Maelo Pukek, Menjemput Berkah Laut Tanpa Merusak Habitat Ikan

Para nelayan di pantai Padang dan pesisir Sumatera Barat (Sumbar), masih merawat tradisi turun temurun itu sampai hari ini.

Riki Chandra
Jum'at, 09 Desember 2022 | 06:10 WIB
Maelo Pukek, Menjemput Berkah Laut Tanpa Merusak Habitat Ikan
Aktivitas maelo pukek (menarik pukat) nelayan di Pantai Purus, Kota Padang, Sumatera Barat. [Suara.com/Riki Chandra]

Menurut Desniarti, kekayaan laut Sumbar harus terus dijaga. Sebab, ada ribuan nyawa yang bergantung hidup dari hasil laut. Dari data DKP Sumbar tahun 2020, jumlah nelayan di Ranah Minang mencapai 42.208. Selain di Kota Padang, nelayan terbanyak berada di Kabupaten Pesisir Selatan dan Kabupaten Pasaman Barat.

"Tapi kita belum mendata berapa jumlah kelompok nelayan berdasarkan jenis tangkap ikannya. Biasanya nelayan-nelayan ini tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB)," katanya.

Di sisi lain, Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono mendukung pelestarian tradisi maelo pukek. Menurutnya, tradisi turun temurun nelayan di Ranah Minang itu merupakan kearifan lokal yang harus tetap dijaga agar menjadi ikon penangkapan ikan ramah lingkungan.

Pernyataan itu disampaikan Sakti saat meresmikan Gapura Kampung Tematik Elo Pukek di Pantai Purus, Padang pada Minggu (21/8/2022) lalu. "Maelo pukek kearifan lokal yang harus dijaga dan dilestarikan," katanya yang datang ke Sumbar menghadiri puncak Exploring Mandeh: Road To Bulan Cinta Laut (BCL).

Baca Juga:Punya Program Asuransi Nelayan dan Peningkatan Kesejahteraan, Ganjar Kembali Dapat Dukungan

Tujuan utama maelo pukek memang menangkap ikan. Akan tetapi, kata Sakti Wahyu Trenggono, aktivitas tersebut juga dapat membantu mengatasi masalah sampah-sampah plastik yang berada di perairan pantai.

"Maelo pukek budaya menangkap ikan yang tidak merusak lingkungan. Tidak menggunakan bahan-bahan berbahaya ataupun dilarang, perlu terus didukung," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak