SuaraSumbar.id - Seorang perempuan berpakaian muslimah melabrak pengurus masjid di Perumahan Wisma Cakra, Limo, Depok, Jawa Barat, Senin (5/9/2022). Sebab, ia merasa terganggu oleh bunyi suara salawat yang dikumandangkan via pelantang suara.
Seperti dilihat SuaraSumbar.id pada akun Instagram @depokhariini, tampak perempuan itu melabrak pengurus masjid yang sudah tua.
"Oknum wanita berpakaian muslimah dan pakai masker sehingga sulit dikenal, mendatangi masjid. Marah-marah kepada salah satu pengurus masjid karena merasa terganggu dengan bunyi tarkhim," demikian tulisan dalam video tersebut.
Tarkhim adalah seruan untuk memberi tanda bahwa waktu sudah menjelang Subuh. Biasanya, di masjid-masjid, dikumandangkan salawat ataupun suara orang mengaji.
Baca Juga:Kejaksaan Usut Aliran Dana Hibah ke Bawaslu Depok
Tulisan keterangan dalam video itu berisi informasi bahwa perempuan itu datang langsung marah-marah.
"Tanpa permisi langsung masuk masjid, ke ruangan sound system, samping tempat imam, mencabut paksa tanpa permisi flashdisk. Kemudian langsung pulang. Ditanya namanya siapa, tidak mengaku dan tidak perlu tahu katanya."
Tampak dalam video, perempuan itu memakai jilbab warna hitam. Ia marah-marah dan menunjuk-nunjuk pengurus masjid yang sudah tua.
"Korban yang dimaki-maki adalah kakek saya. Saya tidak kakek saya dibegitukan. Beliau maki-maki kakek saya karena tidak terima kakek saya putar salawat sambil menunggu azan Subuh."
Warganet menilai persoalan itu tidak perlu sampai dibawa ke ranah hukum. Cukup diselesaikan melalui cara kekeluargaan.
Baca Juga:Dana Pilkada Depok Mengalir ke Tempat Hiburan Malam, Jaksa Bidik Oknum Bawaslu
"Baiknya dibicarakan kekeluargaan, jangan marah-marah," @dianxxx.
"Ibunya suruh tinggal di hutan saja," @azkhxxx.
"Kalau cara dia begitu. Ini bukan persoalan. Mungkin putar ngajinya kekencengan," @brechxxx.
Disorot media asing
Sebelum adanya kasus ini, tahun 2021, penggunaan pelantang suara di masjid juga turut menjadi sorotan media asing.
Saat itu tersiar kabar tentang suara azan di Jakarta, menjadi sorotan media internasional, Agence France-Presse (AFP).
Tak tanggung-tanggung, dalam laporan bertajuk Ketakwaan atau gangguan kebisingan? Indonesia mengatasi reaksi volume azan yang diterbitkan Kamis (14/10/2021) itu mengatakan mengkomplain volume azan di Indonesia akan berbuntut panjang.
Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI), Jusuf Kalla (JK), mengatakan sebagian besar speaker masjid di Indonesia mengeluarkan suara yang buruk.
Menurutnya suara dari masjid itu bisa didengar, tetapi tidak bisa dimengerti.
Hal tersebut disampaikan Jusuf Kalla dalam Tabligh Akbar Maulid Nabi Muhammad yang disiarkan di Youtube Masjid Istiqlal TV, Selasa (19/10/2021).
Dia memaparkan berbagai peran masjid pada zaman Rasulullah SAW dan menceritakan kunjungannya saat ke Semarang, Jawa Tengah, dan Bandung, Jawa Barat. Dia menilai ada masalah pada sound system masjid.
Jusuf Kalla mengatakan bahwa sebagian besar speaker masjid itu mengeluarkan suara yang jelek karena tidak bisa dimengerti apa yang disiarkan, malah justru membuat telinga bising.
“Saya baru kemarin dari masjid agung di Semarang, kemudian masjid raya di Bandung, dalam waktu 3 hari untuk melihat apa yang dilakukan atau apa yang terjadi di masjid-masjid besar itu. Ada hal yang paling bersamaan ialah kalau orang bicara ada khotibnya bisa mendengar, cuma tidak mengerti, sistem yang semuanya keliru, didengar membisingkan telinga, dua-duanya,” ujar JK.
Mantan Wakil Presiden (Wapres) RI itu mengatakan bahwa selama ini DMI sudah melaksanakan program perbaikan speaker masjid. Namun sampai sat ini menurutnya sekitar 75 persen masjid di Indonesia mengeluarkan suara jelek.
“Padahal kita dewan masjid sejak 10 tahun sudah mempunyai program untuk perbaikan sound system masjid. 75% masjid di Indonesia jelek suaranya, didengar tidak mengerti, sedangkan waktu kita di masjid itu 80% mendengar, 20% ibadah atau salat,” paparnya.
Menanggapi pernyataan JK, Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI), M. Ziyad, meminta evaluasi kepada pengurus masjid. Dia mengatakan pernyataan yang disampaikan Jusuf Kalla merupakan pengingat agar pengurus masjid lebih memperhatikan sound system.
“Terkait dengan kritik yang disampaikan oleh Pak ketum DMI Pak Jusuf Kalla sebenarnya sudah lama disampaikan, ini juga menjadi bahan evaluasi untuk kita para pengurus masjid agar memperhatikan speaker masjid, jangan sampai informasi penyampaian, pengajian ceramah atau khotib itu karena sound system-nya tidak baik sehingga tidak bisa didengar secara baik oleh jemaah atau warga sekitar masjid,” kata Wasekjen MUI, M Ziyad.
Kontributor : Rizky Islam