SuaraSumbar.id - Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan sanksi kepada sejumlah perusahaan teknologi dunia. Hal ini merupakan dampak dari invasi Rusia terhadap Rusia.
Tak hanya perusahaan, Pemerintah Rusia kini juga memberikan sanksi pelarangan berkunjung ke Rusia kepada sejumlah tokoh. Terbaru adalah CEO Meta, Mark Zuckerberg, yang kini dilarang memasuki Rusia.
Kebijakan serupa juga berlaku ke CEO LinkedIn Ryan Roslansky, Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris, hingga jurnalis yang dinilai menyebarkan artikel 'Rusiafobia'.
Rusia menerapkan kebijakan tegas ke perusahaan induk Facebook, bahkan menetapkan Meta sebagai organisasi ekstremis.
Baca Juga:Puluhan Pasukan Khusus SAS Inggris Dikabarkan Turun Ke Ukraina, Begini Reaksi Rusia
"Kegiatan organisasi Meta ditujukan terhadap Rusia dan angkatan bersenjatanya," kata perwakilan Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB), Igor Kovalevsky, dikutip dari India Today, Minggu (24/4/2022).
Kendati demikian, penggunaan produk Meta oleh individu atau perusahaan Rusia tidak ditetapkan sebagai partisipasi dalam aktivitas ekstremis. Orang-orang Rusia juga tidak akan dihukum apabila menggunakan layanan Meta.
Meski Facebook dan Instagram dilarang dan dicap sebagai ekstremis, Rusia masih memperbolehkan WhatsApp dipakai di sana. Alasannya, platform milik Meta itu lebih ditujukan sebagai platform komunikasi dan bukan tempat penyebaran misinformasi.
Untuk LinkedIn, Rusia memang sudah memblokir platform tersebut sejak 2016.
Tapi kebijakan itu tak berlaku untuk CEO Twitter, Parag Agrawal. Ia tidak masuk dalam daftar orang yang tidak boleh memasuki Rusia. Padahal pemerintah Vladimir Putin sudah membatasi akses Twitter, sama seperti Facebook dan Instagram. (Suara.com)
Baca Juga:Mark Zuckerberg Dilarang Masuk ke Rusia