-
72 korban bencana hidrometeorologi di Agam masih dalam proses pencarian intensif.
-
Korban meninggal tercatat 192 orang tersebar di tujuh kecamatan.
-
Ribuan warga mengungsi, infrastruktur dan pertanian rusak parah.
SuaraSumbar.id - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar), mencatat korban bencana hidrometeorologi Agam yang belum ditemukan masih mencapai 72 orang.
Proses pencarian terus dikebut dengan melibatkan berbagai unsur, menyusul dampak besar dari rangkaian banjir bandang, banjir, dan tanah longsor yang melanda wilayah tersebut sejak akhir November 2025.
Kepala Pelaksana BPBD Agam Rahmat Lasmono mengatakan, korban bencana hidrometeorologi Agam yang belum ditemukan tersebut tersebar di sejumlah kecamatan terdampak.
“72 korban belum ditemukan dampak banjir bandang, banjir dan tanah longsor melanda daerah itu,” kata Rahmat Lasmono, Sabtu (20/12/2025).
Ia merinci, sebaran korban bencana hidrometeorologi Agam yang masih dalam pencarian meliputi Kecamatan Malalak sebanyak tiga orang, Palembayan 66 orang, Lubuk Basung satu orang, dan Tanjung Raya dua orang.
Hingga kini, tim gabungan masih terus melakukan upaya pencarian di titik-titik yang diduga menjadi lokasi korban tertimbun material bencana.
Pencarian 72 korban tersebut melibatkan BPBD, Basarnas, TNI, Polri, serta relawan. “Pencarian dengan menggunakan alat berat, karena korban diduga tertimbun material banjir bandang,” katanya.
Penggunaan alat berat dinilai krusial mengingat tebalnya endapan lumpur, kayu, dan bebatuan yang terbawa arus deras.
Selain korban hilang, BPBD Agam juga mencatat jumlah korban meninggal dunia mencapai 192 orang. Korban meninggal tersebut tersebar di Kecamatan Malalak 14 orang, Palembayan 138 orang, Matur satu orang, Tanjung Raya 10 orang, Palupuh satu orang, Ampek Nagari satu orang, serta 27 orang yang hingga kini belum teridentifikasi.
Di sisi lain, dampak korban bencana hidrometeorologi Agam juga terlihat dari kondisi warga terdampak. Sebanyak empat orang masih menjalani perawatan medis, 4.081 orang mengungsi, dan 26 jiwa dilaporkan terisolir.
“Mereka tinggal di pengungsian dan untuk kebutuhan logistik telah didistribusikan,” kata Rahmat.
Bencana hidrometeorologi yang meliputi banjir bandang, tanah longsor, banjir, dan angin puting beliung ini turut merusak infrastruktur dan fasilitas publik.
Tercatat rumah rusak ringan sebanyak 367 unit, rusak sedang 287 unit, dan rusak berat 851 unit. Selain itu, jalan rusak di 21 titik, jembatan rusak 28 titik, tempat ibadah 27 unit, serta fasilitas pendidikan 114 unit.
Kerugian juga melanda sektor pertanian dan peternakan. Lahan pertanian terdampak mencapai 2.044 hektare, ternak mati sebanyak 5.481 ekor, dan infrastruktur pertanian rusak 156 unit.
Bahkan, terdapat lima kecamatan yang hingga kini masih mengalami kesulitan air bersih untuk memenuhi kebutuhan dasar warga terdampak korban bencana hidrometeorologi Agam. (Antara)