Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Sabtu, 05 Februari 2022 | 06:45 WIB
Vaksinasi Covid-19 di Kecamatan Tigo Lurah, Kabupaten Solok. [Dok.Istimewa]

SuaraSumbar.id - Capaian vaksinasi Covid-19 di Sumatera Barat (Sumbar) telah berada di angka 76,19 persen atau melampaui ambang batas nasional. Salah satu pemicu melesatnya pencapaian di awal 2022 ini, tak terlepas dari gerakan Sumbar Sadar Vaksin (Sumdarsin) yang dipelopori Polda Sumbar.

Polri merupakan salah satu institusi yang diamanahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai garda terdepan dalam percepatan vaksinasi. Semua pasukan di tubuh Korps Bhayangkara itu dituntut mampu mengayomi, meyakinkan dan membawa masyarakat agar bersedia menjalani vaksinasi Covid-19.

Di Sumbar, seluruh Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) yang tersebar di ratusan nagari dan kelurahan di 19 kabupaten dan kota, menjadi ujung tombak dalam menggempur percepatan vaksinasi. Mereka berjuang meyakinkan masyarakat tentang manfaat vaksin di tengah pandemi Covid-19 yang belum kunjung mereda.

Beragam tantangan yang dihadapi polisi dalam menggenjot capaian vaksinasi Covid-19. Tak sedikit pula penolakan datang dari kalangan masyarakat dengan berbagai alasan. Ada yang takut mati hingga beranggapan vaksin itu berbahaya.

Baca Juga: Kadis Pendidikan Sijunjung Tak Tahu Buku Pembelajaran SD Bernarasi Suku Minang Beragama Katolik Beredar di Medsos

"Pasti ada yang terpengaruh informasi hoaks tentang vaksin. Cukup berat meyakinkan masyarakat awal-awal vaksinasi ini berjalan, tapi kami terus berupaya, berbaur dengan semua lapisan masyarakat agar pandemi ini bisa dilawan bersama-sama," kata Aiptu Muhammad Agus kepada SuaraSumbar.id, Minggu (30/1/2022).

Aiptu Agus adalah Kepala Polsubsektor Tigo Lurah di bawah Polsek Payung Sekaki, Kabupaten Solok. "Tigo Lurah ini ada lima nagari, masing-masing Rangkiang Luluih, Batu Bajanjang, Simanau, Sumiso dan Garabak Data. Setiap nagari itu punya satu anggota Bhabinkamtibmas," katanya mengawali kisah perjuangan mengenjot vaksinasi di daerah tersebut.

Tigo Lurah merupakan kecamatan paling terpencil dari 14 kecamatan di daerah penghasil beras ternama itu. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten Solok ke Tigo Lurah mencapai sekitar 80 kilometer. Masyarakat yang ingin ke Kota Solok saja, yang jaraknya lebih dekat, harus merogoh kocek ratusan ribu untuk biaya ongkos ojek sepeda motor.

Tak mudah bagi polisi "membujuk" warga untuk bersedia disuntik vaksin. Jangankan di daerah terpencil seperti Tigo Lurah, di wilayah perkotaan yang Sumber Daya Manusia (SDM) nya rata-rata baik, pun perlu perjuangan berat.

"Di sini (Tigo Lurah), mayoritas penduduknya, terutama dewasa dan orang tua itu tamatan SD, SMP. Bisa dibayangkan sulitnya memberikan pengertian tentang vaksin ini," kata Agus yang juga menjadi Bhabinkamtibmas Garabak Data tahun 2017 lalu.

Baca Juga: LKAAM Sumbar Janji Telusuri Buku Pembelajaran Bernarasi Suku Minangkabau Beragama Katolik

Menurut Agus, masih banyak warga di Tigo Lurah yang masih berpikiran kampung sekali. Mereka sulit percaya terhadap hal baru, meski pun datangnya dari pemerintah. Namun, Agus dan rekan-rekan Bhabinkamtibmas tidak mendesak, apalagi memaksa mereka yang belum terbuka menerima vaksinasi.

"Kami tidak pernah memaksa. Polanya bicara dari hati ke hati. Kalau warga takut mati, kami bilang 'nggak pun divaksin, kalau sudah ajal, mati juga'. Kami dekati tokoh masyarakat, pemuka agama, tokoh adat, dan semua unsur masyarakat. Perlahan-lahan secara terus menerus kami yakinkan tentang manfaat vaksin ini," kata polisi berusia 44 tahun itu.

Aiptu Muhammad Agus terpaksa turun melihat keadaan jalan yang berlumpur saat monitoring vaksinasi di Nagari Garabak Data, Kecamatan Tigo Lurah, Kabupaten Solok. [Dok.Istimewa]

Secara berangsur, pemahaman warga tentang vaksinasi mulai membaik. Namun persoalan lainnya, tak mudah menemui masyarakat di Tigo Lurah, terutama mereka yang tinggal di Nagari Garabak Data dan Sumiso. Apalagi, titik kumpul warga di sana berpencar dan tidak ramai. Polisi pun harus maraton setiap hari mengunjungi rumah-rumah warga yang jaraknya berjauhan.

"Nagari Simanau, Rangkiang Luluih, Batu Bajanjang, masih baguslah jalannya. Kalau Garabak Data dan Sumiso, belum sejengkal pun jalannya ditempuh aspal dan semuanya dikelilingi hutan," katanya.

Menurut Agus, jika vaksinasi di lakukan terpusat di Puskesmas Tigo Lurah yang berada di Nagari Batu Bajanjang, niscaya capaian vaksinasi tidak akan pernah tergenjot. Sebab, jarak dari nagari ke nagari cukup jauh dan jalannya sungguh memiriskan, terutama saat musim hujan.

"Memanfaatkan sekolah hingga rumah warga sebagai lokasi penyuntikan. Itu pun kadang lama. Saya pernah jemput warga satu persatu pakai sepeda motor untuk vaksin. Jaraknya tidak terlalu jauh, tapi karena jalan buruk habis waktu 1 jam. Bayangkan kalau vaksinasi terpusat di puskesmas, tidak akan pernah tergenjot capaiannya," katanya.

Load More