Festival Gamad Upaya Menjaga Warisan Takbenda dari Minangkabau Menuju UNESCO

Gamad sudah menjadi Warisan Budaya Takbenda Nasional tahun 2016 lalu. Dibutuhkan aktivasi agar tradisi ini tidak cabut atau bahkan lenyap dari masyarakat.

Riki Chandra
Kamis, 23 November 2023 | 18:15 WIB
Festival Gamad Upaya Menjaga Warisan Takbenda dari Minangkabau Menuju UNESCO
Penampilan Gamad yang merupakan musik tradisi Minangkabau. [Dok.Istimewa]

SuaraSumbar.id - Gamad sudah menjadi Warisan Budaya Takbenda Nasional tahun 2016 lalu. Dibutuhkan aktivasi agar tradisi ini tidak cabut atau bahkan lenyap dari masyarakat. Aktivasi ini bisa dilakukan dengan berbagai hal, salah satunya dengan menggelar festival.

Tanggal 25-26 November nanti, UPT Taman Budaya Sumatera Barat (Sumbar) akan menggelar Festival Gamad. Grup Gamad se-Sumbar menyatakan berpartisipasi dalam festival tersebut.

Sejumlah grup itu adalah Gamad Pauh Sejati, Orkes Gamad Sampai Hati, Orkes Gamad Kumbang Jati, GPS Gamad, Orkes Gamad Jam Gadang, Lima Nada Band, Orkes Gamad Bintang Laut, Orkes Gamad Selendang Benang Ameh dan Orkes Gamad Ravel Family.

Bagi unit pelaksana Dinas Kebudayaan Provinsi Sumbar ini, Festival Gamad termasuk bagian penting untuk pelestarian. “Kita butuh kegiatan untuk mendukung warisan budaya takbenda,” ujar Kepala Taman Budaya, Supriyadi, dalam keterangan tertulis, Kamis (23/11/2023).

Anggota DPRD Sumbar, Hidayat juga melihat bahwa gamad sangat mungkin dijadikan warisan budaya takbenda UNESCO. “Keseniannya dipengaruhi beberapa suku bangsa. Asimilasi ini tumbuh dan berkembang dengan baik. Menunjukkan bahwa Sumbar sangat berterima dengan bangsa lain,” ujarnya.

Menurutnya, Gamad mesti di-masyarakat-kan. Karena selain melawan isu negatif tentang Sumbar, juga akan memperlihatkan kekompakkan antar bangsa. Narasi seperti ini, menurut Hidayat, penting diapungkan.

“Sudah saatnya, kebudayaan kita letakkan sebagai garis paling depan agar siapa Sumatera Barat sesungguhnya bisa terlihat jelas,” tukuknya.

Seperti diketahui, gamad berkembang sejak abad 20. Berbagai versi tentang gamad ini juga berkembang di masyarakat. Bagi Ferry YJ, gamad ada karena qawwali dan gambang. Keduanya kesenian dari India dan Tiongkok.

“Kemudian ada sentuhan Melayu dari akordion. Gamad sangat Minang karena pantunnya. Jadi, gamad memang dikenal sebaga musik ‘4 negara’,” ujar anak dari penyani Minang legendaris, Yan Juned ini.

Ia berharap, dalam Festival Gamad nanti akan muncul visual yang mempelrihatkan gamad sebagai tradisi. “Kami akan menampilkan gamad beradat nanti,” tambahnya.

REKOMENDASI

News

Terkini