"Sekarang sudah mulai sembuh. Saya baru stop kontrol ke rumah sakit sejak 2017," katanya lulusan SMK jurusan Akuntasi itu.
Saat kecelakaan, Silvia berstatus karyawan di salah satu perusahaan swasta di Kota Padang. Dia tidak langsung berhenti setelah peristiwa nahas itu. Teman-temannya berusaha menutupi kondisinya, sehingga Silvia tetap menerima gaji hingga Desember 2001.
"Semuanya pekerjaan saya dibantu teman. Berhentinya karena tim audit dari Jakarta datang dan akhirnya mengetahui kondisi saya," katanya.
Silvia berangsur ikhlas dan berdamai dengan kenyataan berkat kesabaran sosok perempuan bernama Suryati, ibu yang merawatnya sejak kecil seorang diri. Memberinya kekuataan dalam situasi sepahit apa pun. Tidak pernah mengeluh dan terus menyemangati.
Baca Juga:Realisasi PAD Agam Capai Rp 126,65 Miliar
![Silvia Piobang bersama Amaknya (ibu) saat bercerita panjang tentang perjalanannya bangkit dari rasa putus asa di rumahnya, di Kota Padang. [Suara.com/Riki Chandra]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/11/29/49167-silvia-piobang.jpg)
"Dukungan ibu yang membuat saya kuat hingga bangkit. Awal lumpuh dulu, ada juga kata-kata yang menyebut saya tidak berguna lagi. Tapi, ibu selalu menguatkan. Kasih sayangnya tak putus-putus," tuturnya sembari diamini sang ibu yang duduk disebelah Silvia.
Ibunda Silvia mengatakan, orang tua tidak boleh malu memiliki seorang anak disabilitas. Apakah itu cacat dari lahir atau terjadi karena peristiwa lain, seperti yang dialami putri semata wayangnya, Silvia.
"Kuncinya sabar. Tidak ada jalan lain selain berserah diri kepada Allah SWT. Berikan semangat hidup untuk anak kita," tutur perempuan 65 tahun itu.
Bangun Usaha Silvia Piobang Handycraft
Silvia sebetulnya sudah mulai belajar merajut sejak 2005 dari saudaranya. Tahun 2013, dia mengikuti kelas merajut offline berbayar. Namun, baru fokus usaha merajut sejak 2015 atau saat kembali menetap di Ulak Karang, Kota Padang. "Awal-awalnya dulu sekadar mengisi waktu luang. Tidak kepikiran untuk seperti saat ini," katanya.
Baca Juga:Tekan Inflasi, Pemkab Agam Gelar Pasar Murah, 6.400 Paket Disediakan
Semangatnya merajut muncul dari rumah sakit. Suatu kali, Silvia melihat sejumlah perawat merajut sambil mengobrol di jam istirahat. "Waktu ada kaki, disuruh belajar rajut ini mungkin tak betah. Tapi saat tidak bisa berjalan, mau ngapain lagi. Ternyata bisa dan akhirnya kecanduan," katanya.