SuaraSumbar.id - Menteri Riset dan Teknologi atau Menristek, Bambang Brodjonegoro mengatakan alat pendeteksi Covid-19, GeNose bisa digunakan masyarakat dengan biaya yang terjangkau. Selain itu, cara mendeteksinya pun cukup praktis yakni hanya dengan menghembuskan nafas.
Bambang membandingkan GeNose yang diproduksi oleh Universitas Gadjah Mada atau UGM Yogyakarta tersebut dengan alat pendeteksi Covid-19 lainnya seperti tes rapid dan tes antigen. Kedua alat tersebut digunakan kepada masyarakat dengan cara diambil darahnya dan swab.
"Cuma bedanya kalau ada rapid test yang antibodi ambil darah, rapid test antigen mengambil swab, kalau yang ini memakai hembusan nafas," kata Bambang saat konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube Kemenko PMK, Kamis (7/1/2021).
Meski hanya mengandalkan hembusan nafas, namun Bambang menjamin akan keakuratannya. Melalui uji validasi, tingkat sensitivas GeNose mencapai sekitar 92 persen dan tingkat spesifitas mencapai 95 persen.
Baca Juga:Menristek Sebut GeNose Alat Pendeteksi Covid-19 Murah dan Praktis
Selain itu, Bambang juga mengatakan kalau biaya penggunaan GeNose sangat terjangkau untuk masyarakat yakni hanya sekitar Rp15-20 ribu.
Selama ini, biaya Rapid Test Antigen-Swab di luar Pulau Jawa dipatok Rp250 ribu untuk batas termahal. Sementara untuk wilayah pulau Jawa ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI sebesar Rp275 ribu untuk batas paling mahal.
Bambang menerangkan bahwa satu unit GeNose itu dijual senilai Rp62 juta dan bisa digunakan 100 ribu kali. Biaya operasionalnya pun terbilang murah lantaran hanya membutuhkan Rp600 untuk pemeriksaan dan Rp7.000 untuk plastik penyimpan hembusan nafas serta hepa filter.
"Kalau dihitung, satu orang yang menggunakan alat dengan perhitungan itu, maka kalau ini misalkan dilakukan untuk keperluan rapid test orang per orang perkiraannya kisaran Rp15-20 ribu. Jadi jauh lebih murah dibanding rapid test yang ada," tuturnya.
Baca Juga:Terima Alat Deteksi Corona, Menko PMK: GeNose Lebih Simpel dan Praktis