Kemudian makin lama air sungai semakin besar menghanyutkan material kayu hingga rumah di dekatnya. Sehingga dia tidak bisa ke luar dari lokasi itu.
Jika memaksakan, mungkin Mufrianto dan isteri akan hanyut dibawa derasnya air sungai.
Karena tidak hilang akal, satu-satunya harapan Mufrianto untuk bertahan adalah bergantung di batang pokat yang ada disamping warungnya.
"Tidak ada jalan lain, saya ajak isteri memanjat batang pokat dan disana kami pasrah apa yang terjadi. Sebab, mobil yang tadi kami pijak untuk naik ke atas pohon dan rumah sudah hanyut di bawa arus sungai," katanya.
Di atas batang pokat itu dia berdoa dan pasrah apa yang akan terjadi. Dia menyaksikan material dan rumah warga yang hanyut terseret banjir bandang.
"Kurang lebih 1,5 jam kami di atas batang pokat, kami pasrah, kami berdoa apa yang terjadi. Alhamdulillah kami selamat dari musibah ini," kata dia.
Diketahui, data dari posko utama tanggap Darturat bencana banjir bandang dan lahar dingin di Tanah Datar mengakibatkan korban meninggal dunia sebanyak 32 orang dan 10 orang masih hilang. (Antara)