Buku Sejarah Kubuang Tigobaleh, Komitmen Pemprov Sumbar Menghidupkan Kearifan Lokal

Tujuan utama dari FGD tersebut adalah untuk menampung gagasan dan kritikan dari para pemangku adat, untuk memaksimalkan penelitian sejarah Kubuang Tigobaleh.

Riki Chandra
Minggu, 19 Desember 2021 | 05:10 WIB
Buku Sejarah Kubuang Tigobaleh, Komitmen Pemprov Sumbar Menghidupkan Kearifan Lokal
Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar, Gemala Ranti memberi sambutan saat FGD pembahasan pembuatan buku Kubuang Tigobaleh. [Dok.Istimewa]

SuaraSumbar.id - Perampungan pembuatan buku sejarah Kubuang Tigobaleh dibedah dalam Fokus Group Discusion (FGD) yang digelar Dinas Kebudayaan Sumatera Barat (Sumbar) di Gedung Kubuang Tigobaleh, Kota Solok, Jumat (17/12/2021).

Diskusi tersebut dihadiri para Niniak Mamak tokoh adat, bundo kanduang, alim ulama dan tokoh masyarakat Kabupaten dan Kota Solok. Tujuan utama dari FGD tersebut adalah untuk menampung gagasan dan kritikan dari para pemangku adat, untuk memaksimalkan penelitian sejarah Kubuang Tigobaleh menjadi sebuah buku.

Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar, Gemala Ranti mengatakan, karya ilmiah tentang sejarah Kubuang Tigobaleh ini merupakan bagian dari cara Pemprov Sumbar untuk menghadirkan kembali kearifan lokal daerah Kabupaten dan Kota Solok.

"Salah satu fungsi buku Kubuang Tigobaleh ini adalah untuk mengenalkan kembali budaya dan kearifan lokal daerah di Sumbar kepada generasi muda. Sebab, banyak kaum muda hari ini yang tak mengerti dengan kearifan lokalnya sendiri," kata Gemala Ranti.

Baca Juga:Capaian Vaksinasi Sumbar Sudah 61,02 Persen

Dia mengatakan, pembuatan buku sejarah Kubuang Tigobaleh berdasarkan Keputusan Gubernur Sumbar Nomor: 433–927–2021 bekerjasama dengan Anggota DPRD Sumbar. Ada lima peneliti yang terlibat dalam penyusunan buku ini. Masing-masing, Prof. Dr. rer. Soz. Nursyirwan Effendi, Dr. Wannofri Samry, M.Hum, Dr (cand) M.A Dalamenda, M.Si, H. Daswippetra, SE, M.Si Dt. Manjinjiang Alam dan Buya Zuari Abdullah.

"Penelitian lapangan buku ini melibatkan 75 mahasiswa Universitas Andalas. Mereka turun langsung ke 74 nagari di Kabupaten Solok dan 1 Nagari Solok," katanya.

Sementara itu, Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah dalam sambutannya mengatakan, Minangkabau ditempati masyarakat yang majemuk. Berbagai ritual adat dan tradisi adalah bukti kemajemukan itu sendiri.

"Kubuang Tigobaleh ini juga bagian dari kemajemukan itu. Ini harus terus dijaga dan diwariskan kepada generasi muda. Salah satunya caranya dijadikan buku, agar kelak anak cucu kita mengerti dan memahami sejarah Kubuang Tigobaleh ini," katanya.

Menurut Mahyeldi, merawat dan menghidupkan kembali kearifan lokal ini juga sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan yaitu mengembangkan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan memperkaya keberagaman budaya.

Baca Juga:Kolam Limbah Sawit Bocor, Air Sungai di Solok Selatan Tercemar

Mahyeldi menyebutkan, dalam sebuah buku terbitan Balai Pustaka karya Iljas Dt Madjo Kajo, wilayah Kubuang Tigobaleh adalah Singkarak, Saningbakar, Leretan Kayu Merunduk, Kasik dan Sumani, Kumur Kecil dan Kumur Gadang, Hulu Imang dan Betung Guguk, sampai selingkaran Gunung Talang, yaitu Teluk Tanjung Paku, Tandikat Padang Gelundi, terus ke Solok, Selayo, Koto Baru, Gaung dan Panyakalan, Kinari dan Muara Panas, Cupak dan Gantung Ciri, Koto Anau dan Limo Lunggo, Talang Telaga Dadap, Guguk dan Si Jawi Jawi.

Sementara itu, IM Datuk Putieh menyebutkan bahwa wilayah Kubuang Tigo Baleh identik dengan Solok. Dia mengutip seorang budayawan Chaniago HR (1984) bahwa geografis Kubuang Tigobaleh dalam cerita lama adalah laut Sumpu/Danau Singkarak dengan laut Talago Puro. Danau Di Baruh dan Danau Di Bawah serta Laut Talago gadang/Laut nan Sadidih atau Samudra Indonesia. Sebutan lainnya, Kubuang Tigo baleh juga mengacu pada Solok-Selayo sebagai induk Kubung Tigo Baleh.

"Semoga kehadiran buku ini menambah khazanah pengetahuan tentang kebudayaan dan masyarakat Kubuang Tigobaleh di Minangkabau. Sasaran utamanya tentu saja generasi muda, bagaimana kelak mereka mengenal jati diri sesuai dengan kearifan lokal di masing-masing daerah Minangkabau," katanya.

Di sisi lain, salah seorang peneliti buku sejarah Kubuang Tigobaleh, M.A Dalmenda mengatakan, diskusi ini bagian dari masukan dan menyempurnakan pembuatan buku sejarah.

"Saran, ide, gagasan dan kritik dari tokoh adat, tokoh masyarakat, kami himpun untuk menyempurnakan isi buku ini. Semoga buku ini berfungsi baik bagi generasi kita di masa mendatang," kata dosen Ilmu Komunikasi Unand itu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini