Tradisi Rayo Anam, Ziarah Kubur Usai Lebaran Idul Fitri di Tanah Datar

Ziarah kubur adalah kebiasaan lazim dilakukan oleh umat Muslim.

Riki Chandra
Sabtu, 20 April 2024 | 17:12 WIB
Tradisi Rayo Anam, Ziarah Kubur Usai Lebaran Idul Fitri di Tanah Datar
Tradisi ziarah kubuh usai Idul Fitri di Tanah Datar. [Dok.Antara]

SuaraSumbar.id - Ziarah kubur adalah kebiasaan lazim dilakukan oleh umat Muslim. Rata-rata ziarah ke makam keluarga yang sudah meninggal dunia itu dilakukan menjelang masuknya bulan suci Ramadan.

Sebagian kecil masyarakat di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat (Sumbar), justru melaksanakan ziarah kubur setelah Lebaran Idul Fitri. Hal ini dilakukan oleh warga Jorong Sikaladi, Kecamatan Pariangan.

Wali Nagari Pariangan, Tasman Katik Mudo mengatakan, tradisi itu telah ada sejak masuknya agama Islam di daerah itu. Sampai saat ini tradisi itu masih terjaga.

Ziarah kubur Jorong Sikaladi tidak hanya sekedar berdoa dan membersihkan makam saja, namun menjadi tempat menjalin silaturahmi bagi masyarakat.

Masyarakat disana menyebutnya dengan "Rayo Anam", atau hari raya enam, karena dilaksanakan setelah selesai menjalankan puasa di awal bulan Syawal.

Menurut kepercayaan masyarakat setempat, Rayo Anam dilaksanakan pada Kamis pertama setelah puasa enam di bulan Syawal dengan puncak acara pada petang Kamis.

Ada kepercayaan yang mengatakan bahwa pada Kamis atau malam Jum'at adalah waktu kembalinya arwah nenek moyang ke dunia untuk melihat anak cucunya.

"Rayo Anam adalah sebuah tradisi yang turun temurun yang sudah lama ada ditengah-tengah masyarakat Sikaladi dan sampai saat ini masih dilaksanakan sejak adanya agama Islam di daerah ini," kata Wali Nagari Pariangan, Tasman Katik Mudo, dikutip Sabtu (20/4/2024).

Hari Rayo Anam di Jorong Sikaladi tidak kalah meriah dibandingkan dengan hari raya Idul Fitri.

Meskipun dilaksanakan setelah lebaran, bagi masyarakat Sikaladi ziarah kubur atau Rayo Anam merupakan momentum menjalin silaturahmi antara masyarakat yang di kampung dengan di rantau.

Pada saat ziarah tersebut setiap rumah membawa talam ke pemakaman kaum. Di dalam talam berisikan nasi bungkus untuk dibagi-bagikan kepada masyarakat yang hadir.

Puncak dari itu semua, warga Sikaladi melakukan tahlil dan zikir bersama yang mereka namakan dengan "Ratik Tagak" atau tahlilan sambil berdiri.

"Kegiatan Ratik Tagak ini sebenarnya ziarah kubur dengan melakukan zikir dengan melafazkan kalimat-kalimat tauhid di pandam pekuburan per sukuan. Dihadiri oleh seluruh kaum baik yang di ranah maupun yang di perantauan, sehingga akan meningkatkan tali silaturahmi antar sesama," kata Wali Nagari.

Salah seorang tokoh perantau Jorong Sikaladi, Syafruddin Pakiah Sutan yang juga sebagai Ketua Ikatan Keluarga Tanah Datar Kabupaten Kampar mengaku bangga memiliki tradisi Rayo Anam yang masih lestari daerah itu.

"Kami sebagai orang Sikaladi tentu sangat bangga mempunyai tradisi ziarah kubur yang akan kami lakukan setahun sekali ini. Disini kami akan melakukan zikir bersama, dan ini sudah ada sejak dari nenek moyang kami dulu," ujar dia.

Sementara itu, Bupati Tanah Datar Eka Putra saat menghadiri tradisi Rayo Anam, sangat mengapresiasi masyarakat Jorong Sikaladi dalam merayakan Rayo Anam dengan melaksanakan Ratik Tagak di pandam pakuburan pasukuan.

Dia menilai, tradisi Rayo Anam dan Ratik Tagak merupakan kearifan lokal yang ada di suatu nagari yang harus tetap diestarikan.

"Saya selaku pribadi dan atas nama Pemerintah Kabupaten Tanah Datar, sangat mendukung tradisi masyarakat seperti ini tetap dilestarikan. Karena disamping sebagai kearifan lokal, juga sangat mendukung perkembangan ekonomi masyarakat terutama bagi UMKM yang ada di nagari," kata Eka. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak