SuaraSumbar.id - Perampungan pembuatan buku sejarah Kubuang Tigobaleh dibedah dalam Fokus Group Discusion (FGD) yang digelar Dinas Kebudayaan Sumatera Barat (Sumbar) di Gedung Kubuang Tigobaleh, Kota Solok, Jumat (17/12/2021).
Diskusi tersebut dihadiri para Niniak Mamak tokoh adat, bundo kanduang, alim ulama dan tokoh masyarakat Kabupaten dan Kota Solok. Tujuan utama dari FGD tersebut adalah untuk menampung gagasan dan kritikan dari para pemangku adat, untuk memaksimalkan penelitian sejarah Kubuang Tigobaleh menjadi sebuah buku.
Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar, Gemala Ranti mengatakan, karya ilmiah tentang sejarah Kubuang Tigobaleh ini merupakan bagian dari cara Pemprov Sumbar untuk menghadirkan kembali kearifan lokal daerah Kabupaten dan Kota Solok.
"Salah satu fungsi buku Kubuang Tigobaleh ini adalah untuk mengenalkan kembali budaya dan kearifan lokal daerah di Sumbar kepada generasi muda. Sebab, banyak kaum muda hari ini yang tak mengerti dengan kearifan lokalnya sendiri," kata Gemala Ranti.
Baca Juga:Capaian Vaksinasi Sumbar Sudah 61,02 Persen
Dia mengatakan, pembuatan buku sejarah Kubuang Tigobaleh berdasarkan Keputusan Gubernur Sumbar Nomor: 433–927–2021 bekerjasama dengan Anggota DPRD Sumbar. Ada lima peneliti yang terlibat dalam penyusunan buku ini. Masing-masing, Prof. Dr. rer. Soz. Nursyirwan Effendi, Dr. Wannofri Samry, M.Hum, Dr (cand) M.A Dalamenda, M.Si, H. Daswippetra, SE, M.Si Dt. Manjinjiang Alam dan Buya Zuari Abdullah.
"Penelitian lapangan buku ini melibatkan 75 mahasiswa Universitas Andalas. Mereka turun langsung ke 74 nagari di Kabupaten Solok dan 1 Nagari Solok," katanya.
Sementara itu, Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah dalam sambutannya mengatakan, Minangkabau ditempati masyarakat yang majemuk. Berbagai ritual adat dan tradisi adalah bukti kemajemukan itu sendiri.
"Kubuang Tigobaleh ini juga bagian dari kemajemukan itu. Ini harus terus dijaga dan diwariskan kepada generasi muda. Salah satunya caranya dijadikan buku, agar kelak anak cucu kita mengerti dan memahami sejarah Kubuang Tigobaleh ini," katanya.
Menurut Mahyeldi, merawat dan menghidupkan kembali kearifan lokal ini juga sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan yaitu mengembangkan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan memperkaya keberagaman budaya.
Baca Juga:Kolam Limbah Sawit Bocor, Air Sungai di Solok Selatan Tercemar
Mahyeldi menyebutkan, dalam sebuah buku terbitan Balai Pustaka karya Iljas Dt Madjo Kajo, wilayah Kubuang Tigobaleh adalah Singkarak, Saningbakar, Leretan Kayu Merunduk, Kasik dan Sumani, Kumur Kecil dan Kumur Gadang, Hulu Imang dan Betung Guguk, sampai selingkaran Gunung Talang, yaitu Teluk Tanjung Paku, Tandikat Padang Gelundi, terus ke Solok, Selayo, Koto Baru, Gaung dan Panyakalan, Kinari dan Muara Panas, Cupak dan Gantung Ciri, Koto Anau dan Limo Lunggo, Talang Telaga Dadap, Guguk dan Si Jawi Jawi.
- 1
- 2