Geliat KBA Talang Babungo, Destinasi Wisata Edukasi di Ranah Minang yang Genjot Ekonomi Masyarakat

Kampung Berseri Astra (KBA) mengubah "wajah" Jorong Tabek, Nagari Talang Babungo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat (Sumbar).

Riki Chandra
Rabu, 30 Oktober 2024 | 16:16 WIB
Geliat KBA Talang Babungo, Destinasi Wisata Edukasi di Ranah Minang yang Genjot Ekonomi Masyarakat
Rumah Pintar KBA Talang Babungo di Kabupaten Solok, Sumbar, [Dok.Riki Chandra]

SuaraSumbar.id - Kampung Berseri Astra (KBA) mengubah "wajah" Jorong Tabek, Nagari Talang Babungo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat (Sumbar). Kini, masyarakat di kampung tersebut bisa bersinergi dengan berbagai program KBA yang telah berlangsung sejak 8 tahun silam.

Geliat KBA Tabek di Kabupaten Solok, tidak terlepas dari peran Kasri Satra (46). Pria yang didaulat menjadi Ketua KBA itu telah berjuang menjadikan Tabek menjadi kawasan indah yang kini diburu oleh wisatawan lokal hingga mancanegara.

Sejak 2016, Tabek menjelma menjadi kampung wajib dikunjungi para wisatawan, bahkan ada yang datang dari luar Sumbar untuk menikmati keasrian Tabek.

Tabek terletak di ujung selatan Kabupaten Solok, memerlukan waktu 1 hingga 2 jam perjalanan dari pusat kota kabupaten dan sekitar 3 hingga 4 jam dari Kota Padang.

Denah KBA Talang Babungo di Kabupaten Solok, Sumbar. [Dok.Riki Chandra/Suara.com]
Denah KBA Talang Babungo di Kabupaten Solok, Sumbar. [Dok.Riki Chandra/Suara.com]

Kasri mengisahkan perjalanan kampung berpenduduk lebih dari 2.000 jiwa ini, yang dulunya tertinggal dan terabaikan. Kekinian, selain punya "Rumah Pintar", KBA Tabek juga membantu peningkatan ekonomi masyarakat.

"Dulunya, Nagari Talang Babungo termasuk tertinggal dari 74 Nagari di Kabupaten Solok," ungkap Kasri, beberapa waktu lalu.

Kasri menceritakan perjalanannya pulang kampung tahun 2024, setelah hampir 4 tahun merantau ke Malaysia. Tujuannya pulang adalah untuk melanjutkan perjuangan almarhumah kakaknya Ainismar, pendiri Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Muallimin, sekolah pertama di kampung tersebut.

"Saya pulang karena pesan beliau meminta saya melanjutkan perjuangan MIS Muallimin yang dulunya reyot dan kini sudah megah," katanya.

Meski aktif di madrasah, Kasri tak berhenti berinovasi. Ia memulai berbagai gerakan sosial di Tabek, mulai dari gotong royong bersih-bersih kampung hingga bakti sosial. Meskipun banyak tantangan dan cemoohan, ia tetap berpegang pada prinsipnya: "Bagaimana mau berubah kalau tidak mau memulai."

Perubahan besar terjadi setelah kebakaran hebat yang menghanguskan 27 unit rumah di Nagari Talang Babungo pada 2015. Ketika PT Astra Internasional Tbk datang untuk memberikan bantuan, mereka terkesan dengan potensi Tabek sebagai Kampung Berseri Astra (KBA). Kasri pun terpilih sebagai ketua KBA, dan perubahan mulai terwujud.

Awalnya, banyak penolakan dari warga, namun kini lebih dari 600 relawan aktif terlibat dalam KBA. Apalagi, program KBA tidak hanya memperbaiki lingkungan, tetapi juga mengubah wajah Tabek menjadi kampung seribu bunga dengan jalanan berwarna semen lebar 2,5 meter yang dikelilingi beragam jenis bunga.

Inovasi dan Keberlanjutan

Tabek juga dilengkapi dengan halte dari bahan bambu yang digunakan sebagai tempat bersantai dan berdiskusi. “Satu halte menghabiskan biaya sampai Rp 3 juta dan kini tak ada lagi rasa malu di antara warga untuk menjaga kebersihan di sini," katanya.

Salah satu sudut jalan di KBA Talang Babungo, Kabupaten Solok. [Dok.Istimewa]
Salah satu sudut jalan di KBA Talang Babungo, Kabupaten Solok. [Dok.Istimewa]

Kasri Satra juga menerima penghargaan sebagai pegiat kampung iklim (Proklim) tingkat nasional dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Selain itu, Tabek berhasil meraih gelar gapura terheboh nasional 2019.

Saat ini, KBA Tabek memiliki Rumah Pintar, sebuah pusat edukasi dan budaya bagi masyarakat, yang menjelma menjadi wadah ekspresi generasi muda.

Dampak Ekonomi dan Sosial

KBA tidak hanya fokus pada lingkungan, tetapi juga pendidikan dan ekonomi. MIS Muallimin Tabek mendapat berbagai bantuan untuk pembangunan infrastruktur, termasuk perpustakaan dan laboratorium komputer. Program ini juga mendorong peningkatan ekonomi dengan membantu petani tebu.

Dengan bantuan Astra, mesin kilang tebu semi modern mempermudah petani dan meningkatkan produksi. "Sekali mengolah, petani hanya perlu mengeluarkan Rp 40 ribu, dibanding sebelumnya Rp 80 ribu," kata Kasri.

Kini, untuk meningkatkan nilai jual, warga mulai memproduksi gula semut. Kemudian, program wisata home stay di Tabek juga semakin berkembang, dengan 29 rumah dan 45 kamar tersedia untuk wisatawan dengan harga terjangkau.

Gula semut produksi dari kelompok binaan KBA Tabek. [Suara/Riki Chandra]
Kasri Satra Gula semut produksi dari kelompok binaan KBA Tabek. [Suara/Riki Chandra]

Transformasi Jorong Tabek adalah contoh nyata bagaimana kerja keras dan dedikasi Kasri Satra dan masyarakat lokal dapat mengubah desa tertinggal menjadi destinasi wisata unggulan.

Dengan keberhasilan ini, Tabek tidak hanya menjadi tempat yang indah, tetapi juga menginspirasi banyak orang untuk berkontribusi pada pembangunan sosial dan ekonomi di komunitas mereka.

Kekinian, KBA Tabek juga mendukung geliat budidaya maggot hingga bank sampah. Namun, paling utama dari gerakan itu adalah KBA Talang Babungo tetap berkonsep tradisional dengan basis budaya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

lifestyle | 13:50 WIB
Tampilkan lebih banyak