Scroll untuk membaca artikel
Dythia Novianty
Senin, 11 Oktober 2021 | 14:01 WIB
Baju adat laki-laki Sumatra Barat, Sasampiang. [Orami]

SuaraSumbar.id - Baju adat Sumbar atau Sumatera Barat mempunyai bagian-bagian unik. Baju pada awalnya digunakan untuk penutup bagian tubuh dan mencerminkan ketinggian derajat manusia.

Setiap daerah mempunyai ciri khas yang menonjol mempunyai nilai tersendiri.

Kali ini kita akan bahas tentang filosofi baju adat sumatera barat. Pakaian adat Sumatera Barat sudah populer hingga mancanegara, kita sebagai anak bangsa jangan sampai kalah dengan luar negeri. Untuk itu di sini kita akan menggali lebih detail pakaian adat Sumatera Barat ini.

Pakaian adat biasanya digunakan pada setiap acara sakral, seperti acara pernikahan. Baju Penghulu dan Bundo Kanduang merupakan pakaian adat sumatra barat yang identik warna gelap ditaburi warna emas dan lengkap dengan penutup kepala.

Baca Juga: 5 Wisata Sumbar untuk Liburan Singkat: Nagari 1000 Rumah Gadang Hingga Pulau Pagang

Untuk pakaian laki-laki atau Baju Penghulu yang biasanya dipakai pengatin laki-laki dan pemangku adat. Dan dilengkapi keris yang melambangkan pemikiran yang matang sebelun bertindak. Berikut nama dan penjelasan singkat setiap bagian baju adat laki-laki Sumatra Barat

1. Deta

Baju adat laki-laki Sumatra Barat, Deta. [Facebok/Anak-anak Minang]

Deta atau penutup kepala ini berbentuk lilitan kain yang menghasilkan banyak kerutan. Semakin banyak kerutan terlihat semakin menarik. Deta ada 3 jenis dengan fungsi pemakai yg berbeda. Deta raja untuk raja, deta saluak batimbo untuk penghulu, deta ameh dan deta cilien.

2. Baju panghulu

Baju adat laki-laki ini didominasi dengan warna hitam berbahan bludru yang melambangkan kepeminpinan. Pakaian ini dipadukan dengan sasampiang dan tongkat.

Baca Juga: Anies Kenang Keris Pemberian Mendiang Ki Mantep: Saya Jaga Sebaik-baiknya

3. Sasampiang

Bagian ini berbentuk selendang berwarna merah yang melambangkan keberanian. Ditambahi hiasan dengan benang makau yang melambangkan kearifan lokal. Selendang ini digunakan oleh penghulu untuk keperluan upacara adat.

4. Cawek

Berbentuk ikat pinggang berbahan sutra untuk mengencangkan celana sarawa yang longgar. Cawek ini memiliki arti kecakapan dalam memimpin dan mempererat tali persaudaraan masyarakat Sumatra barat.

5. Sandang

Kain sandang yang berbentuk segi empat yang diikatkan dipinggang berwarna merah ini melambangkan kepatuhan pada hukum adat secara turun temurun di masyarakat Sumbar.

6. Keris dan Tongkat

Keris Sumatera Barat. [Gpswisataindonesia]

Kedua senjata ini mempunyai banyak filosofi dengan inti sebuah filosofi amanah dan tanggung jawab seorang pemimpin.

Keris yang tersemat di bagian tubuh melambangkan kehati-hatian dalam bertindak sedangkan tongkat yang digenggam ditangan kanan melambangkan penunjuk jalan di masyarakat.

Sedang pakaian perempuan memiliki filosofi tersendiri. Berikut penjelasan singkat bagian pakaian adat perempuan Sumatera Barat.

1. Tengkuluk

Penutup bagian kepala perempuan yang berbentuk kepala gadang yang disebut jiga sebagai Bundo Kanduang ini menunjukan dia pemilik rumah kadang. Biasanya dipakai jika ada acara saja, namun banyak juga masyarakat yang menggunakan sehari-hari.

2. Baju Batabue

Baju adat Sumatra barat ini mempunyai warna biru, merah, hitam, dan lembayung yang bertabur benang emas menggambarkan kekayaan sumatra barat.

3. Lamdak

Bagian ini berfungsi untuk penutup bagian bawah yang diikatkan dipinggang. Selain berfungsi penutup, sarung ini menambah cantik Bundo Kanduang dengan motif dan taburan benang emas.

4. Salempang

Pakaian adat perempuan Sumatera Barat, Salempang. [Andalastourism]

Selendang yang ditaruh dipundak melambangkan bahwa perempuan harus memilili saya kasih sayang.

5. Perhiasan

Perhiasan yang terpasang ditubuh seorang perempuan seperti dukuah (kalung), cincin, dan gelang ini menunjukan memiliki derajat dan martabat tinggi.

Seperti itulah gambaran singkat filosofi dan funsi pakaian adat Sumatera Barat. Setiap daerah pasti memiliki perbedaan dan niali tersendiri. Meskipun bukan dari Sumatra Barat kita perlu mengenal budaya Indonesia sebagai bentuk cinta pada bangsa.

Kontributor : Cahya Hanifah

Load More