3 Mahasiswa Muslim Asal Thailand Jualan Takjil di Kota Padang, Menunya Khas

"Kami jualan takjil demi mendapatkan uang tambahan untuk keperluan sehari-hari selama tinggal di Padang," kata Muhammad Ammar Abdullah yang akrab dipanggil Ammar.

Riki Chandra
Sabtu, 24 April 2021 | 12:15 WIB
3 Mahasiswa Muslim Asal Thailand Jualan Takjil di Kota Padang, Menunya Khas
Mahasiwa asal Thailand menyiapkan jualan takjil khas daerahnya yang dipesan pembeli di Kota Padang. (Suara.com/B. Rahmat)

SuaraSumbar.id - Tiga orang mahasiswa Muslim asal Thailand berjualan menu berbuka puasa atau takjil di Kota Padang, Sumatera Barat. Mereka memanfaatkan momentum dagang musiman selama bulan Ramadhan itu untuk mencari tambahan uang kebutuhan sehari-hari demi bertahan di Ranah Minang.

Mereka bernama Muhammad Ammar Abdullah, Usman Ma'diyok, dan Rusdi Japakia. Tiga mahasiswa ini sedang menimba ilmu di Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang, Sumbar.

Sore itu, Jumat (23/4/2021) sekira pukul 17.30 WIB, SuaraSumbar.id mencoba menelusuri lokasi tiga mahasiwa berjualan di daerah Jalan Prof. Mahmud Yunus Lubuk Lintah, Kelurahan Anduring, Kecamatan Kuranji, Kota Padang.

Dari kejauhan, tampak satu dari mereka sedang melayani pembeli. Sementara dua lainnya asik meramu bahan yang akan dimasak. Sepintas, wajah mereka tak jauh berbeda dengan warga Padang pada umumnya.

Baca Juga:Jadwal Imsak Kota Padang Sabtu 24 April 2021

"Silahkan pak, mau pesan apa?" Katanya menawarkan takjil dengan bahasa melayu bercampur logat Thailand.

Setelah dilihat lebih dekat, menu yang dijual tiga mahasiwa ini berbeda dengan menu pedagang lainnya. Mereka menjual makanan dan minuman khas tanah kelahirannya, yakni Thailand.

Ketika berbincang, mereka mengaku berjualan takjil untuk mencukupi uang saku demi bertahan hidup di Padang. Selain itu juga mengisi waktu luang disela-sela waktu perkuliahan.

"Kami jualan takjil demi mendapatkan uang tambahan untuk keperluan sehari-hari selama tinggal di Padang," kata Muhammad Ammar Abdullah yang akrab dipanggil Ammar.

Selain Ammar dan dua rekannya, ternyata masih ada mahasiwa Thailand lainnya yang sama-sama berasal dari Provinsi Pattani, Thailand juga berjualan takjil.

Baca Juga:Positif Covid-19 di Padang Melonjak, Polisi Kembali Kebut Razia Masker

"Kami kuliah di UIN. Jurusan Jinayah Siasah semester 6. Kami berjualan makanan sudah lebih dari 3 tahun. Kalau bulan puasa, kami juga ikut berjualan takjil," katanya.

Sejumlah makanan dan minuman yang dijual Ammar dan kawan-kawannya antara lain, Roti Canai, Thaitea atau teh Thailand dan kerepok ikan. Semuanya itu adalah makanan khas daerah Thailand.

Mereka juga menjual beberapa makanan dan minuman lainnya yakni Thai Green Tea, Nom Yen, Es timun, Bualoy, Kentan Ayam, Tomyam Ayam, dan Phadphed Ayam.

"Keropok ikan yang menjadi favorit dan banyak dibeli orang sebagai makanan untuk berbuka puasa," beber Ammar.

Bentuk kerepok itu hampir sama dengan pempek Palembang. Bedanya, kuah Kerepok ikan ini menggunakan saos cabai.

"Roti Canai dan Thaitea mungkin sudah banyak orang yang coba, namun kalau kerepok ikan ini hanya ada di Pattani dan belum ada dijual di kota Padang bahkan Provinsi Sumbar," katanya lagi.

Ammar membeberkan, untuk harganya cukup terjangkau, berkisar Rp5 ribu hingga Rp7 ribu. Satu botol Thaitea harganya Rp7 ribu, dan roti canai Rp5 ribu.

"Dalam satu hari, kami berpenghasilan Rp50 ribu sampai Rp70 ribu. Kemudian hasil penjualan itu, kami jadikan sebagai modal dan lebihnya untuk keperluan sehari-hari," jelasnya.

Ringankan Beban Orangtua

Ada belasan orang mahasiswa asal negara Gajah Putih itu yang kuliah di UIN Imam Bonjol Padang. Mereka berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda.

"Kami di sini berjumlah sekitar 16 orang. Latar belakang kami berbeda-beda. Tidak semuanya dari keluarga berada. Ada juga yang hidupnya pas-pasan," sahut Usman.

"Tujuan kami berjualan, selain mengisi waktu luang, juga untuk membantu meringankan beban orang tua kami di kampung," imbuhnya.

Bahkan uang hasil dari berjualan, sambung Usman, juga disisihkan buat pulang kampung. Namun karena mudik tahun ini juga tidak diperbolehkan, niat untuk bertemu keluarga tercinta pun terpaksa diundur dan tetap bertahan di Padang.

"Lagian saat ini ongkos pulang kampus jauh lebih mahal dari hari sebelum pandemi. Biasanya Rp 1 juta itu sudah sampai di kampung. Tetapi sekarang, dengan uang Rp8 juta baru sampai Bangkok," jelasnya.

Diakuinya Umar, bahwa dampak pandemi ini sangat besar sekali pengaruhnya, terutama ongkos pesawat. Diantara mereka, ada yang sudah 2 tahun tidak pulang dan bahkan sudah 4 tahun.

"Kami berharap, antara pemerintah Indonesia dan Thailand ada hubungan kerjasama, sehingga biaya kami disini bisa terbantu. Kami disini berbeda. Ada yang kaya dan ada yang kurang berada," harapnya.

Kontributor : B Rahmat

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak