2 Tahun Merger Pelindo, Efisiensi Biaya Logistik Pelabuhan Makin Nyata

Merger PT Pelabuhan Indonesia atau Pelindo (Persero) membawa misi besar untuk dunia pelabuhan.

Riki Chandra
Rabu, 20 September 2023 | 19:24 WIB
2 Tahun Merger Pelindo, Efisiensi Biaya Logistik Pelabuhan Makin Nyata
Pelabuhan sandar CPO di Pelabuhan Teluk Bayur Padang. [Dok.Humas Regional 2 Teluk Bayur]

SuaraSumbar.id - Merger PT Pelabuhan Indonesia atau Pelindo (Persero) membawa misi besar untuk dunia pelabuhan. Mulai dari menekan biaya logistik, transformasi tata kelola pelabuhan hingga peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan konektivitas laut terintegrasi.

Merger Pelindo bagian dari ikhtiar Presiden Joko Widodo (Jokowi) memacu pengembangan Indonesia menjadi poros maritim dunia. Salah satu caranya adalah dengan memperkuat infrastruktur pelabuhan sebagai gerbang transportasi laut dari segala sektor.

Kawasan laut Indonesia sangat strategis karena berada di antara benua Asia dan Australia, serta samudera Pasifik dan Hindia. Bahkan, dari 40 persen rute perdagangan dunia yang 90 persen melalui jalur laut, melewati wilayah Indonesia.

Salah satu pelabuhan yang menjadi penopang industri laut di Tanah Air adalah pelabuhan Teluk Bayur di Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar). Pelabuhan yang dulu bernama Emmahaven itu terus berinovasi. Aktivitasnya kian terasa sejak menjadi pelabuhan kelas satu bersertifikat ISO 9002 di 2013 hingga membangun Terminal Peti Kemas (TPK).

Baca Juga:Profil PT Pelindo Husada Citra: Perusahaan Ketipu Dokter Gadungan Lulusan SMA, Ternyata Kelola RS BUMN

Pasca merger yang dimulai 1 Oktober 2021, pelabuhan tertua kedua setelah Sunda Kelapa ini, terus memacu penyempurnaan layanan. Secara berangsur, Teluk Bayur pun menyempurnakan kecepatan berbagai aktivitas operasional.

"Tentu banyak sekali yang berubah pasca merger karena semua terintegrasi dan terkontrol secara digitalisasi," kata General Manager (GM) Regional 2 Teluk Bayur, Medi Kusmana, kepada SuaraSumbar.id, Senin (18/9/2023).

General Manager (GM) Regional 2 Teluk Bayur, Medi Kusmana. [Suara.com/Riki Chandra]
General Manager (GM) Regional 2 Teluk Bayur, Medi Kusmana. [Suara.com/Riki Chandra]

Medi Kusmana mengatakan, operasional pelabuhan Teluk Bayur sudah semakin cepat dari aspek bisnis. Sebelum marger, waktu dwelling time kapal bisa mencapai 3 hingga 4 hari. "Kini paling ekstrim kapal sandar menunggu itu hanya 2 hari. Teluk Bayur sudah berubah. Kepastian bisnis lebih jelas," katanya.

Menurut Medi, dwelling time lama salah satu hal yang menyiksa dan menguras biaya tinggi. Lebih-lebih jika si pengusaha menyewa kapal, misalnya kapal berkapasitas 10 ribu ton. "Sewanya saja sampai Rp 1,5 miliar. Bayangkan kalau kapal harus menunggu sampai 3-4 hari. Satu hari saja, loss cost-nya mencapai Rp 125 juta," katanya.

Percepatan pelayanan menjadi beban moral bagi pelabuhan demi lancarnya akses bisnis. Merger Pelindo merupakan jalan baik untuk merealisasikan pengoptimalkan pelayanan di pelabuhan itu sendiri.

Baca Juga:Pertamina International Shipping Gandeng Pelindo Bangun Terminal Energi Tercanggih dan Terhijau di Indonesia

Medi Kusmana mengatakan, merger Pelindo betul-betul nyata mampu mengefisiensi biaya dan mengefektifkan semua peralatan di Pelabuhan Teluk Bayur. "Karena sudah disatukan, bisa saja alat yang belum optimalkan di regional lain digeser dulu ke yang membutuhkan. Merger ini membuat pelabuhan fleksibel juga," katanya.

Secara data, Medi belum bisa bicara detail berapa persen biaya logistik yang bisa ditekan pasca merger. Sebab, dalam usia yang masih 2 tahun, belum semua sektor yang langsung rising. Namun, dari banyak pelayanan, semua sudah terlihat nyata.

Optimalisasi Teluk Bayur

Luas pelabuhan Teluk Bayur mencapai 79,3 hektare. Sementara, luas area petikemasnya 8.324 meter dengan produksi per bulannya mencapai 8.000 Twenty Foot Equivalent Unit (TEUs). Semula, pelabuhan yang berdiri sejak 1858 itu hanya melayani angkutan orang. Pelan-pelan bertransformasi jadi pelabuhan ekspor dan impor yang mobilitasnya terus meningkat sejak hadirnya layanan peti kemas.

Wajah Teluk Bayur tak hanya berubah dari pelabuhan kayu menjadi beton. Alat bantu bongkar muatnya makin canggih dan berstandar internasional. Fasilitasnya dilengkapi 4 unit Gantry Luffing Crane (GLC), 3 Rubber Tyred Gantry (RTG), 4 Spreader Telescopic, 6 unit Wheel Loader, 3 Excavator, 3 Reach Stacker, 2 Side Loader, 10 Forklift, 16 Head Truck, 6 Dump Truck, 7 Chassis 45, 9 Chassis 40, 3 Hopper, 6 Bucket dan 1 Grab hingga jembatan timbangan.

Pelabuhan terbesar di Pantai Barat Sumatera itu diutungkan letak geografis. Akses dari Teluk Bayur bisa langsung ke Amerika Serikat (AS), India, Eropa hingga Arab Saudi. Dengan posisi demikian, bukan tidak mungkin kelak Teluk Bayur jadi transhipment port.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini