SuaraSumbar.id - Pengembangkan program perhutanan sosial diyakini bisa membantu perekonomian masyarakat sekitar hutan. Dengan kata lain, perlu kolaborasi dari banyak Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk mewujudkannya.
"Pengembangan perhutanan sosial tidak bisa dibebankan hanya pada Dinas Kehutanan saja, perlu kolaborasi dengan berbagai OPD sehingga benar-benar bisa membantu perekonomian masyarakat sekitar hutan," kata Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah, dikutip dari Antara, Senin (23/10/2023).
Menurutnya, Dinas Kehutanan berperan untuk pengurusan izin perhutanan sosial di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sementara Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura bisa memberikan bantuan bibit dan pembinaan.
Kemudian Dinas Perdagangan dan Perindustrian, lanjutnya, memberikan dukungan untuk pengemasan, akses pasar, dan pemasaran.
"Dinas Bina Marga Cipta Karya dan Tata Ruang (BMCKTR) agar membantu perbaikan akses jalan, tujuannya agar mobilisasi produk pertanian masyarakat lancar," katanya.
Ia berharap dengan dukungan itu masyarakat sekitar hutan bisa memaksimalkan potensi perhutanan sosial tanpa merusak hutan, sehingga secara ekonomi tetap tumbuh tetapi kelestarian lingkungan juga terjaga.
Sementara itu Kepala Dinas Kehutanan Sumbar Yozarwardi menyampaikan per 31 Juli 2023 luas perhutanan sosial di provinsi itu mencapai 287.554 hektare, terdiri dari 205 unit dari skema Hutan Nagari, Hutan Kemasyarakatan, Hutan Adat, Hutan Tanaman Rakyat, dan Kemitraan Kehutanan.
Perhutanan sosial tersebut, menurutnya, telah memberikan dampak positif pada 175,892 Kepala Keluarga (KK) yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan hutan di Sumbar.
"Perhutanan sosial juga telah terbukti bisa menekan tingkat kerusakan hutan," katanya.
Selain itu, lanjut dia, melalui perhutanan sosial diharapkan dapat lahir pusat ekonomi mikro baru berbasis komoditi hasil hutan bukan kayu di daerah. Ragam produknya seperti madu, kopi, rotan, manau, pasak bumi, dan jasa lingkungan (ekowisata) di tingkat tapak.
Dengan demikian diharapkan masyarakat sekitar kawasan hutan yang selama ini kesulitan secara ekonomi dapat bertumbuh tanpa mengesampingkan kelestarian hutan.
Berita Terkait
-
Alek Pacu Kuda Genjot Geliat Ekonomi Warga Bukittinggi-Agam
-
Mahyeldi Larang ASN di Sumbar dan Keluarganya Nunggak Pajak Kendaraan Bermotor: Pemerintah Harus Beri Contoh!
-
Kualitas Udara Sumbar Memburuk Ulah Kabut Asap Kiriman Provinsi Lain, Mahyeldi Lapor Mendagri
-
Hentikan Budaya Makan Bersisa, Gubernur Sumbar Sebut Masih Banyak yang Kekurangan Makanan di Tengah Aksi Boros
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Sumbar Kebanjiran Duit! Transfer Pusat Tembus Rp 13,87 Triliun, Tapi...
-
Semen Padang FC Makin Terpuruk, Kalah 0-2 dari Persita Tangerang
-
10 Vitamin Lansia Paling Bagus, Tetap Sehat dan Aktif di Usia Senja!
-
Bolehkan Zikir dengan Biji Tasbih? Ini Penjelasan Ulama
-
Benarkah Nasi Goreng Pemicu Keracunan MBG di Agam? Kepastian Masih Menunggu Hasil BPOM Padang