Pakar Sebut Konsumsi Nasi Berlebihan Picu Diabetes

Mengkonsumsi nasi berlebihan ternyata bisa memicu potensi penyakit diabetes. Atas dasar itu, pakar kesehatan meminta masyararakat mengurangi konsumsi nasi.

Riki Chandra
Selasa, 21 Desember 2021 | 11:15 WIB
Pakar Sebut Konsumsi Nasi Berlebihan Picu Diabetes
Ilustrasi Nasi Putih. (pexels.com)

SuaraSumbar.id - Mengkonsumsi nasi berlebihan ternyata bisa memicu potensi penyakit diabetes. Atas dasar itu, pakar kesehatan meminta masyararakat mengurangi konsumsi nasi.

Selain mengurangi potensi diabetes, mengurangi konsumsi nasi juga membantu menyelamatkan lingkungan dengan mencegah semakin banyak alih fungsi lahan dari hutan menjadi sawah.

"Mengonsumsi nasi berlebih bisa berkontribusi pada risiko diabetes. Selain itu, faktor lain yang juga berkontribusi pada diabetes, seperti gaya hidup sedentari dan kegemukan," ujar dokter dan relawan Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI) Alvi Muldani, Senin (20/12021).

Menurut Alvi, dari penelitian didapatkan orang yang mengonsumsi nasi 450 gram sehari dibandingkan yang mengonsumsi 150 gram memiliki risiko 20 persen lebih besar terkena diabetes.

Baca Juga:Manfaat Daun Kelor atau Moringa Leaf, Baik untuk Penderita Diabetes hingga Kanker

Menurutnya, indeks glikemik tinggi pada nasi menyebabkan kenaikan gula dalam darah lebih cepat memicu pengeluaran insulin. Terlalu seringnya kadar insulin tubuh yang tinggi menyebabkan tubuh resisten terhadap insulin, berakibat naiknya kadar gula dalam darah karena gula tidak diserap tubuh.

Kebutuhan insulin yang semakin tinggi juga bisa membuat pankreas kelelahan, sehingga lebih sedikit memproduksi insulin dan berakibat bertambah tingginya kadar gula dalam darah.

Data International Diabetes Federation (IDF) menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-7 dunia sebagai negara dengan kasus diabetes terbanyak.

Dia menegaskan bahwa Indonesia memiliki beragam sumber karbohidrat selain nasi putih yang lebih minim risiko diabetes.

Konsumsi nasi putih dapat diselingi jenis karbohidrat lain. Selain nasi merah dengan serat lebih baik, terdapat sumber karbohidrat lain dengan indeks glikemik rendah, seperti sagu, kentang utuh, kacang-kacangan, dan sayur.

Baca Juga:Kontrol Diabetes hingga Atasi DBD, Minumlah Ramuan Tanaman Bratawali!

Hal serupa disampaikan Mulia Nurhasan, food and nutrition scientist di Center for International Forestry Research (CIFOR). Peneliti pangan dan nutrisi itu menyoroti pola konsumsi di Indonesia memiliki dampak terhadap lingkungan, seperti mengonsumsi nasi tiga kali sehari dan makan dengan nasi sepiring penuh.

"Jika semua orang Indonesia punya pola makan seperti ini, negara memerlukan produksi beras yang semakin banyak. Sayangnya, produksi beras menghasilkan gas rumah kaca yang cukup tinggi, peningkatan gas rumah kaca yang terlalu tinggi telah menyebabkan perubahan iklim," kata Mulia.

Mulia merujuk pada informasi di Our World in Data merilis hasil penelitian bahwa produksi beras per kilogram menghasilkan 4,45 kilogram gas rumah kaca. Nilai itu termasuk yang paling besar diantara tumbuhan pangan lainnya, seperti singkong yang menghasilkan sekitar 1,32 kilogram gas rumah kaca

Selain itu, banyak lahan sawah sudah mulai menyusut, menanam di lahan-lahan baru yang tidak cocok untuk tanaman padi bisa menciptakan masalah lingkungan dan sosial yang besar.

Mulia mengatakan berusaha mengonsumsi pangan yang lestari menjadi penting agar setiap orang bisa berkontribusi langsung pada keberlanjutan sistem pangan, termasuk mengurangi efek rumah kaca. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini