Dukung Pelestarian Budaya Maelo Pukek Nelayan di Ranah Minang, Menteri KKP: Kearifan Lokal Harus Dijaga

Sakti Wahyu Trenggono mendukung pelestarian tradisi "Maelo Pukek" yang dipraktikkan secara turun-temurun oleh nelayan di Ranah Minang.

Riki Chandra
Senin, 22 Agustus 2022 | 14:15 WIB
Dukung Pelestarian Budaya Maelo Pukek Nelayan di Ranah Minang, Menteri KKP: Kearifan Lokal Harus Dijaga
Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono memraktikkan tradisi "Maelo Pukek" bersama nelayan di kawasan Purus, Padang, Sumatera Barat (Sumbar). [Dok.Antara]

SuaraSumbar.id - Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Sakti Wahyu Trenggono mendukung pelestarian tradisi "Maelo Pukek" yang dipraktikkan secara turun-temurun oleh nelayan di Ranah Minang, Sumatera Barat (Sumbar).

Hal itu disampaikan Sakti usai meresmikan Gapura Kampung Tematik Elo Pukek di kawasan Pantai Purus, Padang, Sumatera Barat (Sumbar) Minggu (21/8/2022).

"Maelo pukek adalah kearifan lokal yang harus dijaga dan lestarikan karena merupakan budaya turun temurun. Tradisi maelo pukek harus didukung karena kearifan lokal selalu mempertimbangkan keseimbangan alam," kata Trenggono.

Peresmian gapura tersebut dilakukan dalam acara puncak Exploring Mandeh: Road To Bulan Cinta Laut (BCL), dihadiri oleh Anggota DPD RI Emma Yohanna, Wali Kota Padang, perwakilan Pemprov Sumbar, dan Pemkab Pesisir Selatan, dan lainnya.

Baca Juga:5 Rumah Kampung Adat di Sumba, Kental dengan Peninggalan Tradisi Megalitikum

Trenggono mengatakan meskipun "Maelo Pukek" tujuan utamanya adalah menangkap ikan, namun di sisi selain efektif menjadi beach cleaner demi mengatasi masalah sampah-sampah plastik yang berada di perairan pantai.

Trenggono telah meminta jajarannya di KKP agar menggerakan kearifan lokal tersebut sehingga bisa berkembang dengan baik.

Untuk diketahui, "Maelo pukek" berasal dari bahasa Minangkabau yang artinya adalah menarik pukat.

Maelo pukek merupakan cara tradisional yang dilakukan oleh nelayan Minangkabau untuk menangkap ikan di pinggir laut atau pantai.

Nelayan terlebih dahulu menyebarkan pukek atau pukat ke laut menggunakan perahu, kemudian setelah menunggu lebih dari lima belas menit pukat tersebut ditarik dan ikan-ikan terjebak pada bagian jaring.

Baca Juga:5 Karakter di Anime Naruto yang Mengikuti Tradisi Keluarga, Membanggakan!

"Ini merupakan budaya menangkap ikan yang tidak merusak lingkungan dan tidak menggunakan bahan-bahan berbahaya ataupun dilarang, perlu terus didukung," jelasnya.

Dalam kegiatan serupa, juga digelar aksi bersih-bersih sampah yang melibatkan ratusan orang mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.

Para peserta berasal dari berbagai kalangan seperti pelajar, perwakilan pemerintah daerah, TNI, Polri, pegiat lingkungan, hingga masyarakat nelayan.

Kegiatan ini juga dimeriahkan dengan penampilan spektakuler grup drumband Politeknik KP Pariaman.

Trenggono menambahkan kegiatan bersih-bersih laut dari sampah sebelumnya juga dilakukan di Perairan Mandeh, Kabupaten Pesisir Selatan, oleh peserta Turnamen Fotografi dan Videografi Bawah Air Exploring Mandeh Road To Bulan Cinta Laut, bersama tim Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Puncak acara Exploring Mandeh Road To Bulan Cinta Laut juga diisi Pameran BCL Corner yang menghadirkan potret upaya komprehensif yang dilakukan KKP, NGO, maupun komunitas untuk meningkatkan kesehatan laut.

Kemudian pengumuman dan penyerahan hadiah kepada para pemenang turnamen Fotografi dan Videografi Bawah Air untuk tiga kategori yakni Video Kreatif, Foto Makro, dan Wide Angle, serta Juara Umum.

Pelaksanaan pengambilan gambar dilakukan pada 17 dan 18 Agustus 2022 di perairan Mandeh dengan objek bangkai Kapal MV Boelongan Nederland yang tenggelam 100 tahun lalu, serta biota laut di sekitaran Pantai Cubadak.

Sementara itu, Asisten Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Media dan Komunikasi Publik Doni Ismanto yang merupakan ketua panitia acara menyebutkan rangkaian kegiatan Exploring Mandeh: Road To Bulan Cinta Laut merupakan bagian dari countdown pelaksanaan Kick Off Bulan Cinta Laut yang akan diresmikan secara nasional dalam waktu dekat.

Acara tersebut juga digelar untuk membantu mempromosikan potensi wisata bahari di Sumatera Barat demi mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Pemilihan Sumatera Barat sebagai lokasi untuk Road To BCL tidak lepas dari pertimbangan Ranah Minang sebagai daerah pesisir yang memiliki banyak potensi kelautan dan perikanan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan juga memiliki sejumlah program penting di Sumbar seperti kampung budidaya, dan kampung nelayan maju.

Sebagai informasi, Program Bulan Cinta Laut (BCL) dirancang khusus untuk mengentaskan persoalan sampah plastik di laut.

Program yang digagas oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono itu tak sekadar mengajak masyarakat membersihkan sampah di pantai.

Melainkan turut mendorong nelayan agar mengambil sampah di laut. Hasilnya nanti akan dikonversi dengan harga terendah ikan saat itu. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak