WALHI Sumbar: Banjir Bandang Tak Murni Bencana Alam Tapi Antisipasi yang Lemah

"Kami melihat ini bukan sebagai bencana alam, melainkan sebagai bencana ekologis," ujarnya, Selasa (14/5/2024).

Bernadette Sariyem
Selasa, 14 Mei 2024 | 16:34 WIB
WALHI Sumbar: Banjir Bandang Tak Murni Bencana Alam Tapi Antisipasi yang Lemah
Petugas SAR melakukan pencarian korban banjir lahar dingin Gunung Marapi di Manunggal, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Senin (13/5/2024). Berdasarkan data dari Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Kota Padang, Sumatera Barat hingga Senin (13/05) pukul 13.00 WIB sebanyak 43 orang korban meninggal dunia akibat banjir lahar dingin Gunung Marapi yang terjadi pada Sabtu (11/5). ANTARA FOTO/Givo Alputra/Lmo/tom.

SuaraSumbar.id - Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Sumatera Barat menilai bahwa bencana banjir bandang yang terjadi pada malam Sabtu (11/5/2024) di beberapa nagari di Kecamatan Limo Kaum adalah akibat langsung dari krisis lingkungan yang telah lama terjadi di daerah tersebut.

Menurut Tommy Adam, Kepala Departemen Advokasi Lingkungan Hidup WALHI Sumbar, curah hujan hanya menjadi pemicu, bukan penyebab utama.

Tommy menyatakan, degradasi ekologis, khususnya deforestasi yang terjadi selama dekade terakhir di Sumatera Barat, telah berkontribusi signifikan terhadap terjadinya banjir bandang.

"Kami melihat ini bukan sebagai bencana alam, melainkan sebagai bencana ekologis," ujarnya, Selasa (14/5/2024).

WALHI telah lama mengkritik penataan bangunan yang berada di sempadan sungai di Lembah Anai, namun tidak ada tindakan konkret dari pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut.

Lebih lanjut, Tommy menyoroti kurangnya upaya mitigasi dan sistem peringatan dini yang efektif dari pemerintah dan stakeholder terkait.

Menurutnya, sudah seharusnya ada analisis dan pemanfaatan data yang lebih baik untuk mengantisipasi dan mengurangi risiko bencana.

"Sayangnya, data dan analisis lingkungan yang ada tidak digunakan secara maksimal dalam upaya mitigasi bencana," katanya.

Dalam keadaan darurat saat ini, WALHI Sumbar mendesak pemerintah untuk memprioritaskan kebutuhan dasar masyarakat, seperti air bersih dan makanan, mengingat risiko kesehatan pasca bencana seperti diare yang dapat meningkat.

Tommy juga menekankan pentingnya upaya jangka panjang untuk mitigasi bencana, termasuk penataan ruang berbasis risiko bencana dan tindakan tegas terhadap pelaku usaha yang melanggar.

WALHI Sumbar menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban dan terus mendorong tindakan yang lebih berani dan terkoordinasi dari pemerintah untuk mencegah tragedi serupa di masa depan.

Kontributor : Rizky Islam

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini