Riki Chandra
Rabu, 15 Oktober 2025 | 20:10 WIB
Ilustrasi wisuda. [Dok. Istimewa]
Baca 10 detik
  •  Banyak lulusan S1 bekerja tidak sesuai jurusan kuliah mereka.

  • Underemployment tinggi disebabkan ketimpangan pendidikan dan kebutuhan industri.

  • Jurusan Criminal Justice dan Seni Pertunjukan paling sulit dapat kerja.

Tingkat underemployment mencapai 56,5 persen. Lulusan umumnya memiliki kemampuan analisis tinggi, namun lapangan kerja spesifik di bidang ini terbatas.

5. Antropologi (Anthropology)

Dengan underemployment sebesar 55,9 persen, lulusan bidang ini banyak yang beralih ke lembaga non-profit, riset pasar, atau sumber daya manusia.

6. Pariwisata dan Perhotelan (Hospitality and Tourism)

Jurusan ini mencatat tingkat underemployment 54,5 persen. Industri pariwisata lebih menilai pengalaman kerja dibandingkan latar pendidikan formal.

7. Sosiologi (Sociology)

Tingkat underemployment sebesar 54,1 persen. Banyak lulusan bekerja di administrasi, pendidikan, atau layanan masyarakat yang tidak menuntut gelar sarjana penuh.

8. Ilmu Sosial Umum (General Social Sciences)

Dengan angka serupa, 54,1 persen, lulusan jurusan ini bekerja di bidang umum seperti pemasaran dan pelayanan publik.

9. Kebijakan Publik dan Hukum (Public Policy & Law)

Tingkat underemployment 53,9 persen. Banyak lulusan bekerja di sektor swasta atau lembaga nonprofit karena posisi profesional di pemerintahan membutuhkan pendidikan lanjutan.

10. Seni Rupa (Fine Arts)

Jurusan ini mencatat tingkat underemployment 53,4 persen. Persaingan tinggi membuat banyak lulusan beralih ke pekerjaan desain grafis atau pendidikan seni informal.

Fenomena underemployment menunjukkan bahwa memiliki gelar S1 tidak selalu menjamin pekerjaan sesuai jurusan kuliah. Dunia kerja kini semakin menuntut keterampilan praktis, pengalaman, dan kemampuan digital yang relevan dengan kebutuhan industri.

Load More