SuaraSumbar.id - Gamaik merupakan salah satu jenis musik tradisional Minangkabau yang telah mengalami pasang surut. Musik khas 'bagoyang' ini sempat mati dan kini mulai kembali menggeliat.
"Cukup banyak grup gamaik yang bermunculan saat ini,” kata Tati, salah seorang musisi Minang yang akan melawat bersama grup musik SPD Sampai Hati ke Jakarta, pekan depan.
Menurut Tati, gamaik merupakan salah satu kekayaan budaya milik masyarakat Sumbar umumnya, khususnya Minangkabau.
SPD Sampai Hati bersama musisi Minang lainnya akan tampil di Gelora Bung Karno pada 26 dan 27 Mei mendatang dalam iven bertajuk ‘Minangkabau di Tanah Rantau’.
Baca Juga:Westlife Kembali Datang ke Indonesia: Konser Tahun Depan pada 11 Februari
Iven ini digelar dari tanggal 23 sampai 29 Mei oleh Ikatan Keluarga Minangkabau (IKM) Jakarta Pusat. Selain akan memainkan tembang-tembang pop Minang, SPD Sampai Hati juga akan membawakan beberapa lagu gamaik di iven tersebut.
Selain menghibur dan mengobati rindu para perantau akan kampung halaman, salah satu misi mereka dalam gelaran itu adalah mempopulerkan kembali gamaik.
Gamaik dan Semangat Multikulturalisme
Jelang berangkat je Jakarta, SPD Sampai Hati menggelar latihan di Rumah Dinas Ketua DPRD Sumbar pada (20/05/2022) lalu. Selain Tati, tampak juga musisi seperti Ferry YJ, Kadri Tanjung, Saiful Kelana, Eva Kemala, dan lainnya. Juga tampak akademisi seperti Yon Hendri yang ikut mematangkan persiapan SPD Sampai Hati sebelum tampil di Gelora Bung Karno.
“Gamaik ini punya potensi yang luar biasa untuk dikembangkan. Gamaik punya daya adaptasi yang luar biasa, gamaik bisa dipadukan dengan berbagai gaya musik. Gamaik tetap unik karena secara musikalitas strukturnya berbeda dengan musik-musik modern," kata Ferry YJ dalam keterangan tertulisnya, Kamis (26/5/2022).
Paling penting, kata Ferry, adalah semangat yang dibawa oleh gamaik itu sendiri. Menurut anak dari almarhum Yan Juned (salah satu musisi berjasa mengembangkan gamaik), gamaik membawa semangat multikulturalisme.
“Dalam gamaik ada beberapa unsur budaya. Mulai dari India, Tionghoa, dan Minang sendiri. Ini bisa dilihat dari instrumen musiknya,” katanya.
Menurutnya, alat musik Gazal dalam gamaik berasal dari India, sementara Gambang merupakan alat musik yang dibawa para musisi Tionghoa. Kebudayaan Minang kemudian memasukkan unsur pantun dan irama ke dalam gamaik. Ini yang membuat gamaik kaya secara musikalitas.
Jika ditampilkan dalam format yang lebih ‘tradisional’, seperti dalam gamaik baradaik, menurut Ferry, kita akan lihat betapa kayanya kesenian ini. Dalam gamaik baradaik, ada seni tari, seni tutur (kato sasambahan), serta seni musik yang berasal dari perpaduan berbagai kebudayaan. Pantun-pantun dalam gamaik jenis ini berisi ajaran budi, nasehat, serta parasaian hidup.
Menurutnya lagi, semua itu memperlihatkan betapa gamaik merupakan simbol persatuan antaretnis. “Gamaik adalah kesenian yang mempersatukan etnis. Karena itu, kita harus bangkitkan kembali gamaik yang sempat terbenam ini,” katanya.
Perlu Dukungan Kebijakan dan Penganggaran
Partisipasi SPD Sampai Hati dalam iven yang digelar IKM itu, tidak terlepas dari upaya Ketua DPRD Sumbar, Supardi, bekerjasama dengan Dinas Penghubung Sumatera Barat di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
“Mengangkat kembali gamaik bukan hal yang mudah. Kita perlu dukungan dari banyak pihak, termasuk dukungan di level kebijakan dan penganggaran,” kata Supardi.
“Saat ada momentum seperti acara yang diadakan IKM itu, kita harus memanfaatkannya dengan memberi fasilitas pada para musisi kita," sambungnya lagi.
Politisi dari partai Gerindra ini berharap dengan tampilnya SPD Sampai Hati di tanah rantau, generasi muda Minangkabau yang lahir dan besar di rantau mengenal gamaik sebagai bagian dari dirinya. Selain itu, ia juga berharap masyarakat Minang secara umum, baik di rantau atau di ranah, tidak melupakan gamaik sebagai salah satu kekayaan budaya milik bersama.
Di samping itu, Supardi juga meminta dinas terkait seperti Dinas Kebudayaan dan Dinas Pariwisata agar memberi ruang dan fasilitas bagi musisi Minang yang terlibat dalam pengembangan gamaik di Sumatera Barat.
“Kita berharap Dinas Budaya juga mulai memperhatikan kelangsungan musik gamaik ini”, kata Supardi.
Menurutnya, dengan melihat potensi gamaik yang sangat besar serta nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya, sudah saatnya pengembangan gamaik betul-betul diperhatikan.
Hal tersebut disepakati oleh Tati. Menurutnya, Sumbar yang boleh dikatakan minim sumber daya alam, harus benar-benar melihat seni dan budaya sebagai aset berharga, salah satunya gamaik.
“Pada 1980-an, saat industri musik di Sumbar sedang maju-majunya, para musisi dan industri ini menyumbang cukup banyak untuk pendapatan daerah. Bayangkan kalau semua itu bisa kita bangkitkan lagi hari ini. Ini belum termasuk potensi pariwisata yang ada pada seni budaya seperti gamaik. Sudah saatnya seni budaya menjadi ‘jualan’ Sumbar,” tutupnya.
Baca Juga:Semarak May Day Fiesta 2022 di GBK