduli agar tidak terjadi kekerasan.

“Jangan mentang mentang perempuan itu sudah dewasa lalu tak menghiraukan sama sekali masalahnya,” tukasnya.

Sebelumnya, Rektor Universitas Negeri Padang (UNP) turut mengomentari kasus mahasiswinya yang diduga dibawa kabur oleh dukun saat melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pesisir Selatan.

Rektor UNP Ganefri mengatakan, kasus dugaan hilangnya mahasiswi tersebut tidak ada kaitannya dengan kegiatan KKN.

“Kami belum tau penyebab sebenarnya kenapa bisa hilang. Menurut saya, kebetulan saja dia hilang saat KKN dilakukan. Apakah dibawa lari oleh dukun atau bagaimana kami belum tahu,” kata Ganefri, Senin (19/7/2021).

Saat ini, kata Ganefri, pihak kampus sedang mencari tahu masalah tersebut kepada dosen pendamping lapangan mahasiswa yang bersangkutan.

“Sampai saat ini belum ada informasi lebih lanjut dari dosen pendamping. Saya tau informasi ini juga dari media dan di sana dikatakan masalah personal,” imbuhnya.

Ganefri menjelaskan, sejak pandemi, UNP meberlakukan KKN berbasis di tempat tinggal. Dengan begitu, seluruh mahasiswa yang mengambil mata kuliah KKN akan melakukan KKN di kelurahannya.

Tak hanya itu, Ganefri meminta seluruh mahasiswa yang melakukan KKN harus hati-hati dan jangan mudah percaya dengan rayuan orang.

“Kita berharap jangan sampai mahasiswa kita menjadi korban,” tukasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, seorang mahasiswi Universitas Negeri Padang (UNP) dilaporkan hilang saat menjalani kuliah kerja nyata (KKN) di Kecamatan Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Sumbar). Pihak keluarga menduga korban hilang dilarikan dukun.

Informasi yang dihimpun Covesia.com - jaringan Suara.com, korban berinisial V (22) mahasiswi UNP yang sedang KKN di Kampung Tampunik, Kecamatan Lengayang, Pesisir Selatan. Dia dinyatakan hilang lantaran tidak kunjung kembali ke rumah sejak KKN di lokasi tersebut.

Pihak keluarga curiga V hilang karena dilarikan oleh salah seorang dukun di lokasi KKN korban. Pihak keluarga juga mengklaim memiliki beberapa bukti dan beberapa informasi bahwa V memang dilarikan oleh dukun.

“Korban tidak kunjung pulang sejak pergi KKN dari rumah, nomor kontaknya juga sudah tidak aktif. Kami menduga, korban dibawah kabur dengan cara membujuk korban,” sebut salah seorang saudara korban pada wartawan, Minggu (18/7/2021).

Load More