Sepenggal Kisah Pelaku UMKM Bertahan dan Bangkit dari Badai Covid-19

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Sumatera Barat (Sumbar) mulai menggeliat pasca dua tahun lebih pandemi Covid-19 mewabah di Indonesia.

Riki Chandra
Kamis, 10 November 2022 | 16:55 WIB
Sepenggal Kisah Pelaku UMKM Bertahan dan Bangkit dari Badai Covid-19
Linda memamerkan busana karyanya di ajang ajang International Handicraft Trade Fair (Inacraft) di Jakarta tahun 2019. [Suara.com/Dok.Pribadi]

SuaraSumbar.id - Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Sumatera Barat (Sumbar) mulai menggeliat pasca dua tahun lebih pandemi Covid-19 mewabah di Indonesia. Dulu, aktivitas UMKM sempat merosot tajam dan bahkan ada yang sampai gulung tikar.

Kini, perlahan-lahan pelaku UMKM di Sumbar kembali menata usahanya. Orderan mulai kembali datang, meski belum seperti jelang pandemi melanda.
"Alhamdulillah, sekarang langganan saya sudah kembali pesan baju. Memang belum seperti dulu lagi," kata Maulinda Husni, pemilik Linda Fashions di Nagari Simalanggang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Limapuluh Kota kepada SuaraSumbar.id, Sabtu (5/11/2022).

Tak terhitung UMKM 'mati' karena dihukum keadaan pasca lahirnya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKKM) di pertengahan tahun 2020. Usaha jahit Linda termasuk salah satu yang 'babak belur' oleh dampak virus corona itu.

"Tiga orang karyawan terpaksa saya rumahkan. Sebelum Covid, omzet saya berkisar di angka Rp 15 juta minimal sebulan. Tapi saat awal pandemi, omzet sampai nol," katanya.

Baca Juga:Alhamdulillah! 275 Pelaku UMKM Dapat Modal Usaha, Masing-masing Rp 2 Juta

Linda mengisahkan, awal Covid-19 melanda, tak ada orang-orang yang telah mengorder baju kepadanya menjemput pakaiannya. Bahkan, banyak menjemput pesanan itu jelang Idul Fitri 2021. "Orderan itu setahun kemudian baru dijemput. Masa-masa itu memang sangat krisis," katanya.

Susah payah Linda memutar otak mencari jalan menggerakkan usahanya. Barulah sekitar pertengahan tahun 2021, mesin jahitnya di rumahnya kembali berjalan. Pesannya pun bukan pakaian, namun untuk pembuatan masker.

"Partai kecil-kecilan. Hanya orderan Rp 1,5 juta per bulan. Tapi saya tidak pakai karyawan lagi karena nggak sanggup membayar mereka," katanya.

Menurut Linda, usaha jahitannya mulai kembali menggeliat sejak pemerintah mengizinkan masyarakat melaksanakan pesta pernikahan. Berangsur-angsur orderan kembali datang. Namun, jumlahnya masih jauh dari sebelum pandemi datang.

"Sekarang sudah omzet di atas Rp 4 jutaan sebulan. Rencananya kalau sudah stabil lagi, saya akan cari karyawan kembali," katanya.

Baca Juga:Tinggal 4 Hari Lagi, Ini Cara Daftar Program Bantuan UMKM dari Facebook

Bantuan Modal Usaha dari Pertamina

Linda Fashions merupakan salah satu UMKM binaan Pertamina Regional Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) yang mendapatkan bantuan pinjaman modal usaha sebesar Rp 100 juta.

Dulu, Linda biasanya menjahit orderan di dalam rumah saja. Namun kini, dia telah memiliki tempat permanen khusus untuk menjahit. "Saya jadi mitra binaan Pertamina ini sejak Mei 2019," kata perempuan 41 tahun itu.

Linda sendiri sudah menjahit pakaian sejak tahun 1999 silam. Namun, dia mulai serius menerima pesanan jahitan sejak tahun 2016.

"Modal awal dulu cuma sekitar Rp 1 juta. Waktu itu mesin jahit saya baru satu. Orderan rata-rata baju anak-anak sekolah, baju harian, seragam guru dan baju pesta," katanya.

Setelah menjadi mitra binaan Pertamina, Linda mengembangkan usahanya dengan menambah 3 unit mesin jahit lengkap. Ada mesin obras, mesin sopan dan mesin putih. "Saya bersyukur bisa jadi mitra. Sekarang tempat saya sudah permanen dan peralatannya lengkap," katanya.

Menurut Linda, Pertamina tidak sekadar membantu dengan pinjaman modal usaha, namun juga mempromosikan usahanya ke tingkat nasional. Tahun 2019 lalu, usaha jahitnya ikut berpartisipasi di ajang International Handicraft Trade Fair (Inacraft) di Jakarta. Di sana, Linda memamerkan baju-baju karyanya kepada ratusan tamu.

Kini, Linda hanya fokus mengembangkan bisnis jahitannya. Sebab, peralatan dan tempat jahitannya sudah memadai berkat bantuan pinjaman dana Pertamina. Dia berharap, tahun 2023 mendatang usahanya kembali lancar seperti sedia kala. "Pemasarannya baru di Limapuluh Kota, Padang dan Padang Pariaman," katanya.

Begitu juga cerita Sulaman Putri Ayu, UMKM binaan Pertamina di Pasar Atas, Kota Bukittinggi. Produksinya tetap berjalan sejak pandemi Covid-19. Namun, keinginan pemiliknya membuka cabang tertunda gara-gara menurunnya omzet sejak mewabahnya virus corona.

"Rencana mau buka cabang. Tapi karena pandemi, orang-orang jarang belanja," kata pemilik usaha Sulaman Putri Ayu, Desi Oktavia, beberapa waktu lalu.

Perempuan 46 itu mengisahkan, toko sulaman itu milik turun temurun yang lahir sekitar tahun 80-an. Ibundanya, Mislaili yang merintis awal usaha tersebut. "Dulu itu, ibu jahit sendiri, jualnya dititik di toko kain orang," katanya.

Berangsur-angsur, sulamannya pun mulai mendapat tempat dihati para pemesan. Banyak konsumen yang kemudian mencari pembuat sulaman itu untuk memesan dalam jumlah tertentu. "Nah, karena permintaan sudah mulai banyak, orang tua berfikir untuk membuka toko sendiri dan inilah yang ada hari ini," tuturnya.

Selain peminat lokal di Sumbar, pemesan sulamannya kini juga banyak datang dari Jakarta. Nama sulamannya semakin dikenal sejak menjadi mitra binaan Pertamina Marketing Operation Region (MOR) I. "Alhamdulillah. Kalau untuk pemasaran sudah sering ke Jakarta. Ini tidak terlepas dari promosi yang dibantu Pertamina," katanya.

Sulaman milik Desi mulai menjadi mitra binaan Pertamina sejak tahun 2018. Setahun bergabung, Sulaman Putri Ayu langsung berpartisipasi di ajang International Handicraft Trade Fair (Inacraft) pada April 2019 di Jakarta. Sebuah kesempatan emas yang jarang dinikmati UMKM dari Ranah Minang. Apalagi, pameran Inacraft itu dibuka langsung Presiden Joko Widodo dan dihadiri oleh ratusan ribu orang.

Menurut Desi, Pertamina memberikan ruang promosi yang justru di luar ekspektasi para pelaku UMKM. Baginya, pameran Inacraft merupakan ajang bergengsi yang sangat berpotensi meningkatkan sasaran pemasaran. Bahkan ketika itu, omzet usahanya tembus hingga ratusan juta rupiah.

"Pertamina betul-betul memberi ruang untuk mempromosikan diri, bahkan di pameran paling bergengsi. Branding produk ini bagian yang paling mahal dan lama untuk dijalani. Dan saya bersyukur bisa menjadi bagian UMKM yang dipromosikan Pertamina," katanya.

Manfaat bantuan modal usaha Pertamina ini juga dirasakan oleh Khadir Pamangku Malin Rahim (52), seorang petani serai wangi (citronella oil) asal Kabupaten Pesisir Selatan.

Dia mengaku telah menekuni budidaya serai wangi sejak tahun 2017. Usahanya kian melonjak setelah mendapat sentuhan dan modal usaha dari Pertamina. "Alhamdulillah, kelompok tani kami menjadi binaan Pertamina sejak 2018. Kami dibantu modal usaha yang cukup meringankan. Sebab, bunganya hanya 0,2 persen," katanya.

Budidaya serai wangi ini bernaung di bawah kelompok tani Talang Jaya yang berlokasi di Lunang Silaut, Pesisir Selatan dengan jumlah anggota 25 orang. Semula, jumlah lahannya baru sekitar 2 hektare. Setelah disokong bantuan modal Pertamina, luas areal pertanian serai wangi kelompok tani yang diketuai Khaidir itu kini mencapai 6 hektare.

"Kami betul-betul bersyukur bisa menjadi mitra binaan Pertamina. Kalau tidak, darimana modal pengembangan yang jumlahnya cukup besar," katanya.

Khadir mengatakan, salah satu yang membuat Pertamina tertarik membantu petani serai wangi ini adalah karena peluang bisnis dan kesejahteraan untuk petani cukup terbuka lebar. "Pasaran serai wangi ini ke luar negeri. Potensi petani berkembang sangat terbuka, makanya Pertamina bersedia membina kami," katanya.

Dia berharap, Pertamina terus memberikan dukungan kepada pelaku usaha, baik di bidang pertanian maupun perdagangan. Sebab, keberadaan UMKM di daerah secara otomatis membuka lapangan pekerjaan.

Di sisi lain, saat pandemi Covid-19, Pertamina terus mendorong dan menciptakan peluang bagi UMKM agar terus produktif bangkit dari keterpurukan ekonomi secara nasional. Salah satu caranya dengan memberikan bantuan modal dan mengalihkan UMKM untuk memproduksi masker yang memang sangat dibutuh di era new normal.

Dorong UMKM Naik Kelas

Pertamina terus memberikan perhatian kepada pelaku UMKM selaku penggerak ekonomi kerakyatan. Sebab, benteng pertahanan ekonomi negara juga berada di tangan usaha kecil yang tersebar di seluruh tanah air. Melalui program pendanaan, Pertamina melakukan pendampingan dan pembinaan kepada para pelaku UMKM agar mampu meningkatkan kompetensi dan memperluas akses pemasaran untuk naik kelas.

Penyaluran dana pinjaman program pendanaan untuk UMKM diberikan dengan nilai hingga Rp 250 juta dan jasa administrasi sebesar 6 persen per tahun dengan tenor maksimal 3 tahun. Selain itu, Pertamina melakukan pembenahan terstruktur lewat kurikulum UMKM, seperti Go Modern, Go Digital, Go Online dan Go Global.

Pembinaan UMKM Go Global merupakan salah satu program pembinaan tertinggi agar UMKM naik kelas. Program ini merupakan salah satu prioritas kegiatan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) dari Kementerian BUMN. Tercatan sampai bulan September 2022, sebanyak 455 UMKM binaan Pertamina sudah Go Global.

Deputi SDM, Teknologi dan Informasi KBUMN, Tedi Bharata mengatakan, Kementerian BUMN dan BUMN selalu mendorong UMKM Indonesia untuk bisa terus berkembang melalui berbagai program pembinaan, hingga nantinya bisa berkompetisi untuk bersaing dengan produk-produk dari luar negeri.

"BUMN konsisten mengikutsertakan para UMKM Indonesia yang memiliki kualitas produk bagus untuk bisa berpartisipasi dalam pameran di luar negeri, sebagai media promosi bagi produk-produk UMKM kita," katanya, dikutip dari Suara.com.

Sementara itu, VP. CSR & SMEPP Management Pertamina, Fajriyah Usman mengatakan, Pertamina telah melakukan langkah-langkah dengan memberikan pendampingan agar pelaku UMKM binaannya terus tumbuh dengan pangsa pasar yang lebih besar dan bersaing di kancah global.

“Pertamina memiliki program UMK Academy, dimana pelaku UMK dikelompokan berdasarkan kemampuan dan kapabilitasnya yang disesuaikan dengan roadmap UMK binaan sehingga dapat dilakukan pemantauan dengan lebih mudah dan terukur,” ujarnya.

Kelas UMK Academy tahap Go Global ditujukan kepada para UMKM binaan yang benar-benar sudah siap melakukan ekspor dan mengisi pasar dunia, dengan materi pembekalan seputar strategi penentuan harga, kelayakan untuk memulai ekspor, pengenalan world market dan optimalisasi produksi yang berkelanjutan untuk ekspor serta pentingnya usaha berwawasan lingkungan.

“Pertamina akan terus meningkatkan partisipasi para mitra binaanya untuk bisa mengikuti pameran yang diselenggarakan baik dalam maupun luar negeri, sehingga produk-produk lokal mendapat tempat di pasar global serta ada multiplier effect terhadap perekonomian UMKM dan nasional,” kata Fajriyah.

Di sisi lain, untuk jadi mitra binaan Pertamina kini tak perlu repot karena bisa pelaku UMK atau UMKM bisa langsung mengajukan lewat aplikasi online. Proses persetujuan bantuan itu berkisar 1-2 bulan.

Terhitung sejak Mei 2022, pendaftaran calon mitra binaan Pertamina yang mengajukan bantuan pendanaan wajib menggunakan jalur online melalui aplikasi https://genumkm.pertamina.com/.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, digitalisasi UMKM yang dilakukan Pertamina sejalan dengan Kemenkop UKM. Menurutnya, transformasi digital akan mendorong daya tahan UMKM menjadi lebih kuat di tengah gelombang demi gelombang disrupsi digital dan pandemi yang menuju titik usai.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

lifestyle | 13:50 WIB
Tampilkan lebih banyak