Geliat KBA Talang Babungo, Destinasi Wisata Edukasi di Ranah Minang yang Genjot Ekonomi Masyarakat

Kampung Berseri Astra (KBA) mengubah "wajah" Jorong Tabek, Nagari Talang Babungo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat (Sumbar).

Riki Chandra
Rabu, 30 Oktober 2024 | 16:16 WIB
Geliat KBA Talang Babungo, Destinasi Wisata Edukasi di Ranah Minang yang Genjot Ekonomi Masyarakat
Rumah Pintar KBA Talang Babungo di Kabupaten Solok, Sumbar, [Dok.Riki Chandra]

Awalnya, banyak penolakan dari warga, namun kini lebih dari 600 relawan aktif terlibat dalam KBA. Apalagi, program KBA tidak hanya memperbaiki lingkungan, tetapi juga mengubah wajah Tabek menjadi kampung seribu bunga dengan jalanan berwarna semen lebar 2,5 meter yang dikelilingi beragam jenis bunga.

Inovasi dan Keberlanjutan

Tabek juga dilengkapi dengan halte dari bahan bambu yang digunakan sebagai tempat bersantai dan berdiskusi. “Satu halte menghabiskan biaya sampai Rp 3 juta dan kini tak ada lagi rasa malu di antara warga untuk menjaga kebersihan di sini," katanya.

Salah satu sudut jalan di KBA Talang Babungo, Kabupaten Solok. [Dok.Istimewa]
Salah satu sudut jalan di KBA Talang Babungo, Kabupaten Solok. [Dok.Istimewa]

Kasri Satra juga menerima penghargaan sebagai pegiat kampung iklim (Proklim) tingkat nasional dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Selain itu, Tabek berhasil meraih gelar gapura terheboh nasional 2019.

Saat ini, KBA Tabek memiliki Rumah Pintar, sebuah pusat edukasi dan budaya bagi masyarakat, yang menjelma menjadi wadah ekspresi generasi muda.

Dampak Ekonomi dan Sosial

KBA tidak hanya fokus pada lingkungan, tetapi juga pendidikan dan ekonomi. MIS Muallimin Tabek mendapat berbagai bantuan untuk pembangunan infrastruktur, termasuk perpustakaan dan laboratorium komputer. Program ini juga mendorong peningkatan ekonomi dengan membantu petani tebu.

Dengan bantuan Astra, mesin kilang tebu semi modern mempermudah petani dan meningkatkan produksi. "Sekali mengolah, petani hanya perlu mengeluarkan Rp 40 ribu, dibanding sebelumnya Rp 80 ribu," kata Kasri.

Kini, untuk meningkatkan nilai jual, warga mulai memproduksi gula semut. Kemudian, program wisata home stay di Tabek juga semakin berkembang, dengan 29 rumah dan 45 kamar tersedia untuk wisatawan dengan harga terjangkau.

Gula semut produksi dari kelompok binaan KBA Tabek. [Suara/Riki Chandra]
Kasri Satra Gula semut produksi dari kelompok binaan KBA Tabek. [Suara/Riki Chandra]

Transformasi Jorong Tabek adalah contoh nyata bagaimana kerja keras dan dedikasi Kasri Satra dan masyarakat lokal dapat mengubah desa tertinggal menjadi destinasi wisata unggulan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini