Mengenal Ular Kepala Merah, Ular Langka dan Mematikan yang Ditemukan BKSDA Sumbar di Hutan Agam

Ular kepala merah merupakan spesies katang yang endemik di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Sebutan tersebut merujuk pada warna kepala dan ekornya yang merah mencolok.

Riki Chandra
Jum'at, 11 Juli 2025 | 11:25 WIB
Mengenal Ular Kepala Merah, Ular Langka dan Mematikan yang Ditemukan BKSDA Sumbar di Hutan Agam
Ular kepala merah saat sedang diam di antara ranting pohon. Ular sepanjang sekitar dua meter itu ditemukan oleh BKSDA Sumbar di Kabupaten Agam. [Dok. Antara]

SuaraSumbar.id - Penemuan ular kepala merah sepanjang dua meter mengejutkan petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat (Sumbar) saat melakukan patroli di Cagar Alam Maninjau, Kabupaten Agam, Rabu (9/7/2025) lalu.

Kepala Resor Konservasi II Maninjau BKSDA Sumbar, Ade Putra mengatakan, ular jenis bungarus flaviceps ini ditemukan secara tidak sengaja saat dirinya bersama anggota Polsek Palembayan menyusuri kawasan hutan di Nagari Sungai Pua, Kecamatan Palembayan.

"Ular kepala merah itu berada hanya sekitar 50 sentimeter dari posisi saya berdiri. Beruntung tidak terinjak karena kondisinya sedang diam," ujar Ade, dikutip dari Antara, Jumat (11/7/2025).

Ular ini disebut sangat langka dan mematikan. Ade mengakui selama 23 tahun bertugas di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan BKSDA Sumbar, ini adalah kali pertama dirinya melihat spesies ular kepala merah di alam liar.

"Saya belum pernah melihat ular ini sebelumnya, bahkan selama patroli di TNKS maupun hutan-hutan lain di Sumatera Barat," tambahnya.

Ular kepala merah merupakan spesies katang yang endemik di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Sebutan tersebut merujuk pada warna kepala dan ekornya yang merah mencolok. Habitat utama ular ini berada di hutan dataran rendah hingga ketinggian 900 meter di atas permukaan laut dan jarang ditemukan di sekitar pemukiman manusia.

Spesies ini tersebar di beberapa negara seperti Myanmar bagian selatan, Thailand selatan, Vietnam, Kamboja, Malaysia, serta Indonesia (Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan kemungkinan beberapa pulau sekitarnya).

Panjang tubuhnya berkisar 1,2–1,5 meter, namun dapat mencapai 2,1 meter. Tubuh bagian atas ular ini berwarna hitam dengan garis putih kebiruan di sisi tubuh, sedangkan bagian bawahnya keputihan. Ciri ini kerap disamakan dengan ular cabai besar (Calliophis bivirgatus), meskipun warna perutnya berbeda.

"Ular kepala merah ini memiliki sisik dorsal tersusun 13 baris, dan sisik vertebral yang lebih besar dibanding sisik lainnya. Jumlah sisik ventral dan subkaudal berbeda antara jantan dan betina," terang Ade.

Dikenal sebagai ular berbisa tinggi, bungarus flaviceps dapat menimbulkan dampak fatal bagi manusia jika tergigit. Oleh karena itu, BKSDA mengimbau masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan untuk lebih berhati-hati.

Anggota Polsek Palembayan, Briptu Jefri Januardi, yang turut serta dalam patroli juga mengaku baru pertama kali melihat ular jenis ini secara langsung.

"Ini pengalaman luar biasa saya. Ular ini sangat langka, dan tampilannya hampir seperti king cobra," ujar Briptu Jefri.

Penemuan ini sekaligus menjadi bukti pentingnya patroli konservasi rutin di kawasan hutan. Keberadaan ular kepala merah menunjukkan bahwa ekosistem Cagar Alam Maninjau masih menyimpan kekayaan hayati yang belum banyak terungkap.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini